Saksi Yehuwa, Tahun Baru dan Penyembahan Dewa Romawi

alasan saksi yehuwa tidak merayakan tahun baru karena didasarkan pada tradisi kafir
Hari-Hari Raya Menurut Taurat
ARTIKEL TAHUN BARU Bersumber dan Didasarkan Tradisi Kafir, Apa Kata Alkitab? membahas tentang Saksi Yehuwa tidak berpartisipasi dalam perayaan hari-hari raya seperti Tahun Baru atau pun Natal karena beberapa alasan, salah satunya seperti tidak diajarkan Alkitab ataupun dilabel perayaan tersebut sebagai tradisi kafir dan lain-lain alasan. Ajaran ini seperti juga para Muslim radikal dan intoleren yang sering mengkafir-kafirkan segala sesuatunya yang bertentangan [menurut mereka] dengan ajaran Islam.

Menurut saya pribadi, semestinya hal ini dikategorikan dalam masalah hati nurani masing-masing orang Kristen; apakah ingin merayakannya ataupun tidak. Mengapa? Silahkan baca artikel Natal dan Saksi Yehuwa atau Tahun Baru Bersumber dan Didasarkan Tradisi Kafir, Apa Kata Alkitab? untuk penjelasannya. Dan artikel ini merupakan tanggapan saya atas komentar Sdr. Maxi-Sam di sini dan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari artikel Teori Disonansi Kognitif Dan Konsep yang Memenjarakan Pola Pikir Saksi Yehuwa yang membahas pola pikir dari Sdr. Maxi-Sam di luar akal sehat dan logika dalam mempertahankan imannya kepada keyakinan adanya suatu organisasi Allah di bumi, yaitu organisasi Saksi Yehuwa. Berikut adalah tanggapan Sdr. Maxi-Sam, saya duga seorang penatua Saksi Yehuwa:


1. Sehubungan dg Roma 14:1-12 pertanyaan saya : Apkh penafsiran Bpk Awi atas ayat-ayat Alkitab yg menjadi dasar keyakinannya adalah sah dan benar? Mari kita kaji dan uji bersama.

Roma 14:5,6 [TB-LAI] : “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah.” “Hari” apa yg sedang dibahas oleh rasul Paulus di ayat-ayat ini? Menurut saya pribadi, berdasarkan konteksnya, sama spt “makanan [daging]” yang Paulus bahas sebelumnya, itu adalah hari-hari tertentu yg menurut hukum Taurat dikhususkan utk beribadat kpd Allah Yehuwa spt mislnya hari raya Pondok Daun, hari raya Roti Tak Beragi, Pentakosta, dll. Bagi orang-orang Kristen yg berlatar belakang Yahudi, meskipun mrk sdh menjadi Kristen sehingga tdk lagi dibawah hukum Taurat, mrk masih menganggap hari-hari tsb “lebih penting” atau “lebih mulia” dibanding hari-hari lainnya. Sebaliknya bagi orang Kristen yg berlatar belakang non-Yahudi menganggap hari-hari spt itu sama saja dg hari-hari lainnya.

Menarik utk memerhatikan apa yg dikatakan oleh beberapa komentator Alkitab yg terkenal spt Albert Barnes, Adam Clarke, Calvin dan Matthew Henry tentang konteks kata “hari” dan “daging” di Roma psl 14. Berikut ini komentar mereka :

Barne’s Notes : (1) the discussion had reference only to the special customs of the "Jews," to the rites and practices which "they" would attempt to impose on the Gentiles, and not to any questions which might arise among Christians as "Christians." The inquiry pertained to "meats," and festival observances among the Jews, and to their scruples about partaking of the food offered to idols, etc.; …” The day - Any of the days under discussion; the days that the Jews kept as religious occasions. [http://biblehub.com/commentaries/barnes/romans/14.htm]

Calvin’s : 5. One indeed, etc. He had spoken before of scruples in the choice of meats; he now adds another example of difference, that is, as to days; and both these arose from Judaism. For as the Lord in his law made a difference between meats and pronounced some to be unclean, the use of which he prohibited, and as he had also appointed festal and solemn days and commanded them to be observed, the Jews, who had been brought up from their childhood in the doctrine of the law, would not lay aside that reverence for days which they had entertained from the beginning, and to which through life they had been accustomed; nor could they have dared to touch these meats from which they had so long abstained. … [http://biblehub.com/commentaries/calvin/romans/14.htm]

Adam Clarke’s : Him that is weak in the faith - By this the apostle most evidently means the converted Jew, who must indeed be weak in the faith, if he considered this distinction of meats and days essential to his salvation … One man esteemeth one day above another - Perhaps the word ἡμεραν, day, is here taken for time, festival, and such like, in which sense it is frequently used. Reference is made here to the Jewish institutions, and especially their festivals; such as the passover, pentecost, feast of tabernacles, new moons, jubilee, etc. The converted Jew still thought these of moral obligation; the Gentile Christian not having been bred up in this way had no such prejudices. And as those who were the instruments of bringing him to the knowledge of God gave him no such injunctions, consequently he paid to these no religious regard.

Another - The converted Gentile esteemeth every day - considers that all time is the Lord's, and that each day should be devoted to the glory of God; and that those festivals are not binding on him. [http://biblehub.com/commentaries/clarke/romans/14.htm]

Matthew Henry’s : (2.) Concerning days, v. 5. Those who thought themselves still under some kind of obligation to the ceremonial law esteemed one day above another—kept up a respect to the times of the passover, pentecost, new moons, and feasts of tabernacles; thought those days better than other days, and solemnized them accordingly with particular observances, binding themselves to some religious rest and exercise on those days.” [http://biblehub.com/commentaries/mhcw/romans/14.htm]

Kesimpulannya jelas, bahwa berdasarkan konteksnya, ayat-ayat tsb tidak memaksudkan hari raya-hari raya dikalangan orang non-Yahudi. Makanya menurut saya sangat bertentangan dg konteksnya kalau Bpk Awi menggunakan ayat-ayat ini utk membenarkan ajarannya seolah-olah hari Natal maupun Tahun Baru atau hari-hari raya keagamaan lainnya termasuk dlm kata “hari” yg sedang Paulus bahas sehingga tidak apa-apa jika kita merayakannya.

Coba bayangkan situasi ini : jika saya adalah seorang warganegara Romawi non-Yahudi yang lahir dan tinggal di kota Korintus, terbiasa merayakan berbagai perayaan kpd dewa-dewi Romawi spt misalnya dewa matahari Sol Invictus atau dewi Diana, dll. Kemudian krn menyambut pengabaran murid-murid Yesus waktu itu saya menjadi seorang Kristen. Apkh masuk akal utk kemudian membayangkan bahwa saya masih akan tetap merayakan perayaan-perayaan tsb krn saya bernalar “semua hari” sama saja dan bahwa saya melakukan itu bukan utk memuja dewa-dewi tp utk Allah Yehuwa? Jika saya terus melakukannya berdasarkan penalaran spt itu, kira-kira bgm pandangan Allah Yehuwa yg secara spesifik mengatakan di 2 Korintus 6:14-18, a.l “Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?” serta “janganlah menjamah apa yang najis”?
Jadi menurut Sdr. Maxi-Sam penggunaan Roma 14 berdasarkan konteks ayat-ayat tersebut tidak memaksudkan hari-hari raya dikalangan orang non-Yahudi. Oleh sebab itu, menurut Sdr. Maxi-Sam sangat bertentangan dengan konteksnya jika saya menggunakan ayat-ayat ini untuk membenarkan ajaran seolah-olah hari Natal maupun Tahun Baru atau hari-hari raya keagamaan lainnya termasuk dalam kata “hari” yang sedang Paulus bahas.

Bagaimana pendapat saya?

Adalah benar Paulus dalam suratnya memaksudkan hari-hari raya menurut hukum Taurat. Tetapi apakah Paulus menulis suratnya hanya ditujukan kepada bangsa Yahudi saja? Tidak! Kitab Roma juga ditujukan bagi orang Kristen yang berlatar non-Yahudi (bangsa Romawi yang bertobat) yang menganggap hari-hari raya itu sama saja seperti hari-hari lainnya. Tidaklah masuk akal jika Sdr. Maxi-Sam menyimpulkan maksud tulisan Paulus hanya memaksudkan hari-hari raya menurut Taurat karena audience-nya termasuk orang Kristen non-Yahudi yang tentunya memiliki tradisi hari raya tersendiri.

Apakah orang Kristen non-Yahudi memiliki suatu tradisi hari raya? Orang Kristen non-Yahudi yaitu bangsa Romawi memiliki hari raya yang disebut sebagai Tahun Baru yang sudah dirayakan sejak tahun 46 Sebelum Masehi, jauh sebelum Kristus lahir. Ini kutipan dari publikasi terbitan Lembaga Menara Pengawal tentang perayaan Tahun Baru:


Perayaan Tahun Baru. Tanggal dan kebiasaan yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru tidak sama di setiap negeri. Mengenai asal usul perayaan ini, The World Book Encyclopedia menyatakan, ”Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan tanggal 1 Januari sebagai Hari Tahun Baru pada tahun 46 SM. Orang-orang Romawi membaktikan hari ini kepada Janus, dewa dari gerbang-gerbang, pintu-pintu, dan awal mula. Bulan Januari disebut sesuai dengan nama Janus, yang mempunyai dua wajah—satu melihat ke depan dan satunya lagi melihat ke belakang.” Jadi, perayaan Tahun Baru didasarkan atas tradisi kafir. (Alkitab Ajarkan, hlm. 223)
Berdasarkan wikipedia sejarah tentang Tahun Baru, meskipun bukan dirayakan pada tanggal 1 Januari, awalnya muncul di Timur Tengah 2000 SM yang lalu di mana penduduk Mesopotamia merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa, atau tepatnya 20 Maret. Bahkan hingga kini, Iran masih merayakan tahun baru pada tanggal 20, 21, atau 22 Maret, yang disebut Nowruz. Jadi perayaan Tahun Baru bukanlah hal baru.

Dan meskipun Perjanjian Lama tidak mencatatnya, tetapi bangsa Israel kuno ternyata merayakan Tahun Baru pada hari pertama dari bulan ke-7 (Tishri/Tishrei) karena terpengaruh oleh kebiasaan orang Babel. Tahun Baru dirayakan seperti Sabat dengan istirahat, korban (Im. 23:23-25; Bil. 29:1-6) dan peniupan trompet. Ini sumber alkitab.sabda.org:


Hari pertama dari *bulan ketujuh (Tishri). Hari ini dirayakan seperti Sabat dengan istirahat dan *korban (Im. 23:23-25; Bil. 29:1-6) dan peniupan trompet. Ada bukti bahwa tahun baru pernah dirayakan secara alternatif, atau secara tambahan, pada hari pertama dari bulan *Nisan (Kel. 12:2), yang adalah kebiasaan orang *Babel, di mana upacara tahunan itu merupakan pembaruan kerajaan untuk tahun yang akan datang. Dengan demikian, mungkin ada dua penanggalan dalam PL, satu mulai dengan musim semi dan satu lagi dengan musim gugur. Tahun baru Tishri mempunyai awal pada musim gugur, yang dalam penghitungan musim semi itu adalah bulan ketujuh.
Dan jika kita gali lebih jauh lagi, Tahun Baru yang disebut Rosh Hashanah berdasarkan tradisi Babel tersebut masih dirayakan dan dijalani selama 2 hari dengan meriah dan khidmat oleh bangsa Yahudi sampai hari ini. Hanya Tahun Baru tersebut dimaknainya dan dilakukan dengan cara berbeda yaitu sebagai peringatan hari penciptaan alam raya, pada hari ini juga diperingati hari kiamat. Rosh Hashanah dipercayai sebagai hari Sabat pertama pada saat penciptaan dunia ini dilakukan. Pada perayaan ini, ada kebiasaan untuk memakan roti yang dicelupkan pada madu (biasanya dicelupkan pada garam). Hal ini melambangkan harapan untuk tahun baru yang baik dan "manis". Tidak ada ritual penyembahan kepada dewa-dewa Babel. Berikut keterangan wikipedia:

Rosh Hashanah (bahasa Ibrani: ראש השנה) secara etimologis berarti "permulaan tahun".[1][2] Hari raya ini adalah satu dari 4 perayaan tahun baru yang dilakukan oleh orang Yahudi.[1] Hari raya ini juga seringkali disebut sebagai Yom Teruah (bahasa Ibrani: יום תרועה Hari Meniup Serunai Shofar)[1], Yom Hazikarom (Hari Mengingat)[1], Yom Hadim (Hari Penghakiman)[1], atau Ianim Nora'im (Hari Pertobatan Sepuluh Hari)[3].

Dirayakan setiap tanggal 1 dan 2 bulan Tishrei, bulan ke-7 dalam Kalender Yahudi (Bulan ke-1 adalah Nisan), mendahului hari raya Yom Kippur yang diperingati tanggal 10 Tishrei. Biasanya dalam kalender Masehi, jatuh sekitar bulan September-Oktober.
Jadi jelas bahwa ketika waktu Kristus hidup dan saat Paulus menulis suratnya; bangsa Yahudi masih merayakan Tahun Baru juga berdasarkan pengaruh dari Babel kuno. Tetapi hal ini tidak dicatat di dalam Alkitab, hanya ditulis secara sekuler saja. Bangsa Yahudi merayakan Tahun Baru yang sudah dimaknai dan melakukannya cara yang berbeda dengan perayaan Babel Kuno yaitu disesuaikan dengan perayaan-perayaan yang ada di Alkitab. Tidak ada penyembahan berhala kepada dewa-dewa Babel kuno. Oleh karena dimaknainya dan dilakukan dengan cara yang berbeda maka perayaan Tahun Baru tersebut tidak mendapatkan kecaman dari Yesus ataupun Paulus. Karena itu, tidak dicatat di Alkitab.

Mengapa Paulus menekankan kepada hari raya menurut Taurat, bukan Tahun Baru? Karena orang Kristen non-Yahudi menganggap perayaan Tahun Baru yang dirayakannya sama saja dengan hari-hari lainnya sehingga tidak perlu disebutkan dan Tahun Baru yang dirayakannya sudah dimaknai dan dilakukan dengan cara yang berbeda dengan kebiasaan bangsa Romawi.

Paulus menekankan hari-hari raya menurut Taurat dalam Roma 14 karena seperti yang Sdr. Maxi-Sam katakan yaitu orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi yang masih menganggap hari-hari tersebut “lebih penting” atau “lebih mulia” dibandingkan hari-hari lainnya sehingga perlu disebut hari-hari apa saja yang dianggap penting dan mulia itu untuk menunjukkan kekeliruan orang-orang Kristen Yahudi itu yaitu hari-hari tersebut sudah tidak berlaku lagi setelah kedatangan Yesus Kristus sebagai kegenapan hukum Taurat (Mat 5:17).


Lebih lanjut Sdr. Maxi-Sam memberikan argumen dengan berillustrasi berikut ini:

Coba bayangkan situasi ini : jika saya adalah seorang warganegara Romawi non-Yahudi yang lahir dan tinggal di kota Korintus, terbiasa merayakan berbagai perayaan kpd dewa-dewi Romawi spt misalnya dewa matahari Sol Invictus atau dewi Diana, dll. Kemudian krn menyambut pengabaran murid-murid Yesus waktu itu saya menjadi seorang Kristen. Apkh masuk akal utk kemudian membayangkan bahwa saya masih akan tetap merayakan perayaan-perayaan tsb krn saya bernalar “semua hari” sama saja dan bahwa saya melakukan itu bukan utk memuja dewa-dewi tp utk Allah Yehuwa? Jika saya terus melakukannya berdasarkan penalaran spt itu, kira-kira bgm pandangan Allah Yehuwa yg secara spesifik mengatakan di 2 Korintus 6:14-18, a.l “Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?” serta “janganlah menjamah apa yang najis”?
Bagaimana jawaban saya?

Sdr. Maxi-Sam juga memberikan sebuah illustrasi situasi dengan logika yang sangat keliru karena jika memang ada orang Kristen tetapi masih melakukan ritual-ritual yang bersifat penyembahan kepada dewa-dewi Romawi tentunya ia bukanlah orang Kristen sejati. Ilustrasi Sdr. Maxi-Sam sangatlah lucu karena sepengetahuan saya tidak ada orang Kristen yang melakukan penyembahan kepada dewa-dewi pada Tahun Baru dan illustrasi situasinya mengabaikan apa yang saya contohkan di sini yaitu:

Pada Tahun Baru, aktifitas saya jika tidak pergi bertamasya, kami sekeluarga ke gereja untuk ibadah ucapan syukur pada malam tahun baru dan demikian juga pada tanggal 1 Januari-nya. Setelah kebaktian, biasanya sih saya bersama keluarga besar bertemu di di sebuah restoran untuk menjalin silahturami persaudaraan yang jarang bisa dinikmati karena kesibukan masing-masing keluarga. Itu adalah pesta pora tradisi keluarga kami setiap tahunnya. Saya percaya aktifitas tersebut tidak masuk ke dalam kategori pesta pora yang digambarkan oleh organisasi Saksi Yehuwa. Apa yang saya dan keluarga besar saya lakukan tidak ada satupun yang mengarah atau berbau hal-hal yang bersifat kafir. Kami mengambil maknanya, bukan ritual-ritual yang aneh apalagi penyembahan berhala. Jadi agak aneh dan nyeleneh jika katanya dulu Tahun Baru didasarkan kepada tradisi kafir kemudian di jaman now ini organisasi Saksi Yehuwa melarangnya dengan anggapan semua orang melakukan hal sama dengan dulu.
Tidak ada satupun upacara penyembahan kepada dewa-dewi dalam bentuk apapun yang saya lakukan pada tanggal 31 Desember ataupun 1 Januari. Jika pada 1 Januari saya dedikasikan dan khususkan untuk memuliakan nama Tuhan dengan pergi ke gereja (Roma 14:6), apakah saya salah? Demikian juga saya percaya bahwa meskipun jutaan orang Kristen sejati merayakan Tahun Baru tetapi mereka memaknai dan menjalankannya hari Tahun Baru tersebut dengan cara yang berbeda; mengkhususkan penyembahannya kepada Allah dengan pergi ke gereja. Jutaan Kristen melakukannya seperti apa yang saya lakukan. Tidak ada ritual-ritual keagamaan yang bersifat penyembahan berhala-berhala kafir. Semestinya Sdr. Maxi-Sam berkunjung ke gereja untuk menyaksikan sendiri. Mau ikut saya ke gereja pada malam dan hari Tahun Baru? Jika bersedia, silahkan tinggalkan no HP maka akan saya hubungi pada waktunya.

Kesimpulan: Argumen Sdr. Maxi-Sam agak lucu jika memasalahkan konteks hari-hari raya Yahudi karena surat Roma juga ditujukan bagi orang Kristen non-Yahudi karena orang Kristen non-Yahudi bisa siapa saja termasuk saya. Bahkan bangsa Yahudi pun berdasarkan fakta sejarah dan tradisinya memiliki Tahun Baru juga. Setiap orang sebelum menjadi Kristen, entah Yahudi atau non-Yahudi — bahkan setelah menjadi Kristen pun tetap memiliki hari raya karena hari tersebut berlaku universal bagi siapa saja tanpa bersifat keagamaan — pastilah memiliki suatu hari raya untuk dirayakan tetapi perayaannya secara makna dan caranya dijalankannya berbeda. Saya memiliki juga tradisi Tahun Baru seperti yang saya jelaskan di atas dan ritualnya bisa berubah tergantung kepada situasinya; bisa ke gereja ataupun berwisata karena hari libur. Illustrasi situasi Sdr. Maxi-Sam lebih menggelikan karena siapa di jaman now ini masih merayakan Tahun Barunya dengan melakukan penyembahan kepada dewa-dewi? Berpesta bisa jadi dan inipun tidak dapat disebut sebagai suatu penyembahan berhala, apalagi penyembahan kepada dewa-dewi? Wow, ini pemikiran seperti bani kaum micin dalam berpikir dan berlogika yang tidak masuk akal. Gampang mengkafirkan lainnya tetapi lupa dirinya sendiri menyembah kepada Penyembahan Berhala Modern: Organisasi

Jika Sdr. Maxi-Sam tetap mengatakan apa yang saya lakukan adalah najis maka  Roma 14:14 berlaku baginya “Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis.” Ya, hanya bagi Sdr. Maxi-Sam yang menerima ajaran kultus black/white thinking dari organisasinya sesuatu itu najis maka bagi Sdr. Maxi-Sam menjadi najis. Sebaliknya, saya tidak menganggapnya najis melainkan sedang mendedikasikan tanggal 1 sebagai hari untuk Tuhan maka tentunya tidak masalah bagi saya. Apalagi jika saya lakukannya dengan keyakinan dalam hati saya sendiri apa yang saya lakukan untuk Allah (Roma 14:5), ada masalah buat loe (Kolose 2:16)?


Soli Deo Gloria

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa lebih detail, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Ada orang yang menilai suatu hari lebih penting daripada hari yang lain; orang lain menilai semua hari sama; hendaklah setiap orang yakin sepenuhnya dalam pikirannya sendiri. Ia yang berpegang pada suatu hari, melakukannya untuk menghormati Yehuwa (Roma 14:5-6, TDB)

1 comment :

  1. Contohnya maxi benar.....kalo kita warga korintus dan kekuasaan romawi begitu nyata di depan mata.....sayangnya kita jauh dr menyembah dewa- dewi dan romawinya udah bubar. Jadi contohnya nggak pas diterapkan...sikon nya beda jauh.

    Kurang lebihnya sama dg contoh pengajaran ttg anak kecil berbohong memecahkan vas bunga.....padahal jaman now orang jarang beli vas bunga lagi....udah nggak jaman.

    Salam
    AS

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.