Anggota Kultus Hidup Dalam Ilusi Kontrol Bebas Memilih |
Apa yang dikatakan oleh Hassan merupakan sebuah kebenaran yaitu sebenarnya, anggota kultus hidup dalam sebuah “ilusi kontrol”; ia hanya merasa dan mengira memiliki kebebasan untuk membuat pilihannya sendiri berdasarkan keinginan dan kehendaknya. Padahal fakta berbicara sebaliknya. Ia tidak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya sendiri. Ia tidak mampu membuat keputusan penting dalam hidupnya. Hidupnya bukanlah miliknya lagi karena ia telah menjadi budak pemimpinnya. Tentunya ia tidak sadar akan hal ini. Ironis, bukan? Mau buktinya?
Majalah Menara Pengawal edisi 15/3/1998, hlm 15-16 menyatakan bahwa faktanya orang dapat dimanipulasi dan dipengaruhi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga mereka akhirnya tanpa sengaja melakukan apa yang didiktekan orang lain sehingga menjadi budak manusia, bukan Allah karena mentaati orang-orang yang mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan-keputusan besar dan jalan hidup kita:
Menjadi budak untuk orang lain merupakan gagasan yang tidak menyenangkan bagi kebanyakan orang. Namun, dalam dunia dewasa ini, kenyataannya adalah bahwa orang-orang sering kali membiarkan diri dimanipulasi dan dipengaruhi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga mereka akhirnya tanpa sengaja melakukan apa yang didiktekan orang-orang lain. . . . Karena Paulus menyatakan bahwa ’kita adalah budak orang-orang yang kita taati’, kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Saya menjadi budak siapa? Siapa yang memberikan pengaruh terbesar atas keputusan-keputusan dan jalan hidup saya? Apakah para pemimpin agama, para pemimpin politik, para konglomerat bisnis, atau tokoh-tokoh hiburan? Siapa yang saya taati—Allah atau manusia?’Agar pemimpin kultus dapat memperbudak kita maka kata kunci yang harus kita pelajari adalah manipulasi dan pengaruh atau dipersuasi. Dengan kemampuannya mempersuasi dengan cara-cara yang manipulatif sehingga tidak kentara, pemimpin kultus mampu menciptakan suatu ilusi di mana para anggotanya seolah-olah hidupnya memiliki kebebasan untuk memilih dan mengambil keputusan-keputusan penting dalam menjalankan hidupnya. Padahal faktanya ia tidak memilikinya karena pilihannya itu sebenarnya telah diserahkan kepada pemimpin kultus dan pemimpin kultus lah yang memutuskan bagi anggotanya.
Dengan kemampuannya memanfaatkan teknik mind control, para anggota kultus sebenarnya adalah budak manusia yang mentaati pemimpinnya, bukan Allah. Anggota kultus hanya merasa, berpikir dan mengira dirinya mentaati dan mengabdikan dirinya kepada Allah. Fakta yang sebenarnya, ia murni mentaati, menghambakan dirinya dan mengabdikan hidupnya kepada pemimpinnya karena yang memberi pengaruh terbesar dalam pengambilan keputusan-keputusan dan jalan hidupnya adalah pemimpin kultus, bukan dirinya.
Tentunya Anda bertanya bagaimana mungkin hal demikian bisa terjadi? Steve Hassan mengatakan di awal tulisan ini; renungkan apa yang dikatakannya dan sekarang perhatikan: “Kunci keberhasilan kontrol pikiran terletak pada kehalusannya . . . sebenarnya dia telah terpengaruh secara sosial untuk melepaskan pikiran kritis dan kemampuan pengambilan keputusannya sendiri. . . dia percaya bahwa dia bebas memilih untuk menyerahkan kehendak bebasnya kepada Tuhan atau kepada seorang pemimpin atau ideologi. . . ”
Ya, anggota kultus telah melepaskan pikiran kritis dan kemampuan mengambil keputusannya sendiri karena ia telah menyerahkan kehendak bebasnya tersebut kepada kepada seorang pemimpin yang mengatas-namakan Tuhan! Dan hanya dengan mengevaluasi secara obyektif maka kita bisa melihat bahwa anggota kultus tersebut benar-benar telah dipersuasi dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga ia mentaati pemimpin kultus. Mau bukti?
Dalam kutipan majalah Menara Pengawal 1/2/1952 hal. 79-80 di bawah dengan judul “Organisasi Teokratis Yehuwa Hari Ini” membuktikan betapa manipulatifnya ajaran Saksi Yehuwa yaitu Allah berurusan dengan umat-Nya melalui golongan hamba atau budak (baca di sini). Allah tidak memberi makanan rohani per individu. Allah menafsirkan dan mengajar, melalui Kristus Hamba Kepala, yang kemudian menggunakan budak bijaksana sebagai saluran komunikasi-Nya.
Lebih lanjut, publikasi mengingatkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa harus menghargai hubungannya dengan organisasi teokratis yang kelihatan sehingga tidak mencoba untuk mengambil alih tugas golongan hamba. Setiap Saksi Yehuwa harus makan dan mencerna dan menyerap apa yang sediakan golongan budak meskipun makanan rohani tersebut mungkin tidak sesuai dengan keinginan Saksi. Kebenaran yang disampaikan melalui organisasi budak bijaksana, bukan pendapat pribadi yang mungkin bertentangan dengan apa yang telah diberikan oleh budak sebagai makanan yang tepat waktu. Yehuwa dan Kristus mengarahkan dan memperbaiki budak sesuai kebutuhan, bukan kita sebagai individu. Jika para Saksi tidak memahaminya pada awalnya maka para Saksi harus terus berusaha untuk memahaminya, daripada menentang dan menolaknya dan dengan sombong mengambil posisi bahwa para Saksi lebih baik daripada budak yang bijaksana. Para Saksi harus patuh mengikuti organisasi teokratis Allah dan menunggu klarifikasi lebih lanjut, daripada menolak keras gagasan yang tidak menyenangkan bagi para Saksi dan melanjutkan untuk berdalih dan memberi kritik dan opini seolah-olah nilainya lebih berharga dari pada penyediaan makanan rohani dari budak. Warga Teokrasi akan menghargai organisasi Tuhan yang kelihatan dan tidak terlalu bodoh untuk komplain pada saluran Yehuwa dengan penalaran, sentimen dan perasaan pribadi mereka sendiri:
Jehovah God deals with his people as a servant class. He does not feed each one individually nor does he appoint an individual over them. No individual student of God’s Word reveals God’s will or interprets His Word. (2 Pet. 1:20, 21) God interprets and teaches, through Christ the Chief Servant, who in turn uses the discreet slave as the visible channel, the visible theocratic organization. David approached God through the priestly organization represented by Abiathar, who had the ephod; and a servant of today must likewise look to God’s visible organization for spiritual food that is timely and for directions in Kingdom service. (1 Sam. 23:6, 9-11; 30:7, 8) Just as is shown in the illustration of the talents where different amounts were committed to different individual slaves on the basis of their abilities, so the domestics are assigned service privileges on the basis of their abilities and devotion and readiness to submit and conform to the leadings of the holy spirit. Jehovah through Christ sets the domestics in their service positions in the discreet-slave body.—1 Cor. 12:18.Dan dalam kutipan ini membuktikan klaim sepihak bahwa golongan hamba atau budak digunakan oleh Yesus untuk memberikan makanan rohani kepada pengikutnya dan diharapkan para pengikutnya itu mengenali budak ini agar tetap sehat rohani dan memiliki hubungan baik dengan Allah:
We must show our understanding in these matters, appreciating our relationship to the visible theocratic organization, remembering the fate of those like Korah and Achan and Saul and Uzziah and others who forgot the theocratic order. Are we assigned as individuals to bring forth the food for the spiritual table? No? Then let us not try to take over the slave’s duties. We should eat and digest and assimilate what is set before us, without shying away from parts of the food because it may not suit the fancy of our mental taste. The truths we are to publish are the ones provided through the discreet-slave organization, not some personal opinions contrary to what the slave has provided as timely food. Jehovah and Christ direct and correct the slave as needed, not we as individuals. If we do not see a point at first we should keep trying to grasp it, rather than opposing and rejecting it and presumptuously taking the position that we are more likely to be right than the discreet slave. We should meekly go along with the Lord’s theocratic organization and wait for further clarification, rather than balk at the first mention of a thought unpalatable to us and proceed to quibble and mouth our criticisms and opinions as though they were worth more than the slave’s provision of spiritual food. Theocratic ones will appreciate the Lord’s visible organization and not be so foolish as to pit against Jehovah’s channel their own human reasoning and sentiment and personal feelings.
Budak yang setia itu adalah saluran yang Yesus gunakan untuk memberi makan para pengikutnya yang sejati pada zaman akhir ini. Maka, kita perlu mengenali budak yang setia itu. Saluran ini mutlak diperlukan agar kita tetap sehat secara rohani dan memiliki hubungan baik dengan Allah.—Mat. 4:4; Yoh. 17:3. (Menara Pengawal, 15/7/2013 hlm. 20)Dari kutipan tersebut dapat kita simpulkan bahwa ajaran Saksi Yehuwa mengajarkan:
- Adanya 2 golongan; golongan hamba setia bijaksana yang berhak menafsirkan Alkitab dan jutaan anggotanya yang hanya makan, mencerna dan menyerap seluruh makanan rohani yang ditafsirkan golongan hamba (baca Mitos dan Bohong: Hamba Setia dan Bijaksana Berhak Menafsirkan Alkitab). Mengapa bisa?
-
Saksi Yehuwa meyakini bahwa organisasi ini diarahkan oleh Allah dan beroleh pemilihan oleh Yesus Kristus sendiri pada tahun 1919 sebagai hamba/budak setia dan bijaksana atau satu-satunya saluran komunikasi Allah di bumi yang menyampaikan kebenaran tentang Allah (baca di sini). Menara Pengawal, 1/5/2000 hlm. 15 mengklaim: “Yehuwa berbicara kepada kita [Saksi Yehuwa] melalui Alkitab dan ”budak yang setia dan bijaksana””. Dengan demikian mereka mengklaim sebagai Juru Bicara Allah atau berbicara atas nama Allah (baca di sini).
- Meskipun makanan rohani yang diberikan golongan hamba tidak sesuai dengan pendapat anggotanya, mereka tidak boleh komplain dengan penalaran, sentimen dan perasaan pribadi sendiri. Dengan kata lain, para anggota mengikuti dan taat mutlak apa pun yang diberikan oleh golongan hamba sebagai makanan rohani. Jika Saudara baca juga artikel Berpikir Mandiri dan Berpendapat Bebas membuktikan para Saksi Yehuwa sebenarnya seperti kerbau dicucuk hidungnya mengikuti arahan dan pimpinan golongan hamba atau badan pimpinan.
- Berhubungan dan kenal budak ini sangat penting untuk kesehatan rohani dan berhubungan baik dengan Allah.
Keyakinan Saksi Yehuwa yang saya simpulkan di atas harus benar-benar mutlak diyakini dan ditaati oleh setiap anggota Saksi Yehuwa. Bagi seorang Saksi, tidaklah penting percaya kepada Allah, Alkitab, Yesus Kristus, dan sebagainya melainkan untuk menjadi dan bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa, ia juga harus menerima kepercayaan Alkitab yang hanya dianut Saksi-Saksi Yehuwa, seperti ketaatan kepada golongan budak ini. Berikut keterangannya:
Jelaslah, seseorang diperbolehkan bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa bukan hanya karena ia percaya akan Allah, Alkitab, Yesus Kristus, dan sebagainya. Paus Katolik Roma dan Uskup Agung Anglikan dari Canterbury mengaku mempercayai hal-hal di atas, meskipun begitu keanggotaan gereja mereka terpisah. Demikian pula, sekadar mengaku memiliki kepercayaan semacam itu tidak berarti seseorang bisa dikenal sebagai seorang Saksi-Saksi Yehuwa.Sekarang sampai dimanakah tingkat pengaruh manipulatif ajaran Saksi Yehuwa terhadap para anggotanya?
Untuk dapat bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa, seseorang harus menerima segenap ajaran Alkitab yang benar, termasuk kepercayaan Alkitab yang hanya dianut Saksi-Saksi Yehuwa. Apa saja yang tercakup dalam kepercayaan itu?
Sengketa besar yang dihadapi manusia adalah keabsahan kedaulatan Yehuwa, yang merupakan alasan Ia membiarkan kefasikan begitu lama. (Yehezkiel 25:17) Yesus Kristus memiliki eksistensi pramanusia dan lebih rendah daripada Bapak surgawinya. (Yohanes 14:28) Ada ”budak yang setia dan bijaksana” di bumi dewasa ini yang ’dipercayakan dengan segala kepentingan Yesus di bumi’, dan budak ini dikaitkan dengan Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa. (Matius 24:45-47) . . . (Menara Pengawal, 1/3/2006/30-31)
Saya mengambil sebuah contoh kecil dari doktrin unik Saksi-Saksi Yehuwa yaitu tentang transfusi darah. Saya telah membahasnya di sini tentang beberapa anak-anak remaja — bernama Lenae Martinez, Crystal Moore, Kosack dan beberapa nama lainnya — yang menolak menerima transfusi darah; ada yang meninggal dan ada pula yang selamat. Dalam kutipan di bawah saya hanya mengutip tentang Lenae Martinez. Dan perhatikan kalimat merah dari saya karena akan menjadi topik diskusi di bawahnya:
Kaum Muda yang Memiliki ”Kekuatan yang Melampaui Apa yang Normal”Siapakah tokoh utama dalam cerita kutipan di atas? Mungkin Anda berkata “Lenae Martine” adalah tokoh sentralnya. Anda benar. Tetapi Lenae hanyalah seorang korban dari salah satu ajaran Saksi Yehuwa tentang transfusi darah. Namun demikian, ada tokoh lainnya yang bekerja di balik pemahaman Lenae itu yang tidak terlihat ataupun disebut di dalam artikel itu tetapi memiliki peran sangat penting yaitu golongan hamba setia dan bijaksana yang beropini atas Alkitab dan opininya itu mutlak harus diyakini kebenarannya.
ANDA masih muda. Baru berusia 12 tahun. Anda memiliki keluarga yang Anda kasihi. Anda memiliki teman-teman sekolah yang Anda sukai. Anda suka pesiar ke pantai dan gunung. Anda merasa takjub sewaktu menatap langit pada malam hari bertaburan bintang. Hidup ini terbentang seutuhnya di hadapan Anda.
Dan kini Anda mengidap kanker. Berita itu merupakan pukulan apabila Anda berusia 60 tahun. Namun benar-benar menghancurkan hati apabila Anda berusia 12 tahun.
Lenae Martinez
Demikianlah kelihatannya bagi Lenae Martinez yang berusia 12 tahun. Harapannya adalah untuk hidup kekal dalam firdaus di bumi. Harapan ini ditopang oleh pelatihan Alkitab yang diterimanya dari orang-tuanya, yang adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Bukankah ia sendiri telah membaca dalam Alkitab bahwa bumi akan terus ada, bahwa bumi diciptakan untuk didiami selama-lamanya, dan bahwa orang-orang yang lembut akan mewarisinya untuk selama-lamanya?—Pengkhotbah 1:4; Yesaya 45:18; Matius 5:5.
Kini ia berada di Rumah Sakit Anak Valley di Fresno, Kalifornia, AS. Ia telah dirawat di sana karena apa yang tampaknya seperti infeksi ginjal. Akan tetapi, hasil tes menyingkapkan bahwa ia menderita leukemia. Para dokter yang merawat Lenae memutuskan bahwa sel-sel darah merah dan keping-keping darah yang dipadatkan harus ditransfusikan dan kemoterapi segera dimulai. Lenae mengatakan bahwa ia tidak menginginkan darah atau produk-produk darah digunakan, karena ia telah diajar bahwa Allah melarang hal itu, sebagaimana terlihat dalam buku Imamat dan Kisah. ”Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan.” (Kisah 15:28, 29) Orang-tuanya mendukung pendiriannya, namun Lenae menandaskan bahwa itu merupakan keputusannya sendiri dan itu sangat penting baginya.
Para dokter berbicara berkali-kali kepada Lenae dan orang-tuanya. Meskipun demikian, mereka datang lagi pada suatu sore. Lenae mengatakan sehubungan kunjungan para dokter itu, ”Saya merasa sangat lemah karena rasa sakit ini dan telah memuntahkan darah dalam jumlah besar. Mereka mengajukan pertanyaan yang sama kepada saya, hanya kali ini dengan cara berbeda. Saya sekali lagi memberi tahu mereka, ’Saya tidak menginginkan darah atau produk-produk darah. Lebih baik saya mati, jika perlu, daripada melanggar janji saya kepada Allah Yehuwa untuk melakukan kehendak-Nya.’”
Lenae melanjutkan, ”Mereka kembali keesokan paginya. Jumlah keping darah saya merosot dan demam saya masih tinggi. Saya merasakan bahwa kali ini para dokter lebih mendengarkan kata-kata saya. Meskipun mereka tidak menyukai pendirian saya, mereka mengatakan bahwa saya adalah anak berusia 12 tahun yang sangat dewasa. Kemudian, dokter anak yang merawat saya masuk dan dengan menyesal harus memberi tahu saya bahwa tidak ada jalan lain untuk membantu saya selain kemoterapi dan transfusi. Ia pergi dan mengatakan bahwa ia akan kembali lagi.
”Sewaktu dokter pergi, saya mulai menangis tersedu-sedu mengingat ia telah merawat saya sejak saya lahir, dan kini saya merasa ia mengkhianati saya. Ketika ia datang lagi, saya mengatakan bagaimana perasaan saya mendengar kata-katanya tadi—bahwa ia tidak memedulikan saya lagi. Ini membuatnya terkejut, dan ia meminta maaf. Ia tidak bermaksud melukai perasaan saya. Ia menatap saya dan berkata, ’Nah, Lenae, jika memang harus demikian, maka kita akan berjumpa lagi di surga.’ Ia melepas kacamatanya dan, dengan berlinang air mata, mengatakan bahwa ia mengasihi saya dan mendekap saya erat-erat. Saya mengucapkan terima kasih kepadanya dan berkata, ’Terima kasih. Saya juga mengasihi Anda, Dr. Gillespie, tetapi saya berharap untuk hidup dalam firdaus di bumi pada saat kebangkitan.’”
Kemudian dua orang dokter dan seorang pengacara datang, memberi tahu orang-tua Lenae bahwa mereka ingin berbicara secara pribadi dengan Lenae, dan meminta mereka meninggalkan ruangan, dan orang-tua Lenae pun melakukannya. Sepanjang pembahasan ini, para dokter telah bersikap sangat timbang rasa dan baik hati dan terkesan dengan cara berbicara Lenae yang jelas serta keyakinannya yang dalam.
Sewaktu berbicara secara pribadi dengan Lenae, mereka memberi tahu Lenae bahwa ia akan segera meninggal karena leukemia dan berkata, ”Tetapi transfusi darah akan memperpanjang kehidupanmu. Jika kamu menolak, kamu akan meninggal dalam beberapa hari.” ”Jika saya menerima darah,” tanya Lenae, ”untuk berapa lama kehidupan saya akan diperpanjang?”
”Sekitar tiga hingga enam bulan,” jawab mereka.
”Apa yang dapat saya lakukan dalam enam bulan?” tanyanya.
”Kamu akan menjadi kuat. Kamu dapat melakukan banyak hal. Kamu bisa mengunjungi Disney World. Kamu bisa melihat-lihat banyak tempat lainnya.”
Lenae berpikir sejenak, kemudian menjawab, ”Saya telah melayani Yehuwa seumur hidup saya, 12 tahun. Ia telah menjanjikan saya kehidupan kekal di Firdaus jika saya menaati-Nya. Saya tidak akan berpaling dari-Nya sekarang demi kehidupan selama enam bulan. Saya ingin setia sampai mati. Kemudian, saya tahu bahwa pada waktu yang ditentukan-Nya, Ia akan membangkitkan saya dari kematian dan memberi saya kehidupan kekal. Pada saat itulah saya akan memiliki banyak waktu untuk melakukan segala hal yang saya inginkan.”
Para dokter dan pengacara tampak jelas terkesan. Mereka memujinya dan pergi serta memberi tahu orang-tuanya bahwa Lenae berpikir dan berbicara seperti seorang dewasa dan sanggup membuat keputusan sendiri. Mereka memberikan rekomendasi kepada komite etika dari Rumah Sakit Anak Valley bahwa Lenae dapat dianggap sebagai anak yang dinyatakan dewasa. Komite ini, yang terdiri dari para dokter dan para profesional bidang kesehatan lainnya, serta seorang profesor etika dari Universitas Negeri Fresno, mengeluarkan keputusan untuk mengizinkan Lenae membuat keputusannya sendiri sehubungan perawatan medisnya. Mereka menganggap Lenae sebagai anak yang dinyatakan dewasa. Maka, tidak diperlukan perintah pengadilan.
Setelah melampaui malam yang panjang dan sulit, pada pukul 6.30 pagi, tanggal 22 September 1993, Lenae menghembuskan napasnya yang terakhir dalam dekapan ibunya. Keheningan dan kesunyian malam itu terpatri dalam pikiran orang-orang yang hadir. Ada 482 orang yang menghadiri khotbah peringatan, termasuk para dokter, juru rawat, dan guru, yang telah terkesan akan iman dan integritas Lenae.
Orang-tua dan teman-teman Lenae sangat berterima kasih bahwa para dokter dan juru rawat Rumah Sakit Anak Valley begitu penuh pengertian dalam memahami kedewasaan Lenae dan bahwa tidak dibutuhkan kasus pengadilan untuk mengambil keputusan itu. (Sedarlah!, 8/5/1994 hlm. 18-20)
Apakah Lenae menolak transfusi darah karena ia telah diajar bahwa Allah melarang transfusi darah? Jawabannya tidak. Allah tidak melarang seseorang untuk menerima transfusi darah. Larangan Alkitab “makan atau menjauhi darah” tidaklah sama dengan transfusi darah (baca di sini). Ketika Lenae mengatakan “lebih baik saya mati, jika perlu, daripada melanggar janji saya kepada Allah Yehuwa untuk melakukan kehendak-Nya”, ia tidak melanggar janji kepada Allah melainkan janji kepada golongan hamba yang mengaku secara sepihak sebagai juru bicara Allah. Golongan inilah yang menafsirkan [lebih tepatnya beropini] Alkitab bagi Lenae dan Lenae hanya memakan, mencerna dan menyerap apapun makanan rohani yang diterimanya karena menganggap golongan ini mewakili Allah. Bahkan saya mengatakan di sini bahwa ketika seseorang dibaptis menjadi seorang Saksi Yehuwa maka ia membaktikan dirinya kepada pemimpin kultus, bukan Allah.
Bagaimana dengan keputusan Lenae menolak transfusi darah, apakah berdasarkan keputusannya sendiri? Tentunya, tidak. Ia tidak memiliki keputusan apapun juga. Ia hanya mengikuti dan mentaati golongan hamba yang menafsirkan Alkitab bagi dirinya. Lenae hanya memakan, mencerna, menyerap makanan rohani apapun juga yang disediakan oleh golongan budak bagi dirinya tanpa boleh menentangnya. Lenae seperti seekor kerbau dicucuk hidungnya mengikuti seluruh opini atau pendapat golongan hamba terhadap Alkitab. Saya mengatakan golongan hamba tidaklah menafsirkan Alkitab melainkan beropini yang diklaim bersumber ilahi, baca di sini.
Bagaimana jika Lenae sadar akan kepalsuan ajaran Saksi Yehuwa dan menerima transfusi darah pada akhirnya? Akan ada intimidasi secara sosial dan emosional bagi dirinya. Ia akan dipecat, apakah artinya? Baca Mengucilkan Atau Ekskomunikasi Mantan Anggota: Praktek KULTUS. Ini kutipannya:
Respek akan kehidupan yang diperlihatkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa juga mempengaruhi sikap mereka terhadap transfusi darah. Ketika transfusi darah menjadi masalah yang harus mereka hadapi, The Watchtower 1 Juli 1945 menjelaskan secara terperinci pandangan Kristen mengenai kesucian darah. Artikel itu memperlihatkan bahwa darah binatang dan manusia termasuk dalam larangan ilahi yang mengikat Nuh dan semua keturunannya. (Kej. 9:3-6) Artikel itu menunjukkan bahwa tuntutan ini ditandaskan kembali pada abad pertama dalam perintah agar umat Kristen ’menjauhkan diri dari darah’. (Kis. 15:28, 29) Artikel yang sama itu juga membuat jelas dari Alkitab bahwa satu-satunya penggunaan darah yang diperkenan Allah adalah untuk korban, dan bahwa karena korban-korban binatang yang dipersembahkan di bawah Hukum Musa menggambarkan korban Kristus, maka mengabaikan tuntutan agar umat Kristen ’menjauhkan diri dari darah’ merupakan bukti dari sikap yang tidak respek terhadap korban tebusan Yesus Kristus. (Im. 17:11, 12; Ibr. 9:11-14, 22) Selaras dengan pengertian akan perkara-perkara tersebut, maka mulai tahun 1961 siapa pun yang mengabaikan tuntutan ilahi ini, menerima transfusi darah, dan menunjukkan sikap yang tidak bertobat, dipecat dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa.(Pemberita Kerajaan, hlm. 183-184)Jadi jelas, uraian saya dalam artikel Contoh Pemimpin Kultus Memanipulasi: Kebebasan Memilih yaitu anggota kultus merasa ataupun mengira dirinya memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan hati nuraninya ataupun berdasarkan Alkitab, tetapi faktanya; tidak. Ia tidak memiliki pilihan apapun. Ketika ia memilih bertentangan dengan keinginan pemimpin kultus maka ia akan menerima akibatnya. Jadi anggota kultus dimanipulasi sedemikian rupa secara tidak kentara seolah-olah ia memiliki kebebasan memilih. Faktanya kebebasannya memilih itu telah diserahkan kepada pemimpin kultus. Pemimpin kultus yang menentukan pilihannya bagi dirinya. Melanggarnya berarti akan ada akibatnya. Bukankah seperti Anda berbisnis dengan iblis?
Mengakhiri artikel ini, saya ingin mengingatkan kutipan Menara Pengawal sekali lagi yaitu “Karena Paulus menyatakan bahwa ’kita adalah budak orang-orang yang kita taati’, kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Saya menjadi budak siapa? Siapa yang memberikan pengaruh terbesar atas keputusan-keputusan dan jalan hidup saya? Apakah para pemimpin agama, para pemimpin politik, para konglomerat bisnis, atau tokoh-tokoh hiburan? Siapa yang saya taati—Allah atau manusia?’”
Ya, siapakah yang Anda, Saksi Yehuwa, taati? Allah ataukah manusia yang mengaku mewakili Allah?
Soli Deo Gloria
Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.
Karena Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan tampil dan akan memberikan tanda-tanda yang hebat dan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan, jika mungkin, bahkan orang-orang pilihan. (Mat. 24:24, TDB)
Rekomendasi Bacaan Artikel:
1. Saksi Yehuwa: Penyembah Berhala Modern
2. Mengungkap Organisasi Allah Berkedok Agama Kristen
3. Fakta Saksi Yehuwa: Suatu Kultus Dan Nabi Palsu
4. Saksi Yehuwa Pemberita Injil Sejati Atau Palsu?
5. Siapakah AntiKristus (1 Yohanes 2:22)?
1 With mind control, the "agents of influence" are viewed as friends or mentors, which cause people to lower their defenses, making them more vulnerable to manipulation. The key to mind control's success lies in its subtlety, the way it promotes the "illusion of control." The individual believes he is "making his own choices," when in fact he has been socially influenced to disconnect his own critical mind and decision-making capacity. In other words, he believes that he has freely chosen to surrender his free will to God or to a leader or ideology. When one steps back and objectively evaluates the vast amount of social influence used to get him to "surrender," the degree of manipulation becomes very obvious. (online di sini akses 12/8/2017)
1. Saksi Yehuwa: Penyembah Berhala Modern
2. Mengungkap Organisasi Allah Berkedok Agama Kristen
3. Fakta Saksi Yehuwa: Suatu Kultus Dan Nabi Palsu
4. Saksi Yehuwa Pemberita Injil Sejati Atau Palsu?
5. Siapakah AntiKristus (1 Yohanes 2:22)?
No comments :
Post a Comment
Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.
Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.
Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU