Fakta Dan Mitos Tentang Psikologi Kultus

<<<<: Baca artikel sebelumnya                                   Baca Artikel Berikutnya: >>>>

Fakta dan mitos tentang Menara Pengawal bidat
Fakta Dan Mitos Tentang Kultus
BAGIAN SEBELUMNYA yaitu Mengungkap Organisasi Allah Berkedok Agama telah dibahas kesamaan-kesamaan yang dimiliki dari antara kelompok kultus terlepas dari perbedaan doktrin dan ritual yang ada di masing-masing kelompok kultus.

Saya ingin ingatkan bahwa janganlah Saudara berpikir bahwa anggota sebuah grup kultus selalu melakukan tindakan yang begitu ekstrim seperti melakukan bom bunuh diri yang dilakukan oleh para teroris dalam peristiwa rangkaian bom di Indonesia ataupun bunuh diri massal yang dilakukan oleh Jim Jones dan 900-an pengikutnya pada tahun 1970-an ataupun berpakaian dan berperilaku yang aneh-aneh (meskipun ada). Faktanya tidaklah demikian. Hal ini disebabkan karena tujuan atau movitasi dari setiap kelompok kultus berbeda-beda.

Karena subjek tentang kultus jarang dibicarakan dan banyak orang tidak mengetahuinya dengan jelas sehingga berkembang mitos yang menyesatkan tentang kelompok kultus. Di bawah ini saya mencoba untuk menjelaskan beberapa fakta dan mitos seputar dunia kultus yang saya peroleh dari berbagai sumber.

Mitos I: Tidak ada hal yang disebut sebagai mind control

Mitos ini berkembang karena pertama, orang tidak mengetahui apa itu kultus dan bagaimana cara kerjanya. Saya beri contoh teknik mind control yang disebut perintah tidak langsung atau double standard yang digunakan oleh Menara Pengawal untuk memperdaya dan memanipulasi setiap anggotanya yaitu Saksi-Saksi Yehuwa di sini

Kedua, orang memiliki pemikiran yang salah bahwa ingatan/memori korban dihapus melalui teknik brainwash (pencucian otak) sehingga ia menjadi pribadi yang total berbeda.

Faktanya: Di dalam artikel di blog ini, kita akan belajar bahwa mind control tidaklah menghapus kepribadian asli diri seseorang, melainkan menekan kepribadian aslinya sehingga yang lebih menonjol adalah kepribadian (ideologi) pemimpin kultus (sistem kloning) yang menekan kehendak bebas anggotanya agar sesuai dengan pola ideologi pemimpinnya.

Perhatikan tulisan Steven Hassan mengenai hal ini:

People who reject out of hand the existence of mind control usually have distorted conceptions about mind control techniques. “Nobody can erase your personality and turn you into a brainwashed zombie,” is one common belief. Yet, as we have seen, mind control does not erase a person’s authentic self but rather creates a dominant cult self that suppresses free will [*].
Mitos II: Pengikut kultus berperilaku dramatis dan aneh, berpakaian dan berbicara aneh pula.

Terlalu sering kita mendengar di media massa bahwa anggota kultus berperilaku dan melakukan hal-hal aneh dan dramatis seperti bunuh diri massal yang dilakukan oleh Jim Jones dan para anggotanya, anggota Heaven’s Gate yang memiliki nama aneh yaitu dengan menambahkan kata –ody di belakang nama asli anggotanya seperti Sylvie menjadi Sylvie-ody. Ataupun grup meditasi Timur yang mempraktekkan meditasi berjam-jam sehingga membuat anggotanya tidak sadarkan diri dan kesurupan.

Pandangan tersebut di atas merupakan kesalahan yang fatal dalam menilai sebuah kelompok kultus.

Faktanya: Meskipun ada sebagian kelompok kecil melakukan hal yang aneh-aneh, tetapi sesungguhnya lebih banyak grup kultus yang berada di tengah-tengah masyarakat; berperilaku layaknya orang kebanyakan, memiliki anak dan keluarga. Bekerja di perusahaan dengan prestasi baik. Terlihat sangat bersahabat, murah senyum dan ramah. Bahkan standard kehidupan perilaku mereka di atas normal masyarakat biasanya. Seperti; mereka tidak merokok, apalagi menggunakan narkoba. Misalnya, pengikut Mormon; sangat menentang seks pra-nikah, aborsi, bahkan hal-hal yang kecil seperti minum teh dan kopi pun dilarang. Demikian juga Saksi-Saksi Yehuwa memiliki standard kehidupan perilaku yang tinggi sehingga mereka membanggakannya. Perhatikan kutipan berikut:

”Saksi-Saksi telah memperoleh reputasi sebagai orang-orang jujur, sopan, dan rajin,” tambah Corbett dalam bukunya Religion in America. Banyak orang yang bukan Saksi-Saksi langsung mengakui bahwa tidak ada yang aneh ataupun ganjil berkenaan Saksi-Saksi Yehuwa. Tingkah laku mereka tidak bertentangan dengan apa yang diterima sebagai perilaku sosial yang normal. The New Encyclopædia Britannica dengan tepat menyatakan bahwa Saksi-Saksi ”menuntut kaidah moral yang tinggi dalam tingkah laku pribadi”. (Menara Pengawal, 15/2/1994, hlm. 6)
Tetapi tunggu dulu. Memiliki standard moralitas dan perilaku yang tinggi bukanlah berarti pengikut kultus bukanlah anggota kultus. Memiliki hal-hal yang demikian merupakan salah satu dari tanda-tanda mind control yang diterapkan oleh pemimpin kultus kepada anggotanya. Pemimpin kultus meminta anggotanya menjalankan standard moralitas dan perilaku yang tinggi untuk memanipulasi rasa bersalah atau rasa berdosa di dalam hati anggotanya untuk menggerakkan hati dan pikiran pengikutnya menjalankan misinya. Untuk memahaminya silahkan klik Menuntut Kesucian Dan Moralitas Yang Tinggi.

Perhatikan tulisan Jay Lifton, seorang pakar kultus berkenaan dengan salah satu tanda-tanda mind control yaitu demand for purity.

In the thought reform milieu, as in all situations of ideological totalism, the experiential world is sharply divided into the pure and the impure, into the absolutely good and the absolutely evil. The good and the pure are of course those ideas, feelings, and actions which are consistent with the totalist ideology and policy; anything else is apt to be relegated to the bad and the impure. Nothing human is immune from the flood of stern moral judgments. All "taints" and "poisons" which contribute to the existing state of impurity must be searched out and eliminated.


The philosophical assumption underlying this demand is that absolute purity is attainable, and that anything done to anyone in the name of this purity is ultimately moral. In actual practice, however, no one is really expected to achieve such perfection. Nor can this paradox be dismissed as merely a means of establishing a high standard to which all can aspire. Thought reform bears witness to its more malignant consequences: for by defining and manipulating the criteria of purity, and then by conducting an all-out war upon impurity, the ideological totalists create a narrow world of guilt and shame. This is perpetuated by an ethos of continuous reform, a demand that one strive permanently and painfully for something which not only does not exist but is in fact alien to the human condition. [**]
Kita akan mempelajari kemudian mengenai hal ini lebih detail dan mendalam di dalam artikel bersambung ini.

Mitos III: Pengikut kultus di cuci otaknya (Brainwashing), dihipnosis sehingga diri mereka bukanlah diri mereka dan dipaksa dengan penyiksaan secara fisik untuk mengikuti kehendak pemimpin kultus.

Gambaran tersebut hanya ada di film-film yang sangat berlebih-lebihan untuk membuat filmnya terlihat dramatis dan menegangkan.

Pengetahuan tentang ‘pencucian otak’ (brainwashing) awalnya dikembangkan di negara komunis, China. Pelakunya menahan korbannya dengan metode penyiksaan, membuat lapar, menjadikan korbannya mengalami rasa takut yang luar biasa dan jika korban tidak juga bersedia melakukan perintah pelaku, maka korban akan dibunuh.

Fakta: Sekarang ini, praktek-praktek ‘pencucian otak’ tidak digunakan lagi. Yang ada adalah teknik metode persuasi dan pengaruh yang digunakan grup kultus sangatlah halus dan tidaklah menyeramkan.  Tetapi akibatnya lebih dahsyat dari program ‘brainwashing’. 

Awalnya, pemimpin grup kultus memperoleh kepercayaan atas kepemimpinannya sehingga calon anggota dengan suka rela melakukan proses indoktrinisasi. Perlahan-lahan, pemimpin grup menggunakan teknik mind control untuk mengontrol pikiran, emosi dan perilaku anggota sehingga setiap kehidupan anggota sangat bergantung kepada grup tersebut. 

Setiap anggota dengan suka rela dan bersuka cita melakukan ritual-ritual yang mereka pikir sangat baik bagi mereka dan berdasarkan Alkitab. Setelah bergantung total, setiap anggota dengan mudah melakukan apa yang diinginkan pemimpin grup kultus yang tentunya 'dikatakan berdasarkan Alkitab'

Setiap anggota merasa bahwa mereka memiliki kehendak bebas untuk berpikir ataupun melakukan segala sesuatu. Yang mereka tidak tahu atau sadari adalah kehendak bebas yang mereka miliki tidaklah boleh bertentangan dengan instruksi/peraturan pemimpin grup. Jika perilaku ataupun pikiran mereka menyimpang, maka hukuman moral secara grup sampai kepada pengucilan atau pemecatan akan diterapkan kepada anggota yang membandel atau murtad.

Mitos IV: Hanya orang bodoh, kurang berpendidikan, kurang pengalaman, kerohanian yang lemah atau sakit jiwa saja yang bergabung dengan grup kultus.

Berpandangan seperti tersebut di atas sangatlah salah. Grup kultus tidak akan merekrut orang yang tidak berguna sehingga akan menjadi beban bagi organisasinya.

Faktanya: Grup kultus akan merekrut orang-orang yang pintar,  idealis, berpendidikan, pintar dan memiliki kerohanian yang sehat.

Jika begitu, bagaimana orang pintar, berpendidikan dan berkerohanian sehat dapat bergabung dengan grup kultus? Siapapun juga di dunia ini – entah ia pintar atau bodoh, berpendidikan atau tidak – memiliki saat-saat yang sulit atau lemah di dalam kehidupan mereka. Misalnya, dalam proses transisi pekerjaan baru, sekolah baru, tempat tinggal baru, sedang mencari apa artinya kehidupan yang sesungguhnya ataupun baru saja mengalami hal yang dramatis (seperti kematian dalam keluarga, bangkrut, patah hati, dan lain-lain) sampai kepada pemahaman akan kepercayaan yang kurang.  

Jika ada seseorang yang kita baru kenal atau keluarga dekat yang memberikan harapan, kenyamanan, persahabatan di lingkungan baru dan jawaban bagi persoalan yang sedang kita hadapi maka secara otomatis kita akan menerimanya tanpa curiga. Ketika kita berada pada kondisi seperti itu, kita akan lebih mudah dibujuk dan ditipu oleh teknik-teknik psikologi.

Dengan mempelajari teknik-teknik mind control dan ciri-ciri proses indoktrinisasi akan mencegah dan menghindarkan kita terjerumusnya ke dalam jerat grup-grup kultus.

Mitos V: Istilah ‘kultus’ berarti sama dengan ‘okultisme’.

Walaupun mungkin ada grup kultus yang mempraktekkan ritual okultisme tetapi definisi kultus tidaklah sama. Okultisme berasal dari kata latin ‘occultus’ yang berarti ‘tersembunyi, gaib, rahasia’. Di masyarakat kita, okultisme berarti berhubungan dengan hal-hal yang gaib berkenaan dengan penyembahan dunia roh-roh, berhala, sihir,  dan lain-lain.

Faktanya: Walaupun ada sebagian grup kultus mempraktekkan okultisme, tetapi lebih banyak lagi grup-grup kultus mengutuk praktek-praktek okultisme. Banyak grup kultus yang menggunakan agama Kristen, Islam, Buddha dan agama resmi lainnya sebagai dasar ritual agar mudah digunakan sebagai landasan rasa sebuah kepercayaan. 

Alasan Grup kultus menggunakan agama sebagai dasar ritual karena lebih mudah dalam merekrut calon korbannya dibandingkan mengajarkan faham komunis (marxisme) seperti yang dilakukan oleh Jim Jones. Manusia selalu mencari hal-hal yang rohaniah di dalam hidupnya, seperti tujuan hidupnya di dunia ini dan pencarian jati dirinya. Inilah yang dimanfaatkan oleh grup kultus.

Mitos VI: Istilah ‘Kultus’ sama dengan ‘bidat’.

Mitos ini sangatlah sering saya dengar dan baca. Banyak pendeta – apalagi orang awam – tidak dapat membedakannya dengan baik. Selalu dikatakan bahwa ajaran gereja Mormon atau Saksi Yehuwa adalah bidat atau kultus atau sekte, padahal ajaran Mormon atau Saksi Yehuwa bukanlah sekedar dari bidat. 


Faktanya:Kita harus membedakan definisi antara bidat dan kultus dengan baik antara kedua istilah itu. Hal ini karena setiap kelompok yaitu keagamaan dan ahli psikologi memiliki definisi yang berbeda-beda. 

Kelompok keagamaan (Kristen) mengatakan suatu aliran sebagai bidat atau kultus atau sekte dalam suatu definisi yang hampir sama yaitu suatu ajaran yang menyimpang dari ajaran yang ortodoks.

Sebaliknya, ahli psikologi kultus membedakannya. Sebuah bidat tidaklah sama dengan kultus. Sebuah kultus berbasis agama pasti mengajarkan ajaran bidat karena memang natur motivasi dari pemimpin kultus adalah mengeksploitasi dan menipu para anggotanya. Jika pemimpin kultus mengajar ajaran yang sesungguhnya, ia tidak akan dapat menggerakkan para anggotanya melakukan sesuatu demi kepentingannya. Jadi ajaran agama hanyalah sebagai kedok atau alasan pembenaran atas perintah, larangan dan kewajiban yang harus dijalankan para anggota.


Sebaliknya, anggota bidat belum tentu anggota kultus. Secara umum, seorang anggota bidat Kristen didefinisikan sebagai anggota yang menerima ajaran yang menyimpang atau salah dari ajaran Alkitab yang dianut oleh umat Kristen secara ortodoks.


Nah, sedangkan kultus didefinisi oleh ahli psikologi kultus yaitu setiap kelompok yang  memiliki tipe kepemimpinan berstruktur piramida  yang bersifat otoriter dengan semua pengajaran dan bimbingan yang datang dari orang atau orang di atasnya. Kelompok ini akan mengklaim sebagai satu-satunya cara kepada Allah; Nirvana; Firdaus; Akhir Realitas; Potensi Penuh, Cara kepada  Kebahagiaan dan lain-lain, dan akan menggunakan reformasi pikir atau teknik kontrol pikiran (mind control) untuk mendapatkan kontrol atas kehidupan anggotanya serta mempertahankan anggotanya agar tetap berada di bawah kuasa kontrolnya.


Oleh sebab itu, jika pembaca sungguh-sungguh memperhatikan format dari blog ini. Saya memfokuskan bahasan kepada psikologi kultus dibandingkan dengan mendiskusikan doktrin-doktrin Alkitab. Bagi saya pribadi, permasalahan dari Saksi-Saksi Yehuwa bukanlah masalah bidang doktrin, tetapi pada bidang psikologi.


Saya meyakini bahwa semua bahasan atau diskusi doktrin hanyalah fenomena yang tampak di luar.  Segala upaya apapun juga menjadi sia-sia untuk berdiskusi ayat-ayat Alkitab dengan seorang Saksi Yehuwa jika kita tidak memahami apa yang diyakini oleh seorang Saksi Yehuwa yang sesungguhnya yaitu apa yang diyakini oleh Saksi Yehuwa bukanlah apa yang Alkitab katakan, melainkan apa yang organisasi Saksi Yehuwa tafsirkan. Oleh sebab itu, meskipun Alkitab mengatakan ‘A’, tetapi jika organisasi Saksi Yehuwa mentafsirkannya ‘Z’ maka Saksi Yehuwa akan meyakininya ‘Z’. Misalnya Saksi Yehuwa meyakini bahwa hanya 144.000 orang saja dapat ‘dilahirkan kembali’ atau ‘lahir baru’. Padahal Tuhan Yesus mengatakan ‘seseorang’ yang artinya siapapun dan tidak terbatas pada jumlah orang dapat ‘dilahirkan kembali’, lihat kutipan NW berikut ini:

Sebagai jawaban Yesus mengatakan kepadanya, ”Sesungguh-sungguhnya aku mengatakan kepadamu: Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.” (Yoh. 3:3)
Nah, ketika kita perhadapkan dengan fakta bahwa tidak ada satu pun pernyataan Alkitab secara eksplisit menyatakan bahwa lahir baru hanya untuk 144.000 orang, tetapi karena Saksi Yehuwa meyakini tafsiran Menara Pengawal maka ia akan mengatakan dengan keyakinan yang teguh bahwa lahir baru hanya untuk 144.000 orang saja. Tentunya meskipun keyakinannya itu tidak memiliki bukti yang kuat, tetapi ini tidak penting. Yang utama adalah Menara Pengawal mengajarkannya demikian.


Bagi saya, menghancurkan otoritas Menara Pengawal yang mengikat kehidupan dan pikiran para anggotanya lebih utama dibandingkan mendiskusikan doktrin-doktrin. Setelah seorang Saksi Yehuwa mampu melihat masalah sesungguhnya dengan jelas akan ‘wajah’ asli Menara Pengawal, maka doktrin Menara Pengawal dengan mudah ditumbangkan.


Mitos VII: Orang dapat dengan mudah meninggalkan dunia kultusnya kapanpun mereka inginkan dan tidak ada seorangpun yang memaksa mereka tetap bergabung.

Faktanya: Jangan Anda samakan kondisi gereja pada umumnya dengan grup kultus dalam hal keanggotaan. Jika Anda bergabung dengan gereja, Anda dengan mudah keluar tanpa beban apapun karena tidak ada harga yang Anda harus bayar, seperti keluarga, persahabatan, kejiwaan dan lain-lain. Ilusi mudah keluar dari grup kultus selalu dikatakan oleh grup kultus, tetapi faktanya ketika seseorang telah menjadi anggota grup kultus sangatlah sulit baginya keluar dari lingkungan kontrol grup kultus tanpa mengalami konsekuensi psikologis sampai pada tekanan sosial lingkungan kultus. Salah satu contoh hambatannya dapat Anda baca di Aturan Menara Pengawal: Putusnya Kekeluargaan

Pemimpin kultus sangat pandai menjadikan kehidupan para anggotanya bergantung 100% kepadanya secara emosional, psikologi, keuangan dan kejiwaan. Bagi anggota yang ingin keluar dari grup kultus maka ia akan mengalami kesulitan yang luar biasa di luar grup karena ia telah begitu bergantung kepada grup kultusnya.

Mitos VIII: Orang yang keluar dari cengkraman dunia kultus dapat mudah pulih dari kondisinya, baik fisik, mental, dan emosinya.

Faktanya: Semakin lama dan semakin bergantung seseorang kepada grup kultus semakin sulit ia pulih. Walaupun ia mampu keluar dari cengkraman grup kultus tidaklah mudah bagi seseorang untuk memperoleh kondisi seperti sebelum ia bergabung karena secara pikiran, emosi dan kejiwaan ia telah diekspoiltasi oleh pemimpin kultus selama bertahun-tahun. Kerapkali dibutuhkan konseling oleh seorang psikolog untuk melewati masa-masa sulitnya menghadapi kemungkinan depresi, rasa bersalah, kemarahan, ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, kebingungan, disorientasi, rasa takut yang berlebihan (phobia) dan lain-lain kondisi.

Mitos IX: Dengan pengetahuan saya yang baik dan kemampuan memberikan penjelasan tentang Alkitab akan menyadarkan seorang anggota grup kultus Kristen bahwa ia salah mentafsirkan ayat-ayat Alkitab.

Faktanya: Masalah kultus berbasis agama Kristen bukanlah masalah doktrinal (walaupun nampaknya di luarnya seperti itu). Walaupun Anda telah mampu membungkamkan seorang anggota kultus atas penafsirannya yang salah, tidak akan membuatnya bertobat karena semuanya adalah masalah tafsiran. Anda memiliki tafsiran, anggota kultuspun memiliki tafsirannya sendiri. Argumentasi ayat-ayat Alkitab tidak cukup effektif karena seorang anggota kultus telah dilatih dengan luar biasa untuk menjawab atau merespons setiap pertanyaan yang mungkin akan diajukan Anda. Bahkan sekalipun Anda mampu membuktikan kepalsuan grup kultus, sulit bagi Anda untuk meyakinkan anggotanya akan kepalsuan tersebut. Memahami tentang teknik mind control akan membantu Anda mengerti situasi yang dialami oleh anggota kultus dan mungkin akan menghindarkan Anda terjerat dalam dunia kultus.

<<<<: Baca artikel sebelumnya                                  Baca Artikel Berikutnya: >>>>


"Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut
(Amsal 14:12)
____________________________
[*]    http://freedomofmind.com/Media/books/rtbChap4.php
[**]  http://www.rickross.com/reference/brainwashing/brainwashing19.html

No comments :

Post a Comment

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.