Keadilan Allah Dan Penyiksaan Kekal Dalam Neraka |
Pada umumnya penganut paham annihilasionisme menolak kekalnya neraka sebagai hal yang tidak adil dan tak masuk akal bagi Allah yang maha kasih menghukum orang-orang tidak percaya secara kekal untuk dosa yang bersifat terbatas. Bagaimana bisa adil kalau Allah menghukum secara kekal orang yang hidup berdosa misalnya untuk 70 tahun? Seorang pembaca berinitial AL memiliki pertanyaan yang mirip sebagai berikut:
soal neraka saya belum percaya sama sekali. seperti yang sy bilang andaikata kita manusia jahat terus seumur hidup kita yang pendek ini masa sih harus dihukum dengan penyiksaan apapun bentuknya untuk selama-lama nya ? (di sini)Sebenarnya untuk menyanggah komentar Sdr. AL yaitu keadilan Allah tentang penyiksaan manusia dalam neraka selama-lamanya pernah saya kupas di artikel Allah Mencipta Neraka Untuk Menyiksa Manusia. Tetapi mungkin jawaban tersebut belum menjawab tuntas sehingga saya mencoba kupas kembali di dalam artikel ini: Apakah Allah Adil Menghukum Manusia Kekal Dalam Neraka? Silahkan pembaca klik Api Neraka untuk melihat argumen-argumen penolakkan Saksi Yehuwa tentang penyiksaan kekal di neraka.
Setiap Saksi Yehuwa merasa bahwa Allah adalah adil, penyabar dan maha kasih, oleh karena itu mustahil Ia akan menyiksa manusia dalam neraka secara kekal. Jika Allah menyiksa secara kekal berarti Ia tidak adil dan bertentangan dengan sifat Allah. Berikut komentar seorang pembaca blog ini:
Yang saya pernah ketahui dari SSY, mereka mengutip banyak contoh dari Alkitab bahwa Tuhan itu punya sifat penyabar, pemaaf dan berbelaskasihan terhadap manusia ciptaannya, termasuk thd para pedosa, bukan berarti dia tidak menghukum, tetapi hukuman yg paling tinggi terhadap pedosa adalah hukuman mati dan bukan siksaan (contoh: Air Bah, pembinasaan Sodom Gomorah, dll). Bukankah konsep siksaan abadi bertentangan dgn sifat Tuhan tsb? (Di sini)Kadang-kadang kita lupa ketika kita berbicara tentang frasa “keadilan Allah”. Apakah kita benar-benar bicara tentang “keadilan Allah” dari sudut pandang Allah ataukah dari sudut pandang kita? Dan apakah setiap Saksi Yehuwa yakin bahwa doktrin annihilasionisme yang dianutnya merepresentasikan murni “keadilan Allah” dari sudut pandang Allah berdasarkan Alkitab?
Izinkan saya mempertanyakan doktrin Saksi-Saksi Yehuwa yang merepresentasikan “keadilan Allah” berdasarkan paham annihilasionisme nya. Misalnya seorang perampok sekaligus memperkosa korbannya telah melakukan kejahatannya selama 2 tahun dan ia sangat beruntung tidak pernah ditangkap atas perbuatan jahatnya. Ketika tertangkap pun ia bisa lolos karena menyogok hakimnya. Lalu ia mati karena sakit. Berdasarkan ajaran Saksi Yehuwa yaitu Roma 6:7: “Karena ia yang mati telah dibebaskan dari dosanya” (NW). Artinya, dosa perbuatan penjahat itu selama hidup di dunia ini tidak diperhitungkan (dipertanggung-jawabkan) lagi karena kematiannya telah melunaskan dosa-dosanya. Dan ini nikmatnya yaitu setelah armagedon ia akan masuk ke dalam bumi firdaus seolah-olah memiliki hidup dengan lembaran yang baru (baca di sini untuk penjelasan tentang Yesus tidak menebus dosa manusia). Nah, bolehkah saya bertanya kepada Saksi Yehuwa; Adilkah Allah dalam kasus ini? Menurut saya tidak adil. Dan saya percaya orang yang berpikiran normal akan sependapat dengan saya yaitu betapa enaknya hidup orang tersebut terbebaskan tanpa hukuman selama hidupnya maupun setelah kematiannya. Dan betapa tidak adilnya Allah yang tidak menghukum manusia atas dosa-dosanya. Bahkan membangkitkannya masuk ke bumi firdaus dengan mendapatkan lembaran baru dalam hidupnya. Jadi sebenarnya “keadilan Allah” yang diajarkan oleh Saksi Yehuwa tidaklah mempresentasikan sungguh-sungguh “keadilan Allah”, bukan?
Tentunya jika kita kaji berdasarkan Alkitab doktrin annihilasionisme dalam contoh kasus penjahat tersebut bertentangan dengan surat Paulus kepada orang Kristen di Korintus, menegaskan, ”Sebab kita semua akan menghadap tahta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2 Kor. 5:10). Perhatikan kalimat yang saya bold itu. Jika penjahat itu musnah dan dibangkitkan untuk menerima lembaran hidup baru jelas bertentangan dengan apa yang ditulis Paulus karena ia tidak mendapat apa yang patut diterimanya sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
Lalu bagaimana dengan beberapa ayat di bawah ini yang mengatakan bahwa “YHWH itu panjang sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman”:
TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. (Nah. 1:3)Apakah 2 ayat tersebut masih berlaku kepada penjahat tersebut? Nampaknya tidak, bukan?
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (Bil. 14:18)
Sekarang saya ingin memberikan 1 contoh lagi agar pembaca memahami maksud saya tentang “keadilan Allah”. Meskipun banyak doktrin Menara Pengawal berbeda dengan yang saya yakini tetapi ada juga persamaannya yaitu tentang dosa asal yaitu dosa yang diwariskan Adam, ketidak-taatannya memakan buah dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat, kepada umat manusia. Jika Anda berbicara kepada seorang Muslim tentang dosa asal tersebut, secara otomatis ia akan menolaknya dengan mengatakan Allah itu tidak adil karena Adam yang tidak taat dan berdosa tetapi dosanya ditimpakan kepada seluruh manusia yang sama sekali tidak melakukannya. Dan ia harus dimusnahkan karena tidak percaya kepada korban tebusan yang Yesus berikan. Jadi menurut Muslim, keyakinan Saksi Yehuwa ini menjadikan Allah tidak adil. Dan jika kita mau jujur, penolakkan Muslim tersebut dapat dimengerti dan jika kita pikirkan secara obyektif, memang seolah-olah Allah tidak adil, bukan? Namun demikian, mengapa Saksi Yehuwa dan saya menerima doktrin dosa asal yang kelihatannya tidak adil tersebut?
Dari 2 contoh yang saya sampaikan di atas, sudahkah pembaca memahami maksud saya? Yaitu masalah “keadilan Allah” adalah relatif tergantung siapa yang berbicara tentang “keadilan Allah”. Muslim menolak dosa asal karena menurutnya ajaran tersebut membuktikan Allah tidak adil, tetapi di satu pihak menurut orang Kristen hal ini wajar dan adil. Mengapa demikian? Hanya satu jawabannya yaitu Saksi-Saksi Yehuwa dan saya percaya bahwa dosa asal adalah ajaran Alkitab. Karena ajaran Alkitab maka tentunya ajaran tersebut adalah benar dan masuk akal terlepas bagi ajaran agama Islam mengatakan tidak adil. Jadi sebenarnya, standard “keadilan Allah” yang harus digunakan adalah berdasarkan Alkitab, bukan berdasarkan “keadilan Allah” menurut pendapat pemahaman manusia. Sudahkan pembaca blog ini memahami ulasan saya? Jika sudah, kita harus memahami konsep “keadilan Allah” berdasarkan Alkitab, bukan pendapat manusia sehingga meskipun dalam pemikiran manusia siksaan kekal di dalam neraka terlihat luarnya Allah tidak adil dan bertentangan dengan sifat-sifat-Nya, tetapi hal ini masuk akal karena memang berdasarkan Alkitab.
Neraka sebagai tempat penyiksaan kekal sebenarnya dibuat untuk iblis dan pengikut-pengikutnya (Mat. 25:41). Karena kasih-Nya maka Allah mengutus Yesus Kristus untuk menebus dosa kita agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak beroleh hukuman tersebut (Yoh. 3:16). Kematian Yesus adalah kematian yang tanpa batas, membayar hutang dosa kita yang tak terbatas – sehingga kita tidak perlu membayarnya di neraka (2 Korintus 5:21). Yang kita perlu lakukan hanyalah beriman kepadaNya dan kita akan diselamatkan, diampuni, dibersihkan, dan dijanjikan rumah kekal di surga. Allah mengasihi kita sedemikian rupa sehingga menyediakan keselamatan bagi kita. Jika kita menolak karunia hidup kekal ini, maka kita akan menghadapi konsekwensi kekal dari keputusan itu. Jadi bagi orang Kristen yang percaya kepada Kristus, neraka tidak perlu ditakuti, yang perlu ditakuti adalah melewati kekekalan di neraka.
Artikel berikutnya yaitu Mengapa Allah Menyiksa Orang Kekal di Neraka? Karena Dosa akan membahas alasan neraka sebagai tempat penyiksaan kekal dapat diterima oleh akal sehat karena berdasarkan Alkitab.
Bagaimana pendapat Saudara artikel Apakah Allah Adil Menghukum Manusia Kekal Dalam Neraka?
Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukan grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.
Soli Deo Gloria
Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (2 Yohanes 1:7)
Artikel Terkait:
1. Mengapa Harus Percaya Api Neraka?
2. Apakah Yesus Menebus Dosa Adam Atau Manusia? (Roma 6:7)
3. Api Neraka, Apakah Bagian Dari Keadilan Allah?
4. Allah Menciptakan Neraka Untuk Menyiksa Manusia?
No comments :
Post a Comment
Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.
Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.
Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU