MENGENALI GURU & NABI PALSU: BUAHNYA (Mat. 7:15-16)

NABI DAN GURU PALSU
ORGANISASI SAKSI-Saksi YEHUWA banyak mengklaim sepihak bagi dirinya sendiri sebagai sesuatu yang spektakuler dan spesial. Beberapa klaim atau bualannya adalah mendapatkan pemilihan secara ilahi oleh Yesus Kristus sendiri pada tahun 1914, menyatakan bahwa kepemimpinannya saat ini mengikuti teladan para rasul yang ada di Yerusalem dulu dan keputusan yang dibuat oleh pemimpin (disebut sebagai badan pimpinan) Lembaga Menara Pengawal berada di bawah bimbingan Roh Kudus serta mengklaim bahwa organisasi Saksi Yehuwa dipimpin langsung oleh Allah. Perhatikan kutipan publikasi Menara Pengawal berikut ini:
Anggota badan pimpinan ini, seperti para rasul dan para penatua di Yerusalem, mempunyai pengalaman bertahun-tahun dalam dinas kepada Allah. Akan tetapi, mereka tidak bergantung kepada hikmat manusia dalam membuat keputusan. Tidak, karena dipimpin secara teokratis, mereka mengikuti teladan badan pimpinan yang mula-mula di Yerusalem, yang keputusannya didasarkan atas Firman Allah dan dibuat di bawah bimbingan roh suci.—Kisah 15:13-17, 28, 29. (Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi, hlm. 195)

Sebagai penutup, buku ini membahas mengapa Saksi-Saksi Yehuwa dengan teguh merasa sangat yakin bahwa organisasi tempat mereka bergabung benar-benar dipimpin oleh Allah. (Menara Pengawal, 1/5/1994, hlm. 17)
Nah, artikel kali ini akan menguji klaim organisasi Saksi Yehuwa yaitu:
  • Apakah benar organisasi Saksi Yehuwa dipimpin langsung oleh Allah Yehuwa ataukah hanyalah bualan sebuah organisasi kultus yaitu Lembaga Menara Pengawal saja?
  • Apakah benar badan pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa dipimpin di bawah bimbingan Roh Kudus?
Bagaimana kita mengujinya? Sangat sederhana. Semasa Kristus hidup, Yesus sudah memperingati murid-murid-Nya dengan mengungkapkan satu cara untuk membedakan bentuk-bentuk Kekristenan palsu dari yang sejati. Tuhan Yesus memperingatkan, ”Berjaga-jagalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan berbaju domba, tetapi di dalamnya, mereka adalah serigala-serigala yang rakus.” Kemudian, Kristus menambahkan, ”Dari buah-buahnya kamu akan mengenali mereka.” (Matius 7:15-23). Nah, kita menguji buah-buah yang dihasilkan oleh organisasi Saksi Yehuwa yang berbadan hukum Lembaga Menara Pengawal.

Hal yang paling berbahaya adalah jika penjahat menyamar sebagai orang baik dan suci. Kita mudah tertipu karena kita cepat menilai segala sesuatu dari segi luarnya saja. Hendaknya kita tidak menilai segala sesuatu dari segi atau penampilan luar saja. 2 Kor. 11:14 mengatakan bahwa Iblis terus-menerus mengubah dirinya menjadi malaikat terang. Jadi Iblis berupaya membuat dirinya seperti malaikat. Tetapi ada satu hal yang tidak mungkin ditiru atau dipalsukan oleh Iblis yaitu kesucian atau kekudusan. Iblis tidak memilikinya.

Salah satu sifat Allah adalah kudus (Im. 19:2) dengan demikian Allah tidak dapat berdusta (Tit. 1:2). Sebaliknya, Iblis penuh dengan kenajisan sehingga Kristus menyebutnya sebagai pendusta, bapa segala dusta (Yoh. 8:44). Oleh sebab itu, meskipun Iblis terus-menerus mengubah dirinya menjadi malaikat terang, tetapi mustahil di dalam pribadi Iblis memiliki kesucian atau kekudusan karena kesucian dan kekudusan hanya sifat Allah saja. Nah, bagaimana dengan rekam jejak organisasi Saksi Yehuwa? Apakah menghasilkan buah-buah kesucian yang merepresentasikan Allah Yehuwa ataukah buah dusta yang mewakili bapa pendusta? Mari kita uji bersama di dalam publikasi yang diterbitkan oleh Menara Pengawal agar kita mengenali muka asli organisasi Saksi-Saksi Yehuwa agar kita tidak tertipu oleh penampilan luarnya.

Organisasi Saksi Yehuwa adalah salah satu dari sekte Kekristenan yang anti-Tritunggal dan banyak menista doktrin Tritunggal dalam publikasi-publikasinya. Perhatikan kutipan berikut ini
”Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Tidak ada dua atau tiga Yehuwa, cuma satu atau esa! Allah tritunggal, satu allah tiga oknum adalah satu ciptaan agama kafir. Itu satu ajaran bohong (Maksud Tujuan Kekal, hlm. 34)

Bukti-bukti tidak dapat disangkal bahwa Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab, juga tidak selaras dengan apa yang diajarkan Alkitab. (Bertukar Pikiran, hlm 411)
Perhatikan kutipan tersebut yaitu Menara Pengawal mengatakan Tritunggal merupakan agama kafir, ajaran bohong dan tidak diajarkan Alkitab. Sebagai sebuah sekte Kristen yang anti Tritunggal, menurut saya sah-sah saja mengeluarkan pendapat demikian. Tetapi hal yang sangat keliru jika Menara Pengawal menggunakan dusta dalam publikasinya untuk menipu pembacanya — Saksi-Saksi Yehuwa dan khalayak umum — dengan cara mengutip keterangan para ahli atau suatu encylopedia untuk menyembunyikan kebenaran ajaran Tritunggal. Jika memang doktrin Tritunggal sebuah kebohongan dan tidak diajarkan Alkitab, mengapa Menara Pengawal perlu mengutip sana-sini untuk menyembunyikan kebenaran ajaran Tritunggal? Hanya jika ajaran Tritunggal merupakan sebuah kebenaran sejati maka diperlukan upaya-upaya penipuan untuk menutupinya, bukan? Agar saya tidak dianggap memfitnah, mari saya buktikan berikut ini beberapa dusta Menara Pengawal.

DUSTA PERTAMA: Tertullian

Dalam upaya menutupi kebenaran doktrin Tritunggal, Menara Pengawal menyatakan bahwa Tertullian — salah satu Bapa Gereja Pra Nicea — tidak memiliki gagasan akan doktrin Tritunggal. Perhatikan kutipan berikut yang saya warnai merah:
Tertullian (± 160 hingga 230 M.) merupakan orang pertama yang menggunakan kata Latin trinitas. Sebagaimana dinyatakan oleh Henry Chadwick, Tertullian mengajukan bahwa Allah adalah ’satu zat terdiri atas tiga pribadi.’ Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa ia memiliki gagasan mengenai tiga pribadi yang setara dan sama kekalnya. Namun, gagasannya dijadikan dasar oleh penulis-penulis sesudahnya yang berupaya mewujudkan doktrin Tritunggal.

Konsep Tertullian tentang Bapa, Putra dan roh kudus sangat jauh berbeda dari konsep Tritunggal Susunan Kristen, karena ia adalah seorang penganut subordinasionisme. Ia memandang bahwa sang Putra lebih rendah daripada sang Bapa. (Menara Pengawal, 1/04/1992, hlm. 28)
Benarkah Tertullian tidak memiliki gagasan mengenai tiga pribadi yang setara dan sama kekalnya dan Konsep Tritunggal Tertullian sangat jauh dari Tritunggal yang diyakini orang Kristen? Pertama-tama kita kaji definisi Tritunggal yaitu Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah dan Roh Kudus Adalah Allah. Bukan tiga allah melainkan 3 Pribadi Allah dalam Satu Hakekat Allah.

Nah, sekarang kita lihat salah satu kutipan asli buah pikiran Tertullian tentang doktrin Tritunggal berikut ini:
Semuanya adalah Satu, oleh kesatuan (yaitu) hakekat; sementara misteri dispensasi masih terjaga, yang didistribusikan kesatuan dalam sebuah Trinitas, menempatkan ordo mereka 3 Pribadi — Bapa, Anak dan Roh Kudus .

All are of One, by unity (that is) of substance; while the mystery of the dispensation is still guarded, which distributes the Unity into a Trinity, placing in their order the three Persons — the Father, the Son, and the Holy Ghost  (The Ante-Nicene Fathers, vol. 3, pg. 598, Against Praxeus, Chapter 2)
Bahkan jika kita kaji tulisan Menara Pengawal sendiri di Menara Pengawal 15/5/2002, hlm. 31 jelas menulis bahwa Tertullian menunjukkan konsep bahwa 'Allah, Putra-Nya, dan Roh kudus adalah tiga pribadi yang berbeda yang ada dalam satu zat ilahi' yang merupakan definisi singkat doktrin Tritunggal meskipun tentunya hal ini dipandang keliru oleh Menara Pengawal. Tentunya saya yakin ketika Menara Pengawal menulis ini, ia lupa bahwa dulu pernah mengajarkan hal yang bertentangan.
Tertulian memandang sang Putra sebagai bawahan sang Bapak. Akan tetapi, dalam upayanya untuk menentang modalisme, ia ”melampaui perkara-perkara yang tertulis”. (1 Korintus 4:6) Seraya Tertulian dengan keliru berupaya membuktikan keilahian Yesus melalui teori lain, ia mengarang rumusan ”satu zat dalam tiga pribadi”. Dengan konsep ini, ia berupaya menunjukkan bahwa Allah, Putra-Nya, dan roh kudus adalah tiga pribadi yang berbeda yang ada dalam satu zat ilahi. Dengan demikian, Tertulian menjadi orang pertama yang menerapkan bentuk kata Latin ”tritunggal” bagi Bapak, Putra, dan roh kudus. (warna merah dari saya)
DUSTA KEDUA: Tritunggal Tidak Dikenal

Dalam upaya mendiskreditkan doktrin Tritunggal sebagai doktrin yang dibuat pada Konsili Nicea pada tahun 325, Konstantinopel 381 M dan setelahnya, Menara Pengawal mengajarkan bahwa doktrin Tritunggal tidak dikenal dan diajarkan oleh Bapa-Bapa Pra-Nicea yaitu Justin Martyr, Irenaeus, Clement dari Aleksandria, Tertullian dan Hippolytus dengan memberikan ringkasan sebagai berikut:
Jadi, bukti dari Alkitab dan dari sejarah membuat jelas bahwa Tritunggal tidak dikenal sepanjang zaman Alkitab dan selama beberapa abad setelahnya (Haruskah Anda Percaya Pada Tritunggal, hlm. 7)
Benarkah ajaran Tritunggal tidak dikenal beberapa abad setelah zaman Alkitab? Saya persilahkan pembaca klik Bapa Gereja Pra-Nicea Dan Istilah Tritunggal untuk melihat bukti ajaran Bapa-Bapa Gereja Pra-Nicea dan tentunya dengan melihat penjelasan saya di atas tentang Tertullian (160-230 M) menjadi jelas bahwa jauh sebelum konsili Nicea 325, ajaran Tritunggal telah dikenal dan diajarkan oleh Tertullian yang hidup tahun 230 an dan merupakan salah seorang Bapa-Bapa Gereja Pra-Nicea

Pepatah mengatakan “sepandai-pandainya menyimpan bangkai akhirnya akan tercium juga”. Demikian juga dengan organisasi Saksi Yehuwa; sepandai-pandainya Menara Pengawal menutupi dustanya, akhirnya berdasarkan publikasinya sendiri dusta itu terbongkar juga. Ya, berdasarkan publikasi Menara Pengawal sendiri, Menara Pengawal membongkar dustanya sendiri. Dengan mengatakan ajaran Tritunggal tidak dikenal beberapa abad setelah zaman Alkitab, Menara Pengawal telah berdusta kepada para pembacanya.

DUSTA KETIGA: Roh Kudus = Tenaga Aktif Allah

Organisasi Saksi Yehuwa mengajarkan Roh Kudus hanyalah sebuah tenaga aktif Allah, tidak berpribadi. Memiliki keyakinan demikian tidaklah masalah. Tetapi hal yang sangat salah jika Menara Pengawal dengan sengaja mengutip seorang Katholik, Edmund Fortman, di luar konteks maksud penulis seolah-olah ia tidak meyakini Roh Kudus adalah Allah. Lebih berdosa lagi Menara Pengawal telah melakukan upaya penipuan untuk mendukung doktrinnya. Kita lihat kutipan berikut untuk buktinya:
Teolog Katolik Fortman: “Orang-orang Yahudi tidak pernah menganggap roh itu sebagai suatu pribadi; juga tidak ada bukti yang kuat bahwa ada penulis Perjanjian Lama yang menganut pandangan ini. . . . Roh Kudus biasanya dinyatakan dalam Sinoptiks [Injil-Injil] dan dalam buku Kisah sebagai suatu kekuatan atau kuasa ilahi.” (Haruskah Anda Percaya kepada Tritunggal?, hlm. 22)
Apakah kesan Saudara membaca tulisan Fortman, seorang Katholik? Ya, Fortman tidak mempercayai Roh Kudus sebagai salah satu Pribadi dari Allah Tritunggal, bukan? Tetapi apakah demikian? Kita lihat kutipan aslinya; apa yang sengaja disembunyikan oleh Menara Pengawal dari buah pikiran Fortman secara keseluruhan; warna biru merupakan kutipan Menara Pengawal sedangkan merah dari buku Fortman. Menara Pengawal mengutip buku Fortman itu dari 2 tempat yaitu hlm. 6 dan hlm. 15.
Roh Yahweh kerap digambarkan dalam istilah-istilah berpribadi. Roh berduka, menuntun manusia, menginstruksikan mereka, menyebabkan mereka beristirahat (Maz. 143.10; Neh 9.20; Yes 63.10, 14). Tetapi orang-orang Yahudi tidak pernah menganggap roh itu sebagai suatu pribadi; juga tidak ada bukti yang kuat bahwa ada penulis Perjanjian Lama yang menganut pandangan ini. Bagaimanapun juga, beberapa sarjana kini mempertahankan bahwa meskipun Roh biasanya disajikan sebagai kuasa ilahi tidak berpribadi, ada asumsi dasar bahwa Roh adalah seorang agen yang sadar, yang 'memberikan suasana di mana pluralitas dalam Keallahan itu dimengerti.

Roh Kudus biasanya disajikan dalam Sinoptik dan dalam Kisah sebagai suatu kekuatan atau kuasa ilahi. Tapi dalam beberapa bagian penulis suci meninggalkan kesan nyata bahwa bagi mereka Dia [Roh Kudus] adalah seseorang yang berbeda dari Bapa dan Anak dengan eksistensi pribadi yang berbeda. Dalam kedua Sinoptik dan Kisah ada jejak pola triadic dari Bapa. Anak, dan Roh Kudus. Ekspresi yang paling jelas dari pola ini ditemukan dalam rumus baptisan di mana Matius menyajikan tiga bersamaan  sekaligus tiga triadik dan kesatuan. (The Triune God, Edmund Fortman, p15)

The spirit of Yahweh was often described in personal terms. The spirit was grieved, guided men, instructed them, caused them to rest (Ps 143.10; Neh 9.20; Is 63.10, 14). But it seems quite clear that the Jews never regarded the spirit as a person; nor is there any solid evidence that any Old Testament writer held this view. A few scholars today maintain, however, that even though the spirit is usually presented as an impersonal divine force, there is an under-lying assumption that the spirit was a conscious agent, which 'provided a climate in which plurality within the Godhead was conceivable." (The Triune God, Edmund Fortman, hlm. 6)

The Holy Spirit is usually presented in the Synoptics and in Acts as a divine force or power. But in a few passages the sacred writers leave a vivid impression that for them He was someone distinct from both Father and Son with a distinct personal existence. In both Synoptics and Acts there are traces of the triadic pattern of Father. Son, and Holy Spirit. The clearest expression of this pattern is found in the baptismal formula where Matthew presents the three together as at once a triad and a unity.  (The Triune God, Edmund Fortman, p15)
Saudara sudah melihat bagian dari kutipan buku Fortman secara lengkap. Apakah Fortman mempercayai Roh Kudus hanyalah sekedar kuasa ilahi ataukah sebagai Pribadi Ilahi dan bagian dari Allah Tritunggal? Silahkan Saudara nilai sendiri dengan memperhatikan kalimat yang berwarna merah dan bergaris bawah tersebut.

KESIMPULAN AKHIR

Sebenarnya apa yang saya sampaikan hanyalah sebagian kecil dari buah-buah dusta organisasi Saksi Yehuwa. Dusta-dusta lainnya yang demikian banyak dapat Saudara temukan di blog ini dengan mudah. Silahkan periksa sendiri dengan mengklik:
Setelah Saudara membaca uraian 3 buah-buah dusta yang dihasilkan Menara Pengawal di atas, apakah Saudara yakin bahwa Allah Yehuwa memimpin organisasi ini? Apakah benar pemimpin organisasi Menara Pengawal yaitu badan pimpinan berada di bawah bimbingan Roh Kudus?  Apakah mungkin Allah yang kudus dan tidak dapat berdusta menggunakan organisasi yang menggunakan dusta dan penipuan untuk membenarkan doktrin yang diyakininya? Saya persilahkan Saudara menjawab sendiri karena jawabannya tentunya mudah, bukan? Renungkan pernyataan Kristus, ”Berjaga-jagalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan berbaju domba, tetapi di dalamnya, mereka adalah serigala-serigala yang rakus. . . . Dari buah-buahnya kamu akan mengenali mereka

Tentunya Saudara bertanya-tanya; jika organisasi Saksi Yehuwa bukanlah sebuah organisasi seperti yang diklaimnya yaitu organisasi Kristen sejati, lalu organisasi apakah? Jawabannya sederhana. Organisasi Saksi Yehuwa merupakan sebuah organisasi kultus yang berkedok agama Kristen. Perhatikan kutipan dari seorang ahli kultus Steven Hassan tentang ciri-ciri sebuah kelompok kultus:
Sebuah grup tidak dapat dipertimbangkan sebuah “kultus” hanya karena keyakinannya yang tidak ortodoks atau praktek-prakteknya. Sebaliknya, destruktif kultus dicirikan dengan penggunaan penipuan. . .

A group should not be considered a “cult” merely because of its unorthodox beliefs or practices. Instead, destructive cults are distinguished by their use of deception . . .
[1]
Sebelum saya mengakhiri artikel ini, izinkan saya mengutip majalah Menara Pengawal yang memberikan nasihat bijaksana tentang berkata benar dan dusta:
Bagi banyak orang, berdusta mungkin tampaknya adalah sarana yang gampang untuk memperoleh keuntungan tertentu. Orang-orang berdusta untuk lolos dari hukuman, untuk mendapatkan keuntungan, atau untuk memperoleh pujian dari orang lain. Namun, praktek berdusta adalah kebejatan moral. Selain itu, seorang pendusta tidak dapat memperoleh perkenan Allah. (Penyingkapan 21:8, 27; 22:15) Apabila kita dikenal berpaut pada kebenaran, orang lain mempercayai apa yang kita katakan. Namun, seandainya kita ketahuan mengucapkan bahkan satu dusta saja, orang lain bisa meragukan kebenaran dari apa pun yang kita katakan di masa depan. Sebuah peribahasa Afrika berbunyi, ”Satu dusta merusak seribu kebenaran.” Peribahasa lain berbunyi, ”Seorang pendusta tak akan dipercaya, bahkan sewaktu ia mengatakan kebenaran.”

Berpaut pada kebenaran bukan sekadar mengatakan apa yang benar. Itu adalah jalan hidup. Hal itu menentukan siapa kita. Kita memberitahukan kebenaran kepada orang lain bukan hanya melalui apa yang kita katakan, melainkan juga melalui apa yang kita lakukan. ”Apakah engkau, yang mengajar orang lain, tidak mengajar dirimu sendiri?” tanya rasul Paulus. ”Engkau, yang memberitakan ’Jangan mencuri’, apakah engkau mencuri? Engkau, yang mengatakan ’Jangan berzina’, apakah engkau berzina?” (Roma 2:21, 22) Jika kita hendak menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kita harus berpaut pada kebenaran dalam semua jalan kita. Reputasi kita sebagai orang yang jujur dan berpaut pada kebenaran besar sekali pengaruhnya atas tanggapan orang-orang terhadap apa yang kita ajarkan. (Menara Pengawal, 1/8/2003 hlm. 16)
Perhatikan kalimat yang saya sengaja warnai merah itu. Ya, Menara Pengawal benar yaitu praktek berdusta adalah kebejatan moral. Seorang pendusta tidak dapat memperoleh perkenan Allah. Selain itu, ketika kita ketahuan mengucapkan bahkan satu dusta saja, tentunya orang lain bisa meragukan kebenaran dari apa pun yang kita katakan di masa depan. Sebuah peribahasa Afrika berbunyi, ”Satu dusta merusak seribu kebenaran.” Paragraf kedua merupakan suatu nasehat yang baik yaitu “Jika kita hendak menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kita harus berpaut pada kebenaran dalam semua jalan kita. Reputasi kita sebagai orang yang jujur dan berpaut pada kebenaran besar sekali pengaruhnya atas tanggapan orang-orang terhadap apa yang kita ajarkan”. Ironisnya, Menara Pengawal tidak mampu menjalankannya apa yang dikatakan dan diajarkannya. Sungguh sikap yang munafik.

Bagi pembaca Kristiani blog ini. Jika Saudara memiliki akun di facebook ataupun tweeter. Saya mohon agar sudi mereferesikan blog ini kepada teman dan kerabat dekat Saudara karena gerakan organisasi Saksi Yehuwa secara legal beroperasi di Indonesia. Saksi-Saksi Yehuwa secara aktif berkunjung ke rumah-rumah untuk menyesatkan umat pilihan Allah. Dengan mengetahui kedok organisasi ini maka akan banyak orang Kristen yang terhindar dari penyesatan. 

Artikel Terkait:
1. Ajaran Saksi Yehuwa: Bidat Atau Sejati?
2. Apakah Tujuan Saksi Yehuwa Menginjil Dari Rumah Ke Rumah
3. Bukti Klaim PALSU Saksi Yehuwa: Pemilihan Ilahi
4. Nabi Palsu Berseru: Kiamat! Kiamat!! Kiamat!!!


Berjaga-jagalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan berbaju domba, tetapi di dalamnya, mereka adalah serigala-serigala yang rakus. (Mat. 7:15, NW)

[1] http://www.freedomofmind.com/Info/infoDet.php?id=407

.