SAYA MENGUCAPKAN KEPADA SAKSI YEHUWA: SELAMAT TAHUN BARU 2019! |
Saya selalu berdoa agar tulisan-tulisan di blog ini dapat menjadi berkat bagi banyak orang, khususnya orang Kristen yang tidak mengetahui kesesatan ajaran Saksi Yehuwa. Dan menghindarkan orang Kristen dari jeratan ajaran kultus dari sekelompok kultus asal Amerika yang memanfaatkan Alkitab untuk memanipulasi dengan psikologi dan memperbudak orang Kristen demi tujuan businessnya (baca di sini). AMIN
Sebagai informasi blog ini juga telah membuat akun Instagram (IG) #menyingkap.ajaran.saksiyehuwa untuk tujuan memudahkan Saudara share blog ini kepada rekan Kristen lainnya. Di akun Instagram tersebut menyingkap kesesataan dan kultus Saksi Yehuwa secara singkat dan padat karena ruang postingannya terbatas. Oleh karena itu juga, saya mengusahakan meminimalkan menjawab dalam akun IG tersebut sehingga jika ada orang Kristen yang bertanya atau ingin berdiskusi, hanya dilakukan melalui blog ini. Saya mohon kepada rekan seiman untuk menshare akun tersebut.
Apakah Saksi Yehuwa merayakan Tahun Baru?
Tidak! ORGANISASI SAKSI YEHUWA melarang para anggotanya untuk merayakan Tahun Baru karena menganggap perayaan tersebut merupakan tradisi kafir. Sejujurnya, Saksi Yehuwa tidak ikut merayakan banyak perayaan sekuler apalagi keagamaan, termasuk ulang tahunnya sendiri, karena argumen-argumen yang naif dan mengada-ada sehingga malas untuk membahasnya. Dalam situs resmi Saksi Yehuwa, jw.org mengatakan tentang perayaan tahun baru:
Perayaan Tahun Baru. Tanggal dan kebiasaan yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru tidak sama di setiap negeri. Mengenai asal usul perayaan ini, The World Book Encyclopedia menyatakan, ”Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan tanggal 1 Januari sebagai Hari Tahun Baru pada tahun 46 SM. Orang-orang Romawi membaktikan hari ini kepada Janus, dewa dari gerbang-gerbang, pintu-pintu, dan awal mula. Bulan Januari disebut sesuai dengan nama Janus, yang mempunyai dua wajah—satu melihat ke depan dan satunya lagi melihat ke belakang.” Jadi, perayaan Tahun Baru didasarkan atas tradisi kafir.Saya jadi teringat akan kelompok radikal dari agama tetangga yang menganut paham radikal senang mengkafir-kafirkan pihak lain karena perbedaan pemahaman meskipun satu agama.
Bahkan ketika saya berdiskusi dengan salah satu Saksi Yehuwa mengatakan alasannya tidak turut serta merayakan Tahun Baru karena disertai oleh pesta pora dan minum-minuman keras menjadi bagian dari perayaan Tahun Baru. Alasan ini masuk akal tetapi apakah setiap orang Kristen merayakannya dengan cara demikian? Tidak. Paling tidak saya tahu keluarga besar saya [dan pastinya jutaan orangd Kristen lainnya] tidak melakukannya dengan cara demikian, melainkan pada malam Tahun Baru pergi ke gereja untuk pengucapan syukur atas penyertaan Tuhan setelah itu pergi ke mal untuk makan bersama atau kumpul di rumah keluarga yang rumahnya besar yang dapat mengakomodasi seluruh keluarga untuk ngobrol dan sharing, malamnya lihat pesta kembang api kalo ada. Dan pulang tidur setelah itu. Bagaimana dengan tanggal 1? Kita ke gereja lagi untuk beroleh firman Tuhan agar tahun 2019 mendapatkan kekuatan dan pernyertaan Tuhan Yesus. Apakah ada saya sedang memuja-muja pada perayaan Tahun Baru?
Bagaimana jawaban orang Kristen tentang pengkafiran Saksi Yehuwa atas perayaan Tahun Baru? Hal ini sudah saya bahas di Tahun Baru Bersumber dan Didasarkan Tradisi Kafir, Apa Kata Alkitab? Dan artikel tersebut di respon oleh Sdr. Maxi-Sam, saya duga adalah seorang penatua Saksi-Saksi Yehuwa yang bisa di lihat di sini. Dan seperti biasanya Sdr. Maxi-Sam tidak menjawab pertanyaan saya lainnya di artikel tersebut dengan akal sehat kecuali berkata:
Saya pribadi sangat-sangat yakin berdasarkan pola dan ayat-ayat Alkitab bahwa Allah Yehuwa PASTI punya SATU organisasi yg kelihatan sekarang sbgmn dulu dg bangsa Israel dan sidang Kristen masa awal. Bagi saya pribadi, ITU ADALAH FAKTA yang DIDUKUNG oleh BUKTI-BUKTI BERDASARKAN ALKITABDalam uraian pembenarannya yang disampaikan Sdr. Maxi-Sam mengutip berbagai teolog Kristen seperti Adam Clarke, Calvin dan lain-lain dengan memberi kesimpulan sebagai berikut:
Kesimpulannya jelas, bahwa berdasarkan konteksnya, ayat-ayat tsb tidak memaksudkan hari raya-hari raya dikalangan orang non-Yahudi. Makanya menurut saya sangat bertentangan dg konteksnya kalau Bpk Awi menggunakan ayat-ayat ini utk membenarkan ajarannya seolah-olah hari Natal maupun Tahun Baru atau hari-hari raya keagamaan lainnya termasuk dlm kata “hari” yg sedang Paulus bahas sehingga tidak apa-apa jika kita merayakannya.Saya setuju bahwa secara konteks “hari” yang lebih penting dan semua hari sama saja dalam Roma 14:5-6 tidak memaksudkan hari-hari raya non-Yahudi. Namun demikian, Firman Tuhan itu hidup, berlaku sepanjang jaman dan kekal sampai selama-lamanya. Paulus menulis memaksudkan untuk umat jamannya dan tentunya tidak terbatas pada masa jamannya melainkan bisa diaplikasikan sampai kini di mana orang Kristen tidak merayakan hari-hari agama Yahudi. Dan jaman now ini sudah tidak ada perayaan penyembahan kepada dewa-dewi Romawi seperti dulu lagi.
Coba bayangkan situasi ini : jika saya adalah seorang warganegara Romawi non-Yahudi yang lahir dan tinggal di kota Korintus, terbiasa merayakan berbagai perayaan kpd dewa-dewi Romawi spt misalnya dewa matahari Sol Invictus atau dewi Diana, dll. Kemudian krn menyambut pengabaran murid-murid Yesus waktu itu saya menjadi seorang Kristen. Apkh masuk akal utk kemudian membayangkan bahwa saya masih akan tetap merayakan perayaan-perayaan tsb krn saya bernalar “semua hari” sama saja dan bahwa saya melakukan itu bukan utk memuja dewa-dewi tp utk Allah Yehuwa? Jika saya terus melakukannya berdasarkan penalaran spt itu, kira-kira bgm pandangan Allah Yehuwa yg secara spesifik mengatakan di 2 Korintus 6:14-18, a.l “Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?” serta “janganlah menjamah apa yang najis”? (baca di sini)
Jadi ketika Sdr. Maxi-Sam memberikan ilustrasi situasi di mana ia warganegara Romawi Non-Yahudi yang lahir dan tinggal di Korintus sangatlah menggelikan dan suatu situasi yang dicari-cari pembenarannya karena memang situasi yang digambarkan oleh Sdr. Maxi-Sam tidaklah dibenarkan secara iman Kristen karena ikut serta dalam perayaan penyembahan dewa-dewi bangsa Romawi. Tetapi ini jaman now loh, sudah tidak ada lagi yang kaya gituan dirayakan. Konteksnya sudah berbeda. Coba renungkan di atas apa yang saya dan jutaan orang Kristen lakukan jaman now. Apakah ada tindakan penyembahan dewa-dewi Romawi?
Mengakhiri artikel ini, saya pengelola blog ini mengucapkan:
SELAMAT TAHUN BARU 1 JAN 2018
Semoga ditahun-tahun mendatang anugerah dan pernyertaan Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus menyertai dan memberkati setiap orang percaya sehingga bisa dan menghasilkan buah yang banyak demi kemuliaan Allah.
AMIN
Soli Deo Gloria
Karena Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan tampil dan akan memberikan tanda-tanda yang hebat dan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan, jika mungkin, bahkan orang-orang pilihan. (Mat. 24:24, TDB)
Selamat malam Bpk Awi dan selamat "berjumpa" lagi,
ReplyDeleteBpk Awi tulis : "Jadi ketika Sdr. Maxi-Sam memberikan ilustrasi situasi di mana ia warganegara Romawi Non-Yahudi yang lahir dan tinggal di Korintus sangatlah menggelikan dan suatu situasi yang dicari-cari pembenarannya..."
Saya Jawab : Terima kasih atas "pujiannya" :-)
Sampai jumpa lagi.