Tracey Jeffery Cerita Tentang Agama: Saksi-Saksi Yehuwa |
Kesaksian Tracey sangat menarik karena banyak menyingkap faktor-faktor yang saya bahas dalam blog ini. Dan jika kesaksian Tracey tersebut berhubungan dengan bahasan blog ini, saya akan komentari, dalam kalimat italic berwarna biru sedangkan warna merah merupakan link terkait, agar pembaca memahami apa yang terjadi dan akibat pengaruh dari mind control.
Saya menyampaikan beberapa kesaksian mantan para Saksi Yehuwa di blog ini — silahkan Saudara baca label “Kumpulan Kesaksian Mantan Saksi-Saksi Yehuwa” — agar pembaca dapat memahami bahwa perasaan para mantan tersebut memiliki banyak kesamaannya. Apakah kemiripan atau kesamaan kesaksian dari para mantan tersebut? Jawaban singkatnya yaitu mereka merasa menjadi seorang korban. Korban yang memiliki rasa takut yang berlebihan akan kiamat, penyesalan mendalam karena telah menyia-nyiakan hidup menjadi seorang Saksi Yehuwa, merasa dieksploitasi dan manipulasi (dikerjai dan dimanfaatkan) sehingga timbul kemarahan yang berlebihan, dan lain-lain perasaan negatif.
Berikut beberapa kesaksian mantan Saksi Yehuwa yang dapat Saudara baca:
1. Kesaksian Bekas Saksi Yehuwa: irfanlisco@yahoo.com
2. Pengakuan Simpatisan Saksi Yehuwa
3. Kisah Kesaksian Mantan Penatua Saksi Yehuwa
1. Kesaksian Bekas Saksi Yehuwa: irfanlisco@yahoo.com
2. Pengakuan Simpatisan Saksi Yehuwa
3. Kisah Kesaksian Mantan Penatua Saksi Yehuwa
Jika Saudara sudah menemukan kesamaan tersebut, bandingkan sekarang dengan kesaksian seorang Muslim yang dulunya seorang Kristen. Apakah mereka menyingkapkan hal yang sama ketika masih menjadi seorang Kristen? Jika tidak, mengapa demikian? Saya banyak membaca alasan-alasan kesaksian mantan Kristen yang menjadi Muslim disebabkan oleh karena masalah doktrin Kristen yang tidak lagi diyakini sebagai kebenaran. Sebaliknya, kesaksian para mantan Saksi-Saksi Yehuwa bukanlah karena masalah doktrinal melainkan menyampaikan perasaan negatifnya yaitu menjadi seorang korban eksploitasi dan manipulasi.
Mengapa demikian? Karena agama yang dibawa oleh Saksi Yehuwa bukanlah agama Kristen yang sebenarnya, melainkan kultus berkedok agama Kristen yang menggunakan teknik psikologi mind control untuk mengeksploitasi dan memanipulasi anggotanya. Grup kultus selalu menarik keuntungan, uang dan waktu, dengan mengeksploitasi dan memanipulasi seolah-olah anggotanya membaktikan dirinya kepada Allah padahal kepada pemimpin kultus. Oleh sebab itu, ketika seorang Saksi terbangun dari tidur panjangnya atau tersadarkan (sebenarnya pengaruh psikologi mind control yang sudah tidak efektif lagi) maka yang timbul adalah perasaan menjadi korban; perasaan dieksploitasi, dimanipulasi, rasa penyesalan, rasa berdosa karena telah menjerumuskan keluarga dan orang lainnya bergabung dengan organisasi Saksi Yehuwa, merasa betapa bodohnya mau melakukan hal-hal yang diminta organisasi serta perasaan negatif lainnya, bukan doktrinal.
Di bagian paling bawah saya lampirkan kesaksian asli dalam bahasa Inggris. Mohon koreksi dan beri masukkan jika terjemahan bebas saya berisikan kesalahan. Mari kita simak kesaksian berikut ini:
KAMI DUDUK di belakang teras Tracey Jeffery di Torquay
Pada tengah hari. Ia memegang rokok di satu tangannya dan tangan lainnya menepuk anjing-anjingnya yang selalu dekat dengannya
Lucu, pintar dan blak-blakan, hari ini Tracey memutuskan berbicara kepada saya tentang kisah kehidupannya sebagai seorang Saksi Yehuwa.
Ia sudah 10 tahun meninggalkan keyakinannya.
Usianya hampir 50 dan ini saat untuk berbagi ceritanya, atau “mengeluarkan unek-uneknya” ia berkata sambil tersenyum, tidak hanya menjadi bagian dari salah satu agama dunia yang paling kontroversial, tetapi juga kehidupan 4 pernikahannya, selamat dari beberapa tragedi pribadi dan sebagai orang tua tunggal membesarkan anak perempuannya, Jess.
Ia memulainya dari awal.
Ketika Tracey berusia 5 tahun, ibunya memutuskan untuk bergabung dengan kelompok lokal Saksi-Saksi Yehuwa.
Sebelumnya, ibu Tracey pergi ke gereja Metodis, Tracey berkata.
Tracey ingat ibu dan saudara perempuannya di baptis di akhir tahun 60-an seraya gereja [Balai Kerajaan] menyebarkan pesan bahwa Armagedon akan terjadi tahun 1975. (Baca di sini untuk nubuatan kiamat 1975 yang dibahas dalam blog ini)
Tracey sangat jelas ingat diajarkan dalam agama tersebut ketika masih seorang anak kecil. (Sebenarnya bukan proses pembelajaran melainkan proses internalisasi doktrik absolute)
Ia juga ingat diajarkan tentang “ancaman massive” Armagedon.
Menurut agama tersebut, setelah Armagedon, atau pemusnahan umat manusia, Yesus, bersama dengan umat pilihan 144,000 orang, akan memerintah bumi selama 1000 tahun.
“Sebagai seorang anak, Anda diajarkan semua hal itu,” kenang Tracey.
Tracey teringat rasa takut akan gagasan Armageddon dan melihat publikasi seram yang menunjukkan bayi yang dibunuh dan orang-orang berlari di jalan-jalan saat Armageddon mulai. (Mengenai prediksi kiamat tahun 1975 saya bahasan di artikel Nubuatan Kiamat 1975: Akhir Sejarah Manusia, berulang kali organisasi Saksi Yehuwa sengaja memprediksi kiamat dengan motivasi tertentu, baca artikel Takut Kiamat untuk bahasannya dan penciptaan rasa takut dan phobia merupakan keahlian pemimpin kultus untuk mengontrol anggotanya, baca Saksi Yehuwa: Rasa Takut dan Phobia untuk detailnya)
Agama itu membuat Tracey berbeda dari teman-temannya di sekolah. (Menjadi berbeda sehingga secara otomatis memisahkan diri dengan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu ciri kultus. Silahkan klik Ciri Kultus: Mengasingkan Diri untuk detailnya)
Ketika tiba saatnya menyanyikan lagu kebangsaan, dia ingat lagu itu God Save Queen pada waktu itu, Tracey tidak diizinkan berdiri sebagai penghormatan dengan teman kelasnya, karena itu berarti Anda berjanji setia kepada negara dan tidak kepada Allah, Tracey mengatakan.
Sebagai seorang anak, menjadi berbeda dengan yang lainnya membuatnya malu.
Empat hari sebelum Tracey berusia 9, kakeknya meninggal.
Keluarga membawa seorang penatua ke rumah untuk nasehat dan Tracey mengakui bahwa itu memberikan hasil yang baik dalam meyakinkan dia akan bertemu kembali dengan kakek-neneknya di firdaus pada satu hari.
Pada hari ulang tahunnya, ia menerima sebuah hadiah dari neneknya.
“Saya masih ingat apa yang ia berikan, itu adalah papan mainan, Trouble,” Tracey berkata.
Ibunya berkata bahwa itu merupakan hadiah terakhir yang ia akan terima karena sebagai anggota dari Saksi Yehuwa, mereka tidak merayakan natal ataupun ulang tahun. (Baca thread Natal dan Saksi Yehuwa untuk bukti kepalsuan Saksi Yehuwa)
Sementara teman-temannya di sekolah masih membawakannya hadiah kecil untuk ulang tahunnya Tracey akan dikeluarkan dari sekolah seminggu sebelum Natal agar tidak terlibat dalam aktifitas liburan. (Banyak aktifitas yang tidak direkomendasikan oleh organisasi Saksi Yehuwa; salah satunya berolah raga)
Tracey sekarang percaya ibunya menderita dari sebuah sakit mental, bipolar depresi.
Selain itu, ibunya terlibat dalam beberapa kecelakaan mobil dan berada banyak di tempat tidur dan akhirnya Tracey keluar dari sekolah untuk merawatnya.
Tracey teringat berargumentasi dengan ibunya pada suatu siang, kemudian menemukannya mati beberapa jam kemudian.
Ibunya meninggalkan sebuah surat bunuh diri, meminta keluarganya tidak menyalahkan Tracey atas apa yang telah terjadi.
Tetapi surat itu tidak berarti dan Tracey dibuat merasa bertanggungjawab atas kematian ibunya oleh beberapa anggota keluarga.
Beberapa bulan kemudian, Tracey berada dalam kabut penyangkalan dan berkata bahwa hal itu sungguh membuatnya terpuruk meskipun ibunya sudah meninggal setelah 6 bulan.
Dia juga korban dari sebuah kekerasan keji seksual pada waktu itu, tetapi tidak pernah melaporkan kejadian tersebut ke polisi karena dia merasa tidak akan dilakukan sesuatu tentang hal itu. (Kasus pedophilia merupakan hal yang populer di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa saat ini. Silahkan googling keyword: jehovah witness and pedophilia; Anda akan menemukan banyak kasus-kasus pedophilia di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa. Salah satu contoh kasus kekerasan seksual yang terjadi di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa bisa dibaca di sini. Dan dalam artikel Mengapa Organisasi Terlibat? Condace Conti mengalami pelecehan seksual memenangkan gugatannya terhadap organisasi Lembaga Menara Pengawal).
Ia menjauhkan diri dari Saksi-Saksi Yehuwa di akhir masa remajanya dan menikah untuk pertama kalinya pada usia 19, tetapi bercerai beberapa tahun kemudian.
“Itu mimpi buruk sebuah pernikahan,” Tracey berkata, menambahkan bahwa keluarga suaminya telah menyebabkan banyak masalah dalam hubungan mereka.
Kemudian ia bertemu dan menikah seorang pria yang kemudian menjadi ayah dari anak tunggalnya.
Suaminya meninggalkan Tracey 6 bulan setelah Tracey melahirnya anak mereka, Jessica. Ketika Jess berusia 14 tahun, Tracey mengingat kembali keyakinan agamanya dulu dan takut bahwa anaknya akan mati saat armagedon jika ia tidak bergabung kembali dengan Saksi-Saksi Yehuwa.
Tracey memulai belajar Alkitab lagi dan dibaptis masuk ke dalam agama itu di Toowoomba ketika Jess berusia 2 tahun.
Tidak lama kemudian ia bertemu dengan seorang pria yang meenjadi suami ketiganya.
Pria itu merupakan seorang anggota Saksi-Saksi Yehuwa dan keduanya menikmati sebuah romantimes yang luar biasa.
Mereka menikah ketika Jess berusia 5 tahun.
“Pernikahan itu cukup baik untuk beberapa tahun,” Tracey berkata.
Kemudian, pasangan tersebut pindah ke Hervey Bay dan di sanalah keretakkan mulai terlihat, yaitu pernikahan Tracey dan keyakinannya terhadap gerakan Yehuwa.
Seorang penatua yang merupakan teman lama dari pasangan tersebut dari Toowoomba dituduh membunuh istrinya, yang hamil 5 bulan.
Tubuh telanjangnya ditemukan di Bendungan Perseverance pada akhirnya.
Tekanan juga bertambah kepada Tracey untuk berdinas dengan putrinya dari rumah ke rumah.
“Saya mencoba keras untuk mengikuti standard tersebut,” Tracey said.
“Tetapi saya mulai mempertanyakan banyak hal dan pernikahan saya mulai runtuh.”
Disamping berdinas, sebuah keluarga juga harus menghadiri 3 perhimpunan dalam seminggu dan bercengkrama dalam keluarga dan pelajaran pribadi.
Hal-hal itu dapat melelahkan, Tracey mengingat.
“Anda dibuat merasa bersalah jika Anda melewatkan sebuah perhimpunan. Keseluruhannya merupakan sebuah rasa serba-salah,” she said.
Untuk seseorang yang secara alamiah memiliki rasa keingin-tahuan, kondisi sulit dibebankan kepada para anggota agama tersebut dan juga beban yang sulit diberikan pada Tracey untuk bertahan.
Tidak ada diskusi akan keimanan di luar lektur yang disediakan oleh grup dan mempertanyakan pengajaran tidak diizinkan secara terbuka di perhimpunanan. (Setiap Saksi Yehuwa tidak diperbolehkan berpikir di luar dari aturan atau doktrin yang ditetapkan oleh badan pimpinannya. Badan pimpinan selalu benar, tidak pernah keliru dan setiap keputusannya tidak boleh dipertanyakan ataupun ditentang karena mempertanyakan badan pimpinan dapat dianggap mempertanyakan kebijakan Allah sendiri. Setiap Saksi tidak dapat berpikir bebas sesuai dengan kehendaknya sendiri. Baca artikel Berpikir Mandiri dan Berpendapat Bebas, Bolehkah?)
Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak didorong untuk bergabung dalam beraktifitas di luar agama itu, di mana Tracey dicela bahwa ia “sama dengan menyalakan lampu merah di depan rumahmu” jika berani bergabung dengan Amway.
“Ia sebenarnya menyebut saya seorang pelacur,” Tracey berkata.
Ironisnya, sejak saya duduk dengan Tracey, ia terus merokok tanpa menyadarinya. Dan rokok lah yang mengakhiri keterlibatannya dengan agama tersebut.
Tracey mulai merokok untuk mengatasi pernikahannya yang hancur.
Ia berulang kali meminta pertolongan untuk menyelamatkan pernikahannya tetapi tidak ada pertolongan diberikan.
Malahan Tracey mendapatkan pesan yang jelas - berhenti merokok atau dipecat, dikeluarkan dari agama tersebut.
Ultimatum tersebut membuat Tracey murka, ia menyerahkan surat pengunduran diri dan keluar dari agama itu.
Aksinya secara drastis membatasi kemampuannya berhubungan dengan 3 saudara kandungnya, yang masih menjadi anggota agama tersebut.
Sejak Tracey meninggalkan agama itu, ia menjadi kritikus yang vocal dari gerakan Saksi-Saksi Yehuwa, terutama setelah penyingkapan dugaan pelecehan seksual kanak-kanak yang ditutup-tutupi, dan menjuluki seorang sebagai murtad, atau seseorang yang meninggalan agama mereka.
“Mereka berupaya memberitahu Anda meninggalkan Allah. Saya meninggalkan agama itu dan doktrinnya dan semua itu.
“Tetapi sekarang saya meninggalkan Allah dengan banyak cara. Saya masih percaya kepada Allah, tetapi saya pikir ia pasti bipolar.”
Tracey mengatakan banyak orang yang bertalenta, termasuk saudaranya Mika, telah menyia-nyiakan talenta mereka menjadi anggota Saksi-Saksi Yehuwa karena mereka tidak didorong untuk beroleh pendidikan atau mengembangkan kemampuan mereka melainkan mendevosikan hidup mereka kepada agama dan pengajaran. (Baca Bahaya Ajaran Menara Pengawal atas Saksi Yehuwa: Pendidikan yang membahas badan pimpinan Saksi Yehuwa disarankan untuk berhenti kuliah dan diminta fokus berdinas/mengabar)
“Sekarang saya berada di luar, Saya sadar betapa bodohnya semua itu. Saya merupakan korban,” Tracey berkata.
Tracey berkata bahwa sekarang ia memiliki pertanyaan yang ia tidak bisa jawab karena ia tidak memiliki agama keyakinan yang spesifik.
“Saya telah mempelajari semua agama lainnya - apa yang akan terjadi sekarang jika saya mati?” ia bertanya.
“Saya tidak meyakini kepada agama yang manapun sekarang ini, Saya tidak percaya kepada agama mana pun sekarang.”
Tracey memiliki beberapa penyesalan; ia kangen saudara paling dekat dalam umur dan relasi, seorang yang dapat berbagi rasa humor yang mirip dan merupakan saudara favoritnya; dan Tracey menyesalkan keterlibatan Jess dalam agama tersebut. (Jika seseorang keluar dari agama Saksi Yehuwa maka ia akan dikucilkan atau tidak dapat berhubungan dengan teman. Dan hubungan dengan keluarga pun terbatas. Baca Mengucilkan atau Ekskomunikasi Mantan Anggota)
“Hal itu membuat saya marah karena saya membawa Jessica berdinas dari rumah ke rumah ketika masing seorang anak kecil,” Tracey berkata.
Tetapi semuanya adalah masa lalu sekarang. Kini Tracey adalah seorang nenek dari 2 orang cucu dan berbahagian menikah dengan suami ke-4nya.
Ia memiliki banyak minat dan akhirnya dapat memanjakan keingin-tahuannya itu.
Dan ia memiliki satu atau dua cerita yang menarik untuk dibagikan jika seseorang memiliki waktu dengan secangkir kopi sambil bersantai di bawah matahari di belakang teras rumahnya.
Pada tengah hari. Ia memegang rokok di satu tangannya dan tangan lainnya menepuk anjing-anjingnya yang selalu dekat dengannya
Lucu, pintar dan blak-blakan, hari ini Tracey memutuskan berbicara kepada saya tentang kisah kehidupannya sebagai seorang Saksi Yehuwa.
Ia sudah 10 tahun meninggalkan keyakinannya.
Usianya hampir 50 dan ini saat untuk berbagi ceritanya, atau “mengeluarkan unek-uneknya” ia berkata sambil tersenyum, tidak hanya menjadi bagian dari salah satu agama dunia yang paling kontroversial, tetapi juga kehidupan 4 pernikahannya, selamat dari beberapa tragedi pribadi dan sebagai orang tua tunggal membesarkan anak perempuannya, Jess.
Ia memulainya dari awal.
Ketika Tracey berusia 5 tahun, ibunya memutuskan untuk bergabung dengan kelompok lokal Saksi-Saksi Yehuwa.
Sebelumnya, ibu Tracey pergi ke gereja Metodis, Tracey berkata.
Salah Satu Gambaran Armagedon Versi Saksi Yehuwa |
Tracey sangat jelas ingat diajarkan dalam agama tersebut ketika masih seorang anak kecil. (Sebenarnya bukan proses pembelajaran melainkan proses internalisasi doktrik absolute)
Ia juga ingat diajarkan tentang “ancaman massive” Armagedon.
Menurut agama tersebut, setelah Armagedon, atau pemusnahan umat manusia, Yesus, bersama dengan umat pilihan 144,000 orang, akan memerintah bumi selama 1000 tahun.
“Sebagai seorang anak, Anda diajarkan semua hal itu,” kenang Tracey.
Tracey teringat rasa takut akan gagasan Armageddon dan melihat publikasi seram yang menunjukkan bayi yang dibunuh dan orang-orang berlari di jalan-jalan saat Armageddon mulai. (Mengenai prediksi kiamat tahun 1975 saya bahasan di artikel Nubuatan Kiamat 1975: Akhir Sejarah Manusia, berulang kali organisasi Saksi Yehuwa sengaja memprediksi kiamat dengan motivasi tertentu, baca artikel Takut Kiamat untuk bahasannya dan penciptaan rasa takut dan phobia merupakan keahlian pemimpin kultus untuk mengontrol anggotanya, baca Saksi Yehuwa: Rasa Takut dan Phobia untuk detailnya)
Itu kekerasan pada anak yang membara ketika saya memikirkan hal itu sekarang, karena kini saya tahu lebih baik bagaimana mengerikan hal itu.Adiknya Robyn berusia sekitar 18 ketika ia bergabung dan akhirnya seluruh keluarga mengikuti, dengan pengecualian ayah Tracey, tidak pernah menjadi seorang Saksi Yehuwa, kata Tracey.
Agama itu membuat Tracey berbeda dari teman-temannya di sekolah. (Menjadi berbeda sehingga secara otomatis memisahkan diri dengan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu ciri kultus. Silahkan klik Ciri Kultus: Mengasingkan Diri untuk detailnya)
Ketika tiba saatnya menyanyikan lagu kebangsaan, dia ingat lagu itu God Save Queen pada waktu itu, Tracey tidak diizinkan berdiri sebagai penghormatan dengan teman kelasnya, karena itu berarti Anda berjanji setia kepada negara dan tidak kepada Allah, Tracey mengatakan.
Sebagai seorang anak, menjadi berbeda dengan yang lainnya membuatnya malu.
Empat hari sebelum Tracey berusia 9, kakeknya meninggal.
Keluarga membawa seorang penatua ke rumah untuk nasehat dan Tracey mengakui bahwa itu memberikan hasil yang baik dalam meyakinkan dia akan bertemu kembali dengan kakek-neneknya di firdaus pada satu hari.
Pada hari ulang tahunnya, ia menerima sebuah hadiah dari neneknya.
“Saya masih ingat apa yang ia berikan, itu adalah papan mainan, Trouble,” Tracey berkata.
Ibunya berkata bahwa itu merupakan hadiah terakhir yang ia akan terima karena sebagai anggota dari Saksi Yehuwa, mereka tidak merayakan natal ataupun ulang tahun. (Baca thread Natal dan Saksi Yehuwa untuk bukti kepalsuan Saksi Yehuwa)
Sementara teman-temannya di sekolah masih membawakannya hadiah kecil untuk ulang tahunnya Tracey akan dikeluarkan dari sekolah seminggu sebelum Natal agar tidak terlibat dalam aktifitas liburan. (Banyak aktifitas yang tidak direkomendasikan oleh organisasi Saksi Yehuwa; salah satunya berolah raga)
Tracey sekarang percaya ibunya menderita dari sebuah sakit mental, bipolar depresi.
Selain itu, ibunya terlibat dalam beberapa kecelakaan mobil dan berada banyak di tempat tidur dan akhirnya Tracey keluar dari sekolah untuk merawatnya.
Tracey teringat berargumentasi dengan ibunya pada suatu siang, kemudian menemukannya mati beberapa jam kemudian.
Ibunya meninggalkan sebuah surat bunuh diri, meminta keluarganya tidak menyalahkan Tracey atas apa yang telah terjadi.
Tetapi surat itu tidak berarti dan Tracey dibuat merasa bertanggungjawab atas kematian ibunya oleh beberapa anggota keluarga.
Beberapa bulan kemudian, Tracey berada dalam kabut penyangkalan dan berkata bahwa hal itu sungguh membuatnya terpuruk meskipun ibunya sudah meninggal setelah 6 bulan.
Dia juga korban dari sebuah kekerasan keji seksual pada waktu itu, tetapi tidak pernah melaporkan kejadian tersebut ke polisi karena dia merasa tidak akan dilakukan sesuatu tentang hal itu. (Kasus pedophilia merupakan hal yang populer di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa saat ini. Silahkan googling keyword: jehovah witness and pedophilia; Anda akan menemukan banyak kasus-kasus pedophilia di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa. Salah satu contoh kasus kekerasan seksual yang terjadi di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa bisa dibaca di sini. Dan dalam artikel Mengapa Organisasi Terlibat? Condace Conti mengalami pelecehan seksual memenangkan gugatannya terhadap organisasi Lembaga Menara Pengawal).
Ia menjauhkan diri dari Saksi-Saksi Yehuwa di akhir masa remajanya dan menikah untuk pertama kalinya pada usia 19, tetapi bercerai beberapa tahun kemudian.
“Itu mimpi buruk sebuah pernikahan,” Tracey berkata, menambahkan bahwa keluarga suaminya telah menyebabkan banyak masalah dalam hubungan mereka.
Kemudian ia bertemu dan menikah seorang pria yang kemudian menjadi ayah dari anak tunggalnya.
Suaminya meninggalkan Tracey 6 bulan setelah Tracey melahirnya anak mereka, Jessica. Ketika Jess berusia 14 tahun, Tracey mengingat kembali keyakinan agamanya dulu dan takut bahwa anaknya akan mati saat armagedon jika ia tidak bergabung kembali dengan Saksi-Saksi Yehuwa.
Tracey memulai belajar Alkitab lagi dan dibaptis masuk ke dalam agama itu di Toowoomba ketika Jess berusia 2 tahun.
Tidak lama kemudian ia bertemu dengan seorang pria yang meenjadi suami ketiganya.
Pria itu merupakan seorang anggota Saksi-Saksi Yehuwa dan keduanya menikmati sebuah romantimes yang luar biasa.
Mereka menikah ketika Jess berusia 5 tahun.
“Pernikahan itu cukup baik untuk beberapa tahun,” Tracey berkata.
Kemudian, pasangan tersebut pindah ke Hervey Bay dan di sanalah keretakkan mulai terlihat, yaitu pernikahan Tracey dan keyakinannya terhadap gerakan Yehuwa.
Seorang penatua yang merupakan teman lama dari pasangan tersebut dari Toowoomba dituduh membunuh istrinya, yang hamil 5 bulan.
Tubuh telanjangnya ditemukan di Bendungan Perseverance pada akhirnya.
Tekanan juga bertambah kepada Tracey untuk berdinas dengan putrinya dari rumah ke rumah.
“Saya mencoba keras untuk mengikuti standard tersebut,” Tracey said.
“Tetapi saya mulai mempertanyakan banyak hal dan pernikahan saya mulai runtuh.”
Disamping berdinas, sebuah keluarga juga harus menghadiri 3 perhimpunan dalam seminggu dan bercengkrama dalam keluarga dan pelajaran pribadi.
Hal-hal itu dapat melelahkan, Tracey mengingat.
“Anda dibuat merasa bersalah jika Anda melewatkan sebuah perhimpunan. Keseluruhannya merupakan sebuah rasa serba-salah,” she said.
Untuk seseorang yang secara alamiah memiliki rasa keingin-tahuan, kondisi sulit dibebankan kepada para anggota agama tersebut dan juga beban yang sulit diberikan pada Tracey untuk bertahan.
Tidak ada diskusi akan keimanan di luar lektur yang disediakan oleh grup dan mempertanyakan pengajaran tidak diizinkan secara terbuka di perhimpunanan. (Setiap Saksi Yehuwa tidak diperbolehkan berpikir di luar dari aturan atau doktrin yang ditetapkan oleh badan pimpinannya. Badan pimpinan selalu benar, tidak pernah keliru dan setiap keputusannya tidak boleh dipertanyakan ataupun ditentang karena mempertanyakan badan pimpinan dapat dianggap mempertanyakan kebijakan Allah sendiri. Setiap Saksi tidak dapat berpikir bebas sesuai dengan kehendaknya sendiri. Baca artikel Berpikir Mandiri dan Berpendapat Bebas, Bolehkah?)
Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak didorong untuk bergabung dalam beraktifitas di luar agama itu, di mana Tracey dicela bahwa ia “sama dengan menyalakan lampu merah di depan rumahmu” jika berani bergabung dengan Amway.
“Ia sebenarnya menyebut saya seorang pelacur,” Tracey berkata.
Mereka selalu mengatakan mereka bukan sebuah kultus - mereka sebenarnya sebuah kultus tulen.Para anggota juga tidak didorong untuk bergabung dengan Facebook dan media sosial lainnya karena akan mendorong para anggota menjadi bagian dari dunia dan sebenarnya “mereka bukan bagian dari dunia,” kata Tracey.
Ironisnya, sejak saya duduk dengan Tracey, ia terus merokok tanpa menyadarinya. Dan rokok lah yang mengakhiri keterlibatannya dengan agama tersebut.
Tracey mulai merokok untuk mengatasi pernikahannya yang hancur.
Ia berulang kali meminta pertolongan untuk menyelamatkan pernikahannya tetapi tidak ada pertolongan diberikan.
Malahan Tracey mendapatkan pesan yang jelas - berhenti merokok atau dipecat, dikeluarkan dari agama tersebut.
Ultimatum tersebut membuat Tracey murka, ia menyerahkan surat pengunduran diri dan keluar dari agama itu.
Aksinya secara drastis membatasi kemampuannya berhubungan dengan 3 saudara kandungnya, yang masih menjadi anggota agama tersebut.
Sejak Tracey meninggalkan agama itu, ia menjadi kritikus yang vocal dari gerakan Saksi-Saksi Yehuwa, terutama setelah penyingkapan dugaan pelecehan seksual kanak-kanak yang ditutup-tutupi, dan menjuluki seorang sebagai murtad, atau seseorang yang meninggalan agama mereka.
“Mereka berupaya memberitahu Anda meninggalkan Allah. Saya meninggalkan agama itu dan doktrinnya dan semua itu.
“Tetapi sekarang saya meninggalkan Allah dengan banyak cara. Saya masih percaya kepada Allah, tetapi saya pikir ia pasti bipolar.”
Tracey mengatakan banyak orang yang bertalenta, termasuk saudaranya Mika, telah menyia-nyiakan talenta mereka menjadi anggota Saksi-Saksi Yehuwa karena mereka tidak didorong untuk beroleh pendidikan atau mengembangkan kemampuan mereka melainkan mendevosikan hidup mereka kepada agama dan pengajaran. (Baca Bahaya Ajaran Menara Pengawal atas Saksi Yehuwa: Pendidikan yang membahas badan pimpinan Saksi Yehuwa disarankan untuk berhenti kuliah dan diminta fokus berdinas/mengabar)
“Sekarang saya berada di luar, Saya sadar betapa bodohnya semua itu. Saya merupakan korban,” Tracey berkata.
Tracey berkata bahwa sekarang ia memiliki pertanyaan yang ia tidak bisa jawab karena ia tidak memiliki agama keyakinan yang spesifik.
“Saya telah mempelajari semua agama lainnya - apa yang akan terjadi sekarang jika saya mati?” ia bertanya.
“Saya tidak meyakini kepada agama yang manapun sekarang ini, Saya tidak percaya kepada agama mana pun sekarang.”
Tracey memiliki beberapa penyesalan; ia kangen saudara paling dekat dalam umur dan relasi, seorang yang dapat berbagi rasa humor yang mirip dan merupakan saudara favoritnya; dan Tracey menyesalkan keterlibatan Jess dalam agama tersebut. (Jika seseorang keluar dari agama Saksi Yehuwa maka ia akan dikucilkan atau tidak dapat berhubungan dengan teman. Dan hubungan dengan keluarga pun terbatas. Baca Mengucilkan atau Ekskomunikasi Mantan Anggota)
“Hal itu membuat saya marah karena saya membawa Jessica berdinas dari rumah ke rumah ketika masing seorang anak kecil,” Tracey berkata.
Tetapi semuanya adalah masa lalu sekarang. Kini Tracey adalah seorang nenek dari 2 orang cucu dan berbahagian menikah dengan suami ke-4nya.
Ia memiliki banyak minat dan akhirnya dapat memanjakan keingin-tahuannya itu.
Dan ia memiliki satu atau dua cerita yang menarik untuk dibagikan jika seseorang memiliki waktu dengan secangkir kopi sambil bersantai di bawah matahari di belakang teras rumahnya.
Jadi pertanyaan besarnya adalah organisasi apakah di balik Saksi-Saksi Yehuwa yang menggunakan penipuan dan penyesatan? Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.
Bagaimana pendapat Saudara artikel Perasaan Dieksploitasi dan Dimanipulasi vs Masalah Doktrinal
Soli Deo Gloria
Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (2 Yohanes 1:7)
Artikel Terkait:
1. Saksi Yehuwa: Penyembah Berhala Modern
2. Mengungkap Organisasi Allah Berkedok Agama Kristen
3. Fakta Saksi Yehuwa: Suatu Kultus Dan Nabi Palsu
4. Saksi Yehuwa Pemberita Injil Sejati Atau Palsu?
5. Siapakah AntiKristus (1 Yohanes 2:22)?
WE SIT out on Tracey Jeffery's back patio in Torquay.
It's mid afternoon. She has a cigarette in one hand and uses the other to pat her dogs, which are always close by.
Funny, intelligent and outspoken, Tracey has decided to talk to me today to share the story of her life as a Jehovah's Witness.
It has been 10 years since she left the faith.
She's almost 50 and says it's time to share her story, or "spill her guts," as she says with a smile, not just of belonging to one of the world's most controversial religions, but also of a life that has seen her marry four times, survive several personal tragedies and raise her daughter Jess for the most part as a single mother.
She starts at the beginning.
When Tracey was five-years-old, her mother decided to join their local Jehovah's Witnesses group.
Before that, Tracey's mum was a church-going Methodist, Tracey said.
Tracey remembers her mum and sister getting baptised in the late '60s as the church spread the message that Armageddon was coming in 1975.
Tracey remembers clearly being included in the teachings of the religion as a child.
She also remembers being taught about the "massive threat" of Armageddon.
According to the religion, after Armageddon, or the destruction of the human race, Jesus, along with a selected 144,000 people, will rule the Earth for 1000 years.
"As a kid, that's all you're taught," Tracey recalls.
Tracey remembers being frightened of the idea of Armageddon and seeing lurid publications which showed babies being killed and people running in the streets as Armageddon began.
The religion made Tracey different from her peers at school.
When it came time to sing the national anthem, which she remembers was still God Save the Queen at that time, Tracey wasn't allowed to stand to attention with the rest of her class, because that would mean you were pledging allegiance to the country and not to God, Tracey says.
Being different from everybody else caused her embarrassment as a child, but it was only the start of what was to come.
Four days before Tracey turned 9, her grandfather died.
The family brought an elder from the religion around to the house to counsel her and Tracey admits that did a good job of assuring her she would be reunited with her grandparent in paradise one day.
On her birthday, she received a present from her grandmother.
"I still remember what she gave me, it was that board game, Trouble," Tracey said.
Her mother told her it would be the last birthday present she would ever get because as members of Jehovah's Witness, they didn't celebrate Christmas or birthdays.
While friends at school still bought her small gifts for her birthday, Tracey would be pulled out of school the week before Christmas so as to not be involved in any holiday activities.
Tracey now believes her mother was suffering from a mental illness, bipolar depression.
In addition, her mum was involved in several serious car accidents and was bed ridden a lot and eventually Tracey left school to care for her.
Tracey remembers arguing with her mum in the afternoon, then finding her dead a few hours later.
Her mum left a suicide note, asking the family not to blame Tracey for what had happened.
But the note failed in its task and Tracey was made to feel responsible for the death of her mother by several family members.
In the months that followed, Tracey was in a fog of denial and says it only really sank in that her mum was dead six months after her suicide.
She was also the victim of a vicious sexual assault during that time, but never reported the incident to police because she felt nothing would be done about it.
She had distanced herself from the Jehovah's Witnesses in her late teens and was married for the first time at 19, but was divorced a few years later.
"It was a nightmare of a marriage," Tracey said, adding that the man's family had caused a lot of trouble in their relationship.
She then met and married the man who would become the father of her only child.
He left six months after Tracey gave birth to their daughter, Jessica.
When Jess was 14 months old, Tracey found that all her former religious beliefs came flooding back and she was struck with the fear that her child would die in Armageddon if she didn't rejoin the Jehovah's Witness.
She started Bible study again and was baptised into the religion in Toowoomba when Jess was 2.
It wasn't long before she met the man who was to become her third husband.
He was also a member of the Jehovah's Witnesses and the two had a whirlwind romance.
They married when Jess was 5.
"That marriage was pretty good for a few years," Tracey said.
Later, the couple moved to Hervey Bay and it there that the cracks began to show, both in Tracey's marriage and in her belief in the Jehovah movement.
An elder from Toowoomba with whom Tracey and her husband had both been friends was accused of murdering his wife, who was five months pregnant.
Her naked body was eventually found at the bottom of Perseverance Dam.
The pressure also grew on Tracey to go door-to-door witnessing with her daughter.
"I tried very hard to live up to this standard," Tracey said.
"But I started to question things and my marriage started to break down."
On top of witnessing, the family also had to go along to three meetings a week and fit in family and personal study.
It could be exhausting, Tracey remembers.
"You're made to feel guilty if you miss a meeting. The whole thing's a guilt trip," she said.
For someone who is naturally curious, the tough conditions placed on members of the religion were also hard for Tracey to endure.
There could be no discussion of faith outside literature provided by the group and questioning the teachings was not allowed openly at a meeting.
Jehovah's Witnesses members were discouraged from joining in activities outside the religion, with Tracey being told she "might as well have a red light out the front of your house" for daring to join Amway.
"He pretty much called me a prostitute," Tracey said.
Ironically, what brought her involvement with the religion to an end is the very thing she has been doing unobtrusively since I first sat down with her - smoking.
Tracey started smoking to deal with the breakdown of her marriage.
She repeatedly asked for assistance with saving her marriage but was given no help.
Instead she got a very clear message - give up smoking or be disfellowshipped, removed from the religion.
The ultimatum angered Tracey so much, she handed in her letter of resignation and removed herself from the faith.
Her actions drastically limited the contact she was able to have with her three siblings, who were all still members of the religion.
Since she walked away from the faith, Tracey has become a vocal critic of the Jehovah's Witnesses movement, especially since revelations of the religion's alleged cover-ups of child sex abuse have emerged, and has been labelled an apostate, or a person who forsakes their religion.
"They try to tell you that you are turning your back on God. I was turning my back on the religion and the doctrine and all that.
"But I have now turned my back on God in a lot of ways. I still have belief in God, but I think he must be bipolar."
Tracey says a lot of talented people, including her brother Mike, have wasted their talents while being members of the Jehovah's Witnesses movement as they aren't encouraged to get an education or develop their skills but rather to devote their lives to faith and preaching.
"Now that I'm out, I realise how stupid this whole thing has been. I was a sheep," Tracey said.
She says she now has questions that she can't answer because she no longer has specific religious beliefs.
"I've studied all the other religions - what is going to happen now when I die?" she said.
"I don't believe in any religion now, I don't trust any religion now."
Tracey has some regrets; she misses Mike, the closest sibling to her in age and relationship, the one who shares a similar sense of humour and her favourite of the three; and she regrets Jess's involvement in the religion.
"It makes me mad that I put Jessica through the door-to-door witnessing as a child," Tracey said.
But that's all in the past now. Tracey is now a grandmother of two and is happily married to her fourth husband.
She has a range of interests and canfinally indulge her curious mind.
And she has an interesting story or two to share if anyone has time for a coffee while relaxing in the sun on the back patio.
It's mid afternoon. She has a cigarette in one hand and uses the other to pat her dogs, which are always close by.
Funny, intelligent and outspoken, Tracey has decided to talk to me today to share the story of her life as a Jehovah's Witness.
It has been 10 years since she left the faith.
She's almost 50 and says it's time to share her story, or "spill her guts," as she says with a smile, not just of belonging to one of the world's most controversial religions, but also of a life that has seen her marry four times, survive several personal tragedies and raise her daughter Jess for the most part as a single mother.
She starts at the beginning.
When Tracey was five-years-old, her mother decided to join their local Jehovah's Witnesses group.
Before that, Tracey's mum was a church-going Methodist, Tracey said.
Tracey remembers her mum and sister getting baptised in the late '60s as the church spread the message that Armageddon was coming in 1975.
Tracey remembers clearly being included in the teachings of the religion as a child.
She also remembers being taught about the "massive threat" of Armageddon.
According to the religion, after Armageddon, or the destruction of the human race, Jesus, along with a selected 144,000 people, will rule the Earth for 1000 years.
"As a kid, that's all you're taught," Tracey recalls.
Tracey remembers being frightened of the idea of Armageddon and seeing lurid publications which showed babies being killed and people running in the streets as Armageddon began.
It's flaming child abuse when I think of it now, because now I know better how terrible it is.Her sister Robyn was about 18 when she joined the religion and eventually the rest of the family followed suit, with the exception of Tracey's father, who was never a Jehovah's Witness, Tracey said.
The religion made Tracey different from her peers at school.
When it came time to sing the national anthem, which she remembers was still God Save the Queen at that time, Tracey wasn't allowed to stand to attention with the rest of her class, because that would mean you were pledging allegiance to the country and not to God, Tracey says.
Being different from everybody else caused her embarrassment as a child, but it was only the start of what was to come.
Four days before Tracey turned 9, her grandfather died.
The family brought an elder from the religion around to the house to counsel her and Tracey admits that did a good job of assuring her she would be reunited with her grandparent in paradise one day.
On her birthday, she received a present from her grandmother.
"I still remember what she gave me, it was that board game, Trouble," Tracey said.
Her mother told her it would be the last birthday present she would ever get because as members of Jehovah's Witness, they didn't celebrate Christmas or birthdays.
While friends at school still bought her small gifts for her birthday, Tracey would be pulled out of school the week before Christmas so as to not be involved in any holiday activities.
Tracey now believes her mother was suffering from a mental illness, bipolar depression.
In addition, her mum was involved in several serious car accidents and was bed ridden a lot and eventually Tracey left school to care for her.
Tracey remembers arguing with her mum in the afternoon, then finding her dead a few hours later.
Her mum left a suicide note, asking the family not to blame Tracey for what had happened.
But the note failed in its task and Tracey was made to feel responsible for the death of her mother by several family members.
In the months that followed, Tracey was in a fog of denial and says it only really sank in that her mum was dead six months after her suicide.
She was also the victim of a vicious sexual assault during that time, but never reported the incident to police because she felt nothing would be done about it.
She had distanced herself from the Jehovah's Witnesses in her late teens and was married for the first time at 19, but was divorced a few years later.
"It was a nightmare of a marriage," Tracey said, adding that the man's family had caused a lot of trouble in their relationship.
She then met and married the man who would become the father of her only child.
He left six months after Tracey gave birth to their daughter, Jessica.
When Jess was 14 months old, Tracey found that all her former religious beliefs came flooding back and she was struck with the fear that her child would die in Armageddon if she didn't rejoin the Jehovah's Witness.
She started Bible study again and was baptised into the religion in Toowoomba when Jess was 2.
It wasn't long before she met the man who was to become her third husband.
He was also a member of the Jehovah's Witnesses and the two had a whirlwind romance.
They married when Jess was 5.
"That marriage was pretty good for a few years," Tracey said.
Later, the couple moved to Hervey Bay and it there that the cracks began to show, both in Tracey's marriage and in her belief in the Jehovah movement.
An elder from Toowoomba with whom Tracey and her husband had both been friends was accused of murdering his wife, who was five months pregnant.
Her naked body was eventually found at the bottom of Perseverance Dam.
The pressure also grew on Tracey to go door-to-door witnessing with her daughter.
"I tried very hard to live up to this standard," Tracey said.
"But I started to question things and my marriage started to break down."
On top of witnessing, the family also had to go along to three meetings a week and fit in family and personal study.
It could be exhausting, Tracey remembers.
"You're made to feel guilty if you miss a meeting. The whole thing's a guilt trip," she said.
For someone who is naturally curious, the tough conditions placed on members of the religion were also hard for Tracey to endure.
There could be no discussion of faith outside literature provided by the group and questioning the teachings was not allowed openly at a meeting.
Jehovah's Witnesses members were discouraged from joining in activities outside the religion, with Tracey being told she "might as well have a red light out the front of your house" for daring to join Amway.
"He pretty much called me a prostitute," Tracey said.
They keep saying they're not a cult - they are a flaming cult.Members are also discouraged from joining Facebook and other social media outlets because that would encourage them to become part of the world and "they are no part of this world," Tracey says.
Ironically, what brought her involvement with the religion to an end is the very thing she has been doing unobtrusively since I first sat down with her - smoking.
Tracey started smoking to deal with the breakdown of her marriage.
She repeatedly asked for assistance with saving her marriage but was given no help.
Instead she got a very clear message - give up smoking or be disfellowshipped, removed from the religion.
The ultimatum angered Tracey so much, she handed in her letter of resignation and removed herself from the faith.
Her actions drastically limited the contact she was able to have with her three siblings, who were all still members of the religion.
Since she walked away from the faith, Tracey has become a vocal critic of the Jehovah's Witnesses movement, especially since revelations of the religion's alleged cover-ups of child sex abuse have emerged, and has been labelled an apostate, or a person who forsakes their religion.
"They try to tell you that you are turning your back on God. I was turning my back on the religion and the doctrine and all that.
"But I have now turned my back on God in a lot of ways. I still have belief in God, but I think he must be bipolar."
Tracey says a lot of talented people, including her brother Mike, have wasted their talents while being members of the Jehovah's Witnesses movement as they aren't encouraged to get an education or develop their skills but rather to devote their lives to faith and preaching.
"Now that I'm out, I realise how stupid this whole thing has been. I was a sheep," Tracey said.
She says she now has questions that she can't answer because she no longer has specific religious beliefs.
"I've studied all the other religions - what is going to happen now when I die?" she said.
"I don't believe in any religion now, I don't trust any religion now."
Tracey has some regrets; she misses Mike, the closest sibling to her in age and relationship, the one who shares a similar sense of humour and her favourite of the three; and she regrets Jess's involvement in the religion.
"It makes me mad that I put Jessica through the door-to-door witnessing as a child," Tracey said.
But that's all in the past now. Tracey is now a grandmother of two and is happily married to her fourth husband.
She has a range of interests and canfinally indulge her curious mind.
And she has an interesting story or two to share if anyone has time for a coffee while relaxing in the sun on the back patio.
Truthseeker menyusul Tracey, menjadi vakum (tidak punya agama) dan menganggap agama yg ada tidak bisa menyelamatkan, tidak percaya pada semua agama. Grup kultus sudah seperti mesin industri yg mencetak generasi Ateis.
ReplyDeleteMeditasi, kontemplasi, hidup membiara, permenungan, introspeksi, mati raga, puasa adalah musuh grup kultus, jadi jika ingin lepas dari mind control, lakukanlah itu semua yg disebut di pagi hari atau tengah malam tanpa harus begadang dulu sebelumnya.
Salam
AS
Kalau begadang namanya jadi medita-sleep, kontempla-sleep, introspek-sleep. Dilakukan sambil ngantuk2.
DeleteDengan tidur seperti biasa, otak beristirahat, segera setelah bangun otak dalam kondisi netral (belum mikir macem2). Pada golden moment ini kita bisa melawan mind control secara mandiri tanpa dibantu psikiater.
Salam
AS
Babies being killed, and People running in the street. Ini adl menambahi wahyu.
ReplyDeleteBeda saksi, beda tambahan atas wahyu nya. Rasul Yohanes tidak pernah nulis babies being killed,.....
Salam
AS
Perhatikan baik2
ReplyDeleteTracey tidak bisa menghukum organisasi grup kultus, hanya bisa bersaksi adanya tindak kejahatan.
Pelaku kejahatannya bebas berkeliaran, belum tersentuh hukum manusia, tapi tidak bakal lolos dari hari penghakiman.
Itulah bahaya Nabi palsu, guru palsu, ajaran palsu.
Padahal yg ditakutkan watchtower adl media visual (YouTube, TV internasional, berita TV lokal) dan pemberitaan/penyebaran informasi baik internet maupun koran. Tracey sudah ada di jalur yg tepat, saksi yg lain pun bisa melakukannya, manfaatkanlah saluran2 yg sudah ada. Ayo kita berame-rame membebaskan domba2 yg diculik watchtower dan nabi palsu lain.
Mind controlnya yg harus kita serang bukan pribadi2 saksi, bukan tentang kekerasan fisik (itu sudah kuno) tapi tentang kesadaran/penyadaran, kerelaan dan kemaslahatan umat.
Catatan penting jika pakai media You Tube harus baca policynya YouTube: video yg diupload tidak bisa ditarik jadi sebelum diupload harus di filter ketat mengingat ada nama Yehuwa nya yg teramat sakral. Ingat : sakral, benar2 sakral, intonasinya harus tepat, ekspresinya harus respek, jangan terlalu sering disebutkan dengan sia2. Itu filter utamanya.
Salam
AS
Re-post komen yg terhapus
DeletePerasaan geregetan pengen menghukum pihak yg bersalah adl kodrat alami manusia. Tapi bagaimana caranya menghukum nabi CTR, nabi palsu JFR dkk?
Merusak kuburannya tidak perlu, malah akan disebut psikopat. Misal kuburannya dikasi sampah, di corat-coret dg cat semprot, itu tidak perlu.
Bentuk2 kekerasan harus dihindari sebab
1. Melukai pengorbanan Kristus di kayu salib, masak harus menebus dosa oknum yg menjahili ssy.
2. Harus berempati pada korban mind control.
3. Bukan cepat selesai, malah tambah kerjaan
4. Ujung2 nya berurusan dg polisi
Disorot dari pelakunya bisa dari orang yg terlibat maupun ikut2an. Bisa dari kalangan ssy, non ssy maupun masyarakat umum. Bayangkan jika ada orang yg niatnya baik mendatangi balai kerajaan (menginjili), disambut dg adu mulut (kemudian jadi saling dongkol), maka pihak ketiga (setan) siap aji mumpung.
Contoh kekerasannya sudah ada di YouTube dan sangat mengerikan, jangan sampai terulang di masa depan.
Salam
AS
Tracey kecil dapat hadiah ultah papan permainan Trouble. Papan permainan ini mencerdaskan anak kecil karena merangsang otak untuk menemukan solusi.
ReplyDeleteTa....pi, selanjutnya TROUBLE yg benar2 Trouble (bukan sekedar papan permainan) menghantui hidup Tracey, si raja Trouble. Mengimpot Trouble dalam sejarah hidup yang cuma sekali doang.
Di sinilah letak kekuatan pesta ulang tahun. Dalam pesta ultah kita bisa:
Menanamkan nilai2 sosbud yg baik ke alam bawah sadar anak kecil yg berultah.
Mempererat hubungan keluarga, so pasti
Bisa digunakan untuk memperbaiki hubungan yg retak. Misal suami-istri ribut melulu, jika anaknya merayakan ultah ayah/ibu secara surprise, efeknya mendamaikan.
Secara ultimate, akan banyak doa untuk yg sedang ultah, dan nama Tuhan akan ikut dipanjatkan dalam doa tsb.
Raja Trouble pasti tidak suka keharmonisan tercipta, namanya juga raja Trouble.
Salam
AS
Re-post komen yg terhapus
DeletePerayaan ultah dijadikan sbg kambing hitam untuk peristiwa tragis Kepala orang dipenggal sbg kado ultah.
Padahal kalau dibaca dg teliti, bukan acara ultahnya yg keliru, tapi SIASAT licik lah yg membuat kepala orang dipenggal sbg kado.
Disamping itu juga pemberi kado yg gagal ngeles dg alasan force majeur, kadonya ganti yg lain saja jangan kepala orang, kan bisa banget ! Itulah akibatnya para tukang janji yg keblinger.
Salam
AS
Menjadi vakum tentu jauh lebih baik daripada masih terjerat grup nabi palsu
ReplyDeleteBeragama, tentu jauh lebih baik daripada vakum.
Alasan utama jadi vakum adl trauma pada institusi agama, karena fobia ciptaan yg diinternalisasi memanfaatkan ayat tentang anjing yg kembali pada muntahannya, dan babi kembali pada kubangannya. Selain itu mantan saksi akan trauma pada perumpamaan hamba setia, ayat bukan bagian dari dunia, ayat siap dibenci, trauma membaca kitab wahyu, dll. Jika seperti ini maka segala yg berbau Alkitab akan dihindari dan langsung pada shortcut berikut:
Pokoknya asal aku berbuat baik, maka agama tidak perlu ada
Pokoke asal aku percaya Tuhan dan Yesus, maka Tuhan tidak akan neko-neko.
Ini adl shortcut yg keliru, jika tidak, lantas buat apa ditulis Alkitab yg tebal itu?
Justru Alkitab memberitahu:
Sejak dari keluar Mesir, umat PL beribadat scr komunal dan dibimbing Imam, tidak ada yg independen
Kisah para rasul mewartakan cara hidup umat beriman yg komunal, bukan individual
Tubuh Kristus adl menganut sistem gembala, dan domba yg memisahkan diri jadi independen akan beresiko tinggi diterkam serigala
Independen tentu tidak bisa menerima roti hidup yg dipecah2 oleh Imam.
Yesus sendiri mensyaratkan berkumpul dalam namaNya maka Dia akan hadir, independen lagi2 gigit jari tidak memenuhi syarat.
Jangan terlalu lama vakum, nanti kebablasan keburu mati dalam kondisi vakum.
Kembalilah ke agama yg lama dulu, nanti baru cari yg mantap di hati tata Ibadatnya/liturgi nya.
Salam
AS
Kita harus hati2 baca kesaksian diatas:
ReplyDeletePenyelamat nya bukan karena Tracey merokok, terus jadi berani sama organisasi.
Tapi penyelamatnya karena Tracey menabrak tembok (keterpurukan), sebagai titik balik menjadi sadar bahwa di organisasi hanya kosong belaka, gersang, tidak ada Allah.
Keterpurukan dan kesendirian (Single parent) membuat waktunya menjadi sela untuk menengok kebelakang perjalanan hidupnya dari kecil yg mengalami siksaan ajaran dan aturan organisasi. Kurang lebihnya sama dengan kesaksian mantan penatua David di Inggris yg merefleksi perjalanan hidupnya dari kecil. Disiksa fobia2 ciptaan organisasi, tertipu ajaran yg tidak terbukti.
Salam
AS
Tracey Single parent kan?
ReplyDeleteKalau giat dinas maka anaknya akan telantar ditinggal sendirian dirumah
Terus yg menafkahi siapa?
Ayo pada mikir yg sehat, untung Tracey milih keluarga daripada dinas keliling krn ditagih setor.
Salam
AS
Poor Tracey
ReplyDeleteTanpa suami, tanpa keluarga besar, tanpa pendidikan yg tinggi, kehilangan banyak sahabat, dikucilkan pula.
Kalau ada sahabat masih bisa minta kerjaan, bisa curhat. Ketemu sahabat aja udah malu apalagi minta job. Tapi nyatanya masih jauuuuuh lebih mending daripada hidup sandiwara dalam watchtower. Saksi seolah hidup bahagia saat masuk pintu balai kerajaan. Apa bisa bahagia itu penjual tiang siksa?
Salam
AS