Apakah Kultus Itu?

<<<<: Baca artikel sebelumnya                                   Baca Artikel Berikutnya: >>>>


Pemahaman Kultus Oleh Margaret T. Singer

APAKAH KULTUS ITU? Istilah kultus (cult, Inggris) merupakan tema sentral blog ini. Namun demikian belum sempat dijelaskannya secara detail. Kini waktunya saya bahas secara lebih detail.

Sebenarnya definisi kultus telah banyak diperdebatkan karena memiliki konotasi negatif dan memiliki banyak arti yang berbeda dalam berbagai perspektif. Misalnya saja istilah “kultus” banyak dipahami sebagai hal yang berbau keagamaan seperti yang menjadi fokus utama blog ini. Padahal faktanya istilah tersebut dapat dipakai juga dalam perspektif politik, business ataupun kelompok-kelompok sosial, pelatihan self-help/self-improvement dan lain-lainnya bidang. Kita juga membayangkan pengikut kultus sebagai sekelompok orang menyembah iblis (sebenarnya occultisme), berpakaian dan berperilaku aneh-aneh. Tetapi faktanya tidaklah demikian. Pengikut kultus yang berada di bawah pengaruh mind control (brainwashed) dapat memiliki rumahnya sendiri dan pekerjaan kantoran (jam 9 s.d 5), memiliki anak, bahkan mungkin hidup sebagai tetangga kita karena mereka merupakan bagian dari masyarakat luas. Namun demikian, karena mereka berada di bawah pengaruh mind control yang tidak dimilikinya adalah kebebasan berpikir dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Ini dikatakan Steve Hassan:


Mindcontrolled cult members can live in their own apartments, have nine-to-five jobs, be married with children, and still be unable to think for themselves and act independently. 1
Bahkan banyak orang — termasuk teolog ataupun pendeta sekali pun — kurang memahami arti sebenarnya tentang istilah kultus seperti yang dipahami oleh ahli kultus seperti Margaret Singer, Jay Lifton, Steven Hassan dan ahli lain-lainnya sehingga banyak mitos beredar di sekitar istilah tersebut (baca Fakta dan Mitos). Pada umumnya, para teolog dan pendeta Kristen memahami pemahaman kultus sebagai sekte Kristen yang mengajarkan teologi yang tidak ortodoks, seperti tidak mengajarkan Tritunggal, keselamatan melalui perbuatan dan lain-lain. Bahkan jika ada suatu organisasi Kristen mengajarkan hal-hal yang Anda anggap tidaklah Alkitabiah atau anggota gereja yang Anda anggap sesat itu bersikukuh dengan teguh keyakinannya; hal ini tidaklah bisa dianggap sebagai suatu kultus atau anggotanya berada di bawah kendali mind control (brainwashed). Para ahli kultus tidak membahas masalah teologi melainkan fenomena secara psikologi dan sosiologi, dalam hal ini perilaku dan penggunaan penipuan. Ini yang dikatakan Steve Hassan:


Sebuah grup tidak dapat dipertimbangkan sebuah “kultus” hanya karena keyakinannya yang tidak ortodoks atau praktek-prakteknya. Sebaliknya, destruktif kultus dicirikan dengan penggunaan penipuan dan teknik kontrol pikiran untuk merusak kehendak bebas seseorang sehingga membuatnya bergantung pada pemimpin grupnya.

A group should not be considered a “cult” merely because of its unorthodox beliefs or practices. Instead, destructive cults are distinguished by their use of deception and mind control techniques to undermine a person’s free will and make him dependent on the group’s leader 2
Praktisi kultus, Rick Alan Ross dalam bukunya Cults Inside Out hlm. 120 memperjelas lagi:

Untuk mendefinisikan kultus destruktif, perbedaan dibuat berdasarkan perilaku dan bukan kepercayaan. Sebuah kelompok mungkin memiliki keyakinan yang tampaknya tidak lazim atau palsu,  tapi fakta ini tidak berarti kelompok tersebut berbahaya atau secara  hakekat destruktif.

To define a destructive cult, distinctions are made based on behavior rather than on beliefs. A group may have seemingly unothodox or spurious beliefs, but this fact doesn't mean the group is harmful or intrinsically destructive.
Oleh karena itu, merupakan sebuah kesia-siaan dan menghabiskan waktu percuma jika Saudara bertemu dengan anggota kultus, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Scientology dan lain-lain group kultus, dan membicarakan tentang kesesatan doktrin mereka karena masalahnya bukanlah terletak pada doktrin. 

Lalu apakah kultus itu? Agar istilah kultus dapat dimengerti, Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisi: (1) penghormatan resmi dalam agama; upacara keagamaan; ibadat; (2) sistem kepercayaan; (3) penghormatan secara berlebih-lebihan kepada orang, paham, atau benda.

Melihat definisi arti kultus secara umum tersebut maka kita dapat katakan bahwa sebenarnya agama apapun juga dapat disebut sebagai sebuah kultus karena dapat diartikan penghormatan resmi dalam suatu agama, upacara keagamaan dan sistem kepercayaan. Pemimpin agama dikultuskan oleh pengikutnya karena para pemimpin tersebut membawa sistem kepercayaan dan diyakini sebagai pengantara antara Allah dan manusia yang menghasilkan eksklusivisme di mana diyakini pengajaran yang dibawa pemimpin agama sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan. Ini di katakan oleh Steve Hassan:

Manipulasi mistik bisa menghasilkan kualitas khusus dalam pemujaan ini karena para pemimpin menjadi mediator bagi Allah. Prinsip-prinsip yang berpusat pada Tuhan dapat dibuat secara paksa dan diklaim secara eksklusif sehingga kultus dan kepercayaannya menjadi satu-satunya jalan yang benar menuju keselamatan.

Mystical manipulation can take on a special quality in these cults because the leaders become mediators for God. The God-centered principles can be put forcibly and claimed exclusively, so that the cult and its beliefs become the only true path to salvation. (Combating Cult Mind Control), Steven Hasssan, hlm. 202
Menariknya, yang akan menjadi fokus kita dalam artikel kali ini adalah definisi lainnya yang diberikan KBBI yaitu penghormatan secara berlebih-lebihan kepada orang, paham, atau benda. Apa artinya? Margaret Singer menjelaskan istilah cult dalam videonya yang akan membantu kita memahami arti kultus yaitu:

Perbedaan utama antara agama-agama dunia dengan kultus yaitu agama yang sah memiliki pengikut yang memuja Allah; tempat adorasi mereka kepada Tuhan dan prinsip-prinsip yang transenden. Sedangkan kultus memiliki pengikut di mana tempat pemujaan dan adorasi kepada pemimpin kultus yang hidup.

The main difference between organized, institutionalized and recognized religions in the world and cults is that the recognized religions have the followers venerate God, place their adoration to God and abstract principles. Whereas cults have the followers place the veneration and the adoration on the living cult leader
Dan ini lebih menarik lagi ketika majalah Menara Pengawal mendefisikan tentang “sekte” dan “kultus”:

”Sekte” didefinisikan sebagai ”kelompok yang berpaut2 pada sebuah doktrin yang khas atau kepada seorang pemimpin”. Demikian pula, para pengikut ”kultus” memiliki ”pengabdian yang besar kepada seseorang, sebuah gagasan, atau suatu perkara”. Sebenarnya, anggota-anggota kelompok agama mana pun yang sangat merasa terpaut2 pada pemimpin manusia dan gagasan-gagasannya, terancam bahaya menjadi budak manusia. Suatu hubungan kuat yang berorientasi pada pemimpin dapat mengarah pada ketergantungan emosi dan rohani yang tidak sehat. Bahaya ini bisa bertimbun bila seseorang dibesarkan dalam lingkungan sektarian sejak masa kanak-kanak. (Menara Pengawal, 15/3/1998 hlm. 10-11)
Dari berbagai kutipan tersebut arti secara umum, ahli kultus maupun publikasi Lembaga Menara Pengawal dapat disimpulkan bahwa kultus sebenarnya adalah sekelompok orang yang mengabdi, mengikuti dan mentaati pemimpin manusia atau sebuah gagasan, bukan kepada Allah. Jadi bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya orang Kristen mengultuskan Yesus Kristus, Islam mengultuskan Muhammad, umat Buddha mengultuskan Buddha, pengikut Mormon mengultuskan Joseph Smith dan lain-lain. 

Lalu apakah akibatnya seseorang mengabdi, mengikuti dan mentaati pemimpin manusia? Majalah Menara Pengawal menjawabnya: “anggota-anggota kelompok agama mana pun yang sangat merasa terpaut pada pemimpin manusia dan gagasan-gagasannya, terancam bahaya menjadi budak manusia”.

Apa yang dinyatakan oleh majalah Menara Pengawal tersebut merupakan sebuah fakta kebenaran. Misalnya rasul Paulus menyatakan dirinya secara terang-terangan bahwa ia adalah hamba atau budak Kristus di Roma 1:1: “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah”. Demikian juga jutaan orang Kristen telah menjadikan dirinya sebagai budak-budak Kristus. Mengapa mereka bersedia menjadi budak? Meskipun Yesus adalah manusia tetapi orang Kristen juga percaya bahwa Yesus juga Allah. Oleh karena itu, milyaran orang Kristen dalam sepanjang sejarah dan termasuk para rasul dan juga Paulus bersedia menjadi budak Kristus karena menganggap Yesus bukanlah sekedar manusia ataupun nabi melainkan Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1:1-18).

Saya percaya meskipun di zaman dulu perbudakan merupakan suatu hal yang lazim bahkan ada orang karena suatu kasus dan kepentingan tertentu secara suka rela menjadi budak manusia tetapi sebenarnya tidak ada satu orang manusia pun bersedia menjadi seorang budak. Apalagi masa kini di mana hak asasi manusia dihormati dan dijunjung tinggi, saya lebih-lebih lagi percaya bahwa tidak ada seorang pun manusia [secara sadar] yang mau menjadi budak manusia. Orang bersedia menjadi budak Allah, tetapi tidaklah mau menjadi budak manusia. Misalnya, Rasul Paulus bersedia berkorban, mau menderita dan mati sebagai martir karena ia yakin dirinya menjadi budak Allah, bukan budak manusia. Demikian juga jutaan orang Kristen dalam sepanjang sejarah bersedia mati martir karena percaya ia mengabdi dan menjadi budak Allah. Begitu juga teroris bersedia melakukan bom bunuh diri yang tidak saja mencederai dirinya tetapi juga orang lain karena percaya bahwa dirinya sedang menjalankan, mengabdi dan menjadi budak allahnya.

Dan jika saya katakan bahwa para Saksi Yehuwa adalah budak konsep badan pimpinan atau organisasi Saksi Yehuwa dan para pengikut agama lainnya merupakan budak-budak pendiri agamanya; tentunya saya diprotes meskipun sebenarnya berdasarkan uraian saya di atas tentang definisi kultus sulit dibantah, tetapi memang tidak ada satu orang pun yang mau menjadi budak manusia lainnya. Setiap manusia tidak keberatan menjadi budak Allah, tetapi menjadi budak manusia? Tentunya dengan keras menolaknya, bukan?  



Saya menyatakan bahwa para Saksi Yehuwa adalah budak-budak badan pimpinan di Saksi Dibaptis Membaktikan Diri Kepada Pemimpin Kultus dan pastinya hal ini dibantah oleh setiap Saksi Yehuwa yang membaca blog ini. Para Saksi Yehuwa dan pengikut agama lainnya begitu yakin dan percaya bahwa pengabdian diri mereka kepada Allah semata, bukan manusia (pendiri agamanya). Lalu bagaimana mungkin bisa terjadi mereka mengabdi kepada manusia pada akhirnya, bukan Allah? Majalah Menara Pengawal menjelaskannya dan perhatikan kalimat berwarna merah:

Menjadi budak untuk orang lain merupakan gagasan yang tidak menyenangkan bagi kebanyakan orang. Namun, dalam dunia dewasa ini, kenyataannya adalah bahwa orang-orang sering kali membiarkan diri dimanipulasi dan dipengaruhi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga mereka akhirnya tanpa sengaja melakukan apa yang didiktekan orang-orang lain. Misalnya, industri periklanan dan dunia hiburan berupaya membuat orang-orang mengikuti trend mode, menciptakan standar untuk mereka ikuti. Organisasi-organisasi politik dan agama menarik orang-orang untuk mendukung gagasan dan tujuan mereka, tidak selalu melalui argumen yang meyakinkan, namun sering kali dengan menggugah rasa solidaritas atau loyalitas. Karena Paulus menyatakan bahwa ’kita adalah budak orang-orang yang kita taati’, kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Saya menjadi budak siapa? Siapa yang memberikan pengaruh terbesar atas keputusan-keputusan dan jalan hidup saya? Apakah para pemimpin agama, para pemimpin politik, para konglomerat bisnis, atau tokoh-tokoh hiburan? Siapa yang saya taati—Allah atau manusia?’ (Menara Pengawal, 15/3/1998 hlm. 15-16)
Jadi jawabannya orang bersedia menjadi budak manusia karena ia tidak menyadari karena ia telah membiarkan dirinya dimanipulasi dan dipengaruhi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga mereka akhirnya tanpa sengaja melakukan apa yang didiktekan orang-orang lainnya. Sudahkah Saudara memahaminya? Ya, pemimpin kultus itu tahu bahwa tidak ada satu orang pun yang mau dirinya diperbudak (istilah kasarnya jongos) oleh manusia lainnya, kecuali menjadi budak Allah. Oleh karena itu,  pemimpin kultus perlu memanipulasi dan mempengaruhi dengan banyak cara yang tidak kentara melalui teknik psikologi untuk memperbudak orang lain agar pemimpin kultus mampu mendikte dan meminta pengikutnya melakukan sesuatu demi maksud kepentingannya. Sebuah gagasan yang brillian, bukan? Klik di sini untuk membuktikan Saksi Yehuwa adalah budak manusia.

Saya senang dengan apa yang ditulis oleh majalah Menara Pengawal tersebut yaitu “Paulus menyatakan bahwa ’kita adalah budak orang-orang yang kita taati’, kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Saya menjadi budak siapa? Siapa yang memberikan pengaruh terbesar atas keputusan-keputusan dan jalan hidup saya? Apakah para pemimpin agama, para pemimpin politik, para konglomerat bisnis, atau tokoh-tokoh hiburan? Siapa yang saya taati—Allah atau manusia?’” Ya, budak siapakah sebenarnya Anda, Allah atau manusia? Siapakah yang mendikte hidup Anda selama ini? Yakinkah Anda bahwa Anda adalah budak Allah, bukan budak manusia? Faktanya, saya membahas di Badan Pimpinan Membentuk Pola Pikir Saksi Yehuwa bahwa yang membentuk pola pikir setiap Saksi adalah badan pimpinan sehingga dengan demikian para Saksi adalah budak-budak manusia, saya bahas di Manipulatif Kultus: Hubungan: Hubungan Menjadi Budak Manusia dan Bebas Berpikir.

Louis Jolyon West, seorang psychiatrist dan juga ahli kultus memberikan definisi kultus cukup lengkap:

Cult (tipe totalistik): sebuah kelompok atau gerakan yang menunjukkan pengabdian atau dedikasi yang besar atau berlebihan kepada seseorang, gagasan, atau sesuatu dan menggunakan teknik manipulasi persuasi dan kontrol yang tidak etis (misalnya, isolasi dari mantan teman dan keluarga, kelemahan, penggunaan spesial metode untuk meningkatkan sugestibilitas dan kepatuhan, tekanan group yang kuat, manajemen informasi, penangguhan individualitas atau penilaian kritis, promosi ketergantungan total pada kelompok dan ketakutan untuk meninggalkan groupnya, dan lain lain) yang dirancang untuk memajukan tujuan pemimpin kelompok, yang sebenarnya atau kemungkinan merugikan anggota, keluarga mereka, atau masyarakat.

Cult (totalistic type): a group or movement exhibiting a great or excessive devotion or dedication to some person, idea, or thing and employing unethically manipulative techniques of persuasion and control (e.g., isolation from former friends and family, debilitation, use of special methods to heighten suggestibility and subservience, powerful group pressure, information management, suspension of individuality or critical judgement, promotion of total dependency on the group and fear of leaving it, etc) designed to advance the goals of the group's leaders, to the actual or possible detriment of members, their families, or the community. (di sini)
Terakhir, tentunya kita bertanya-tanya: Bagaimana orang bisa secara tidak kentara dirinya dimanipulasi dan dipengaruhi menjadi budak manusia? Jawabannya terletak pada jawaban Steve Hassan di atas yaitu penggunaan penipuan dan teknik psikologi yang disebut sebagai mind control, brainwashed, coercive persuasion, atau thought reform yang menjadi pilar ke-3 yang dimiliki oleh pemimpin kultus. Dan West menyebut sebagai teknik kontrol dan persuasi yang tidak etis. Artikel berikutnya yaitu Apakah Kontrol Pikiran atau Cuci Otak? akan membahasnya.  Kita perlu belajar kira-kira makhluk apa yang bisa menjadikan seseorang mau menjadi jongos manusia lainnya tanpa dia sadarinya.

Soli Deo Gloria

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Karena Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan tampil dan akan memberikan tanda-tanda yang hebat dan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan, jika mungkin, bahkan orang-orang pilihan. (Mat. 24:24, TDB)

1 https://www.freedomofmind.com/Info/BITE/bitemodel.php
2 http://old.freedomofmind.com/Info/infoDet.php?id=407
3 Majalah Menara Pengawal menggunakan kata “berpaut” di mana aslinya dalam bahasa Inggris menggunakan kata “adhere” yang berarti (1) melekat, menempel (2) setia, taat, (3) mengikuti, menganut. Oleh karena itu “adhere” bisa dikatakan lebih tetap diterjemahkan “mengikuti dengan taat atau setia”.

2 comments :

  1. Apakah kultus ada yg positif? Ataukah selalu negatif/destruktif 100%.

    Bagaimana tanggapan sdr?

    Apakah bisa kasus politisasi ayat dan mayat dlm pilkada dki yang lalu dijadikan contoh pengendalian pikiran?

    Salam
    AS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Sdr AS

      Definisi kultus sangatlah luas tergantung siapa yang mendefinisikannya. Misalnya definisi teolog/pendeta dng ahli kultus sekuler memiliki definisi berbeda dng kriteria yg berbeda pula.

      Oleh karena itu, kultus pun ada yg positif. Misalnya kelompok fanatikal Star Trek (di amerika dikenal sebagai Trekkies), Slanker (pengikut Slank yang fanatik) ataupun pengikut Habib Rizieq (yg mengikuti pengajiannya) sekalipun bisa disebut pengikut kultus berdasarkan definisi kultus.

      Tujuan dasar pemimpin kultus adalah untuk mengeksploitasi pengikutnya utk beroleh uang, seks dan kekuasaan.

      Menurut ahli kultus sekuler, kultus disebut sebagai destruktif jika memenuhi kriteria:

      Characteristics of a Destructive Cult (disini):

      1. Authoritarian pyramid structure with authority at the top

      2. Charismatic or messianic leader(s) (Messianic meaning they either say they are God OR that they alone can interpret the scriptures the way God intended.....the leaders are self-appointed.

      3. Deception in recruitment and/or fund raising

      4. Isolation from society -- not necessarily physical isolation like on some compound in Waco, but this can be psychological isolation -- the rest of the world is not saved, not Christian, not transformed (whatever) -- the only valid source of feedback and information is the group

      5. Use of mind control techniques (we use Dr. Robert Jay Lifton's criteria from chapter 22 of his book Thought Reform & the Psychology of Totalism to compare whether the eight psychological and social methods he lists are present in the group at question)

      Politisi ayat dan mayat dlm Pilkada memang contoh dari mind control.

      Salam kasih Tuhan Yesus

      Delete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.