Api Neraka—Apakah Bagian dari Keadilan Allah?

Api Neraka: Apakah bagian dari Keadilan Allah?
AJARAN SAKSI-SAKSI Yehuwa tentang 'neraka' sering disalah-mengerti oleh orang Kristen, seolah-olah Saksi Yehuwa tidak mempercayai adanya 'neraka'. Informasi ini sungguh keliru. Saksi Yehuwa mempercayainya, namun dengan pemahaman yang berbeda dengan  apa yang Alkitab ajarkan. Saksi Yehuwa tidak percaya bahwa 'neraka itu sebagai suatu tempat penyiksaan' dengan api yang bernyala-nyala dan manusia dihukum sedemikian rupa  apalagi seperti ajaran agama Islam di mana manusia direbus, dijadikan tiang api, digergaji dan lain-lain hal yang mengerikan  di dalam kekekalan. Jadi, apakah yang Saksi Yehuwa percaya tentang 'neraka'? Bagi Saksi Yehuwa istilah 'neraka' hanyalah suatu lokasi kuburan, suatu tempat pemakaman, bukan tempat penyiksaan. Artikel kali ini akan membahas detail akan ajaran atau doktrin Saksi Yehuwa mengenai neraka. Dan sedikit membahas ajaran Saksi Yehuwa tentang roh karena keduanya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.

Ajaran Menara Pengawal tentang neraka bukan sebagai suatu tempat penyiksaan bersumber dari Charles Russell sendiri yang tidak mampu menyeimbangkan antara kasih Allah dengan hukuman-Nya. Pemahaman Russell sedemikian ekstrem akan kasih Allah sehingga ia berpendapat, mustahil Allah menyiksa manusia di dalam kekekalan. Perhatikan kutipan buku "Saksi-Saksi Yehuwa - Pemberita Kerajaan Allah", hlm. 43 mencatat sebagai berikut:

Charles muda diajar bahwa Allah adalah kasih, namun bahwa Ia telah menciptakan manusia dengan kodrat tidak berkematian dan telah menyediakan tempat dengan api yang bernyala-nyala yang di dalamnya Allah akan menyiksa semua orang selama-lamanya kecuali mereka yang telah ditakdirkan untuk diselamatkan. Gagasan demikian mengguncangkan hati remaja Charles yang jujur. Ia bernalar, ”Allah yang menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan insan manusia yang telah Ia ketahui sebelumnya dan telah Ia takdirkan untuk disiksa selama-lamanya, tidaklah mungkin bersifat bijaksana, adil atau pengasih. Standar-Nya akan lebih rendah daripada standar banyak manusia.”
Nah, sekarang kita lihat risalah ajaran Menara Pengawal yang berjudul "Api Neraka—Apakah Bagian dari Keadilan Allah?" hlm. 1-3 untuk memahami ajaran Saksi Yehuwa, sebagai berikut:

PERNAHKAH Anda melihat seseorang disiksa? Kami harap tidak. Penyiksaan yang disengaja membuat kita merasa mual dan jijik. Namun, bagaimana dengan penyiksaan yang ditimpakan oleh Allah? Dapatkah Anda membayangkan hal semacam itu? Tetapi, justru inilah yang secara tidak langsung dinyatakan oleh ajaran api neraka, suatu doktrin resmi dalam banyak agama.

Bayangkan sejenak pemandangan yang mengerikan berikut ini: Seseorang sedang dipanggang di atas sebuah lempeng besi yang panas. Dalam penderitaannya, ia berteriak meminta belas kasihan, tetapi tidak seorang pun mendengarkan. Penyiksaan terus-menerus berlanjut, jam demi jam, hari demi hari—tanpa henti!

Apa pun kejahatan yang mungkin telah dilakukan orang tersebut, tidakkah Anda akan merasa iba terhadapnya? Bagaimana dengan orang yang memerintahkan penyiksaan tersebut? Mungkinkah ia seseorang yang pengasih? Tidak mungkin! Kasih itu berbelaskasihan dan memperlihatkan rasa iba. Seorang ayah yang pengasih bisa saja menghukum anak-anaknya, tetapi ia tidak akan pernah menyiksa mereka!

Meskipun demikian, banyak agama mengajarkan bahwa Allah menyiksa para pedosa dalam suatu api neraka yang kekal. Hal ini, katanya, adalah keadilan ilahi. Jika hal itu benar, siapa yang menciptakan tempat siksaan kekal yang mengerikan itu? Dan siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan hebat yang diberikan di sana? Jawabannya jelas. Jika tempat semacam itu benar-benar ada, maka tentu Allahlah penciptanya dan tentu Dia pula yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sana.

Dapatkah Anda menerima hal ini? Alkitab mengatakan, ”Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8) Apakah Allah yang pengasih akan menimpakan siksaan yang bahkan dianggap memuakkan oleh manusia dengan tingkat kesusilaan mana pun? Sudah pasti tidak!


Ajaran yang Tidak Masuk Akal

Meskipun demikian, banyak orang percaya bahwa orang-orang jahat akan pergi ke neraka yang bernyala-nyala dan disiksa selama-lamanya. Apakah ajaran itu logis? Masa hidup manusia terbatas antara 70 atau 80 tahun. Bahkan seandainya seseorang melakukan kejahatan yang ekstrem sepanjang hidupnya, apakah siksaan abadi merupakan hukuman yang adil? Tidak. Sangat tidak adil untuk menyiksa seseorang selama-lamanya karena dosa-dosa yang hanya terbatas jumlahnya yang dapat ia lakukan selama masa hidupnya.

Siapa yang mengetahui kebenaran tentang apa yang terjadi setelah kita mati? Hanya Allah yang dapat menyingkapkan keterangan ini, dan Ia telah melakukannya dalam Firman-Nya yang tertulis, Alkitab, yang telah disebutkan di atas. Inilah apa yang Alkitab katakan, ”Sebagaimana [binatang] mati, demikian juga [manusia]. Kedua-duanya mempunyai nafas [”roh”, NW] yang sama . . . Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.” (Pengkhotbah 3:19, 20) Di sini tidak disebutkan tentang neraka yang menyala-nyala. Manusia kembali kepada debu—kepada ketiadaan—pada waktu mereka mati.

Agar dapat disiksa, seseorang harus dalam keadaan sadar. Apakah orang mati dalam keadaan sadar? Tidak. ”Orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap”. (Pengkhotbah 9:5) Adalah tidak mungkin bagi orang mati, yang ”tak tahu apa-apa”, untuk mengalami penderitaan api neraka.

Doktrin yang Membahayakan

Beberapa orang berkukuh bahwa ajaran api neraka itu berguna, tidak soal itu benar atau tidak. Mengapa? Mereka mengatakan bahwa ajaran itu dapat menghalangi seseorang berbuat yang salah. Apakah hal itu benar? Nah, apakah tingkat kejahatan di tempat orang-orang mempercayai api neraka lebih rendah daripada tempat-tempat lain? Tidak! Sebenarnya, doktrin api neraka sangat membahayakan. Apakah seseorang yang percaya bahwa Allah menyiksa manusia akan memandang penyiksaan sebagai sesuatu yang memuakkan? Bagaimana mungkin? Orang-orang yang percaya kepada allah yang kejam sering kali menjadi kejam seperti allah mereka.

Dengan cara apa pun seseorang yang bersikap masuk akal memandang persoalan ini, ia tidak akan dapat menerima adanya neraka tempat siksaan. Logika menentang hal itu. Sifat-sifat manusiawi merasa jijik dengan itu. Terlebih penting, Firman Allah tidak mengatakan bahwa tempat seperti itu ada. Pada waktu seseorang mati, ”ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya”.—Mazmur 146:4. 

Apa Hukuman untuk Dosa?

Apakah itu berarti kita tidak akan dihukum untuk dosa-dosa kita? Tidak demikian. Allah kita yang kudus menghukum para pedosa, tetapi Ia tidak menyiksa mereka. Dan jika para pedosa bertobat, Ia mengampuni mereka. Apa hukuman dari dosa? Alkitab memberikan jawaban langsung, ”Upah yang dibayar oleh dosa adalah kematian.” (Roma 6:23) Kehidupan adalah karunia dari Allah. Pada waktu kita berdosa, kita tidak layak lagi mendapatkan karunia tersebut, dan kita mati.

Anda mungkin bertanya, ”Apakah itu adil? Setiap orang juga mati!” Itu benar karena kita semua adalah pedosa. Sebenarnya, tidak seorang pun layak hidup. ”Melalui satu orang dosa masuk ke dalam dunia dan kematian melalui dosa, dan demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah melakukan dosa”.—Roma 5:12.

Sampai di sini Anda mungkin berpikir, ”Jika kita semua berdosa dan oleh karena itu kita semua mati, untuk apa kita berupaya menjadi orang yang saleh? Tampaknya orang yang jahat diperlakukan persis sama dengan orang yang berupaya melayani Allah.” Namun bukan demikian halnya. Meskipun kita semua adalah pedosa, Allah mengampuni mereka yang dengan tulus bertobat dan berupaya mengubah jalan-jalan mereka. Dan Ia memberi upah atas upaya kita untuk ’membentuk kembali pikiran kita’ dan melakukan yang baik. (Roma 12:2) Kebenaran-kebenaran ini adalah dasar dari suatu harapan yang menakjubkan.  

Upah Bagi Orang yang Baik


Kita tidak ada lagi bila kita mati. Tetapi hal itu tidak mengartikan bahwa segalanya telah berakhir. Ayub, pria yang setia itu mengetahui bahwa ia akan pergi ke kuburan (Syeol) pada waktu ia mati. Tetapi dengarkanlah doanya kepada Allah, ”Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati [”Syeol”, NW], melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut.”—Ayub 14:13-15.

Ayub percaya bahwa jika ia setia sampai mati, ia akan diingat oleh Allah dan dibangkitkan. Ini adalah yang dipercayai oleh semua hamba Allah di zaman purba. Yesus sendiri meneguhkan harapan ini pada waktu ia berkata, ”Jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suaranya dan keluar, mereka yang melakukan perkara-perkara baik kepada kebangkitan kehidupan, mereka yang mempraktekkan perkara-perkara keji kepada kebangkitan penghakiman.”—Yohanes 5:28, 29.

Kapan kebangkitan akan dimulai? Menurut Alkitab, sudah sangat dekat. Nubuat Alkitab menunjukkan bahwa pada tahun 1914, dunia ini memasuki ”hari-hari terakhir”-nya. (2 Timotius 3:1) Pada apa yang banyak orang sebut ’akhir dunia’, Allah tidak lama lagi akan menyingkirkan kefasikan dan mendirikan suatu dunia baru di bawah pemerintahan surgawi.—Matius, pasal 24; Markus, pasal 13; Lukas, pasal 21; Penyingkapan (Wahyu) 16:14.

Hasilnya adalah suatu firdaus yang meliputi seluruh bumi dan dihuni oleh orang-orang yang telah dengan tulus berupaya melayani Allah. Orang-orang jahat tidak akan dibakar dalam api neraka, tetapi mereka tidak akan mendapat tempat dalam firdaus yang akan datang. Dalam Mazmur 37:10, 11 kita membaca, ”Lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri [”bumi”, NW] dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.”
Demikian pemahaman Saksi Yehuwa mengenai penyiksaan api neraka

Lalu, apakah argumentasi Saksi Yehuwa mengenai tidak adanya api neraka yang menyala-nyala?

Argumentasi Pertama, Saksi Yehuwa berargumentasi bahwa bahasa asli Ibrani syeol dan padanannya dalam bahasa Yunani hai′des adalah suatu 'kuburan umum' bukan sebagai tempat penyiksaan. Berikut kutipannya:

DALAM bahasa aslinya, Alkitab menggunakan kata Ibrani syeʼohl′ dan padanannya dalam bahasa Yunani hai′des lebih dari 70 kali. Kedua kata itu berkaitan dengan kematian. Beberapa penerjemah Alkitab mengalihbahasakannya menjadi ”kuburan”, ”neraka”, atau ”liang kubur”.....Jadi, Syeol, atau Hades, bukan sebuah tempat harfiah di lokasi tertentu, melainkan kuburan umum umat manusia yang mati, tempat kiasan sebagian besar manusia yang tidur dalam kematian....Sebaliknya, orang mati yang tidak akan dibangkitkan tidak disebutkan berada di Syeol, atau Hades, tetapi di ”Gehena”. (Matius 5:30; 10:28; 23:33) Seperti Syeol dan Hades, Gehena bukan sebuah tempat harfiah. (Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan, hlm. 212-213)
Lalu apakah makna kata  'Gehena' menurut Saksi Yehuwa?

[bentuk Yunani dari kata Ibrani Geh Hin‧nom′, ”Lembah Hinom”].
Nama ini muncul 12 kali dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, dan meskipun banyak penerjemah mengalihbahasakannya secara bebas dengan kata ”neraka”, sejumlah terjemahan modern mentransliterasi kata tersebut dari kata Yunani ge′en‧na.—Mat 5:22, Ro, Mo, ED, NW, BC (Spanyol), NC (Spanyol), juga catatan kaki Da dan RS. (Pemahaman, hlm. 778) 


Yesus mengutuk para pemimpin agama di zamannya karena mereka membuat semua murid mereka menjadi ”orang bagi Gehena”. (Matius 23:15) Pada zaman itu, orang sangat mengenal Lembah Hinom, tempat pembuangan sampah serta mayat para penjahat yang dihukum mati dan dianggap tidak pantas mendapat penguburan yang layak. Yesus sebelumnya pernah menyebut Gehena dalam Khotbah di Gunung. (Matius 5:29, 30) Makna simbolisnya jelas bagi para pendengarnya. Gehena melambangkan kebinasaan total tanpa harapan kebangkitan. (Menara Pengawal, 1/05/2005, hlm. 16)
Jadi, menurut Menara Pengawal, istilah kata 'gehena' yang diterjemahkan 'neraka' dengan api yang menyala-nyala hanyalah merupakan suatu simbol atau lambang dari kebinasaan total tanpa harapan kebangkitan.

Argumentasi Kedua: Saksi Yehuwa memiliki keyakinan bahwa ketika seseorang mati maka roh atau jiwanya pun ikut mati atau musnah. Roh atau jiwa orang itu berkematian. Karena jiwa atau roh seseorang musnah saat mati maka ia tidak memiliki kesadaran apapun juga. Oleh karena tidak ada kesadaran maka api neraka pun tidak akan dirasakan. Wong tidak ada kesadaran dan rasa sakit. Ayat yang digunakan adalah Pengkhotbah 9:5, perhatikan kalimat yang saya garis bawah:

Sebab yang hidup sadar bahwa mereka akan mati; tetapi orang mati, mereka sama sekali tidak sadar akan apa pun, dan tidak ada upah lagi bagi mereka, karena kenangan akan mereka telah dilupakan (NW)
Tentunya, ajaran ini berlawanan dengan ajaran Alkitab yang menyatakan bahwa ketika seseorang mati maka jiwanya tidak musnah ataupun lenyap. Roh orang itu hidup kekal (tidak ikut mati) meskipun tubuh jasmaniahnya membusuk atau musnah.

Berikut kutipan ajaran Saksi Yehuwa akan hal tersebut:
Keadaan orang mati bukan misteri bagi Yehuwa, sang Pencipta otak. Ia mengetahui kebenarannya, dan dalam Firman-Nya, Alkitab, Ia menjelaskan bagaimana keadaan mereka. Alkitab dengan jelas mengajarkan: Sewaktu seseorang mati, ia tidak ada lagi. Kematian adalah kebalikan dari kehidupan. Orang mati tidak dapat melihat atau mendengar atau berpikir. Tidak ada satu bagian pun dari diri kita yang tetap hidup setelah tubuh kita mati. Kita tidak mempunyai jiwa atau roh yang tidak berkematianSetelah Salomo menyatakan bahwa orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, ia menulis, ”Tetapi orang mati, mereka sama sekali tidak sadar akan apa pun.” Lalu, ia menguraikan kebenaran yang mendasar itu dengan mengatakan bahwa orang mati tidak dapat mengasihi atau membenci dan bahwa ”tidak ada pekerjaan atau rancangan atau pengetahuan atau hikmat di [kuburan]”. (Pengkhotbah 9:5, 6, 10) Demikian pula, Mazmur 146:4 mengatakan bahwa pada waktu seseorang mati, ”lenyaplah segala pikirannya”. Manusia itu fana, atau berkematian, dan tidak terus hidup setelah tubuh mati. Hidup kita bagaikan api pada sebatang lilin. Sewaktu dipadamkan, apinya tidak pergi ke mana-mana. Api itu tidak ada lagi....Seperti yang telah kita pelajari, orang mati tidak merasa sakit atau sedih...Seperti yang kita lihat sebelumnya, beberapa agama mengajarkan bahwa jika seseorang banyak berbuat jahat selama hidupnya, sewaktu mati ia akan pergi ke sebuah tempat siksaan yang menyala-nyala dan menderita untuk selama-lamanya. Ajaran ini merusak nama baik Allah. Yehuwa adalah Allah yang pengasih dan tidak pernah membuat orang menderita seperti itu. (1 Yohanes 4:8) Bagaimana perasaan Anda terhadap orang yang menghukum anak yang bandel dengan menaruh tangannya dalam api? Apakah Anda akan menghargai orang seperti itu? Apakah Anda ingin berkenalan dengan dia? Tentu tidak! Anda pasti menganggapnya sangat kejam. Ya, Setan ingin agar kita percaya bahwa Yehuwa menyiksa orang dalam api selama jutaan tahun, bahkan selama-lamanya! (Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan, hlm. 58-59, 64)
Argumentasi Ketiga, ketika Anda berdiskusi dengan Saksi Yehuwa, kerapkali mereka berargumentasi bahwa mustahil Allah yang maha kasih menyiksa manusia kekal selama-lamanya. Sifat kasih dari Allah bertentangan dengan penyiksaan. Penyiksaan kekal juga bertentangan dengan rasa keadilan Allah, demikian argumentasi Saksi Yehuwa. Perhatikan argumentasi kutipan-kutipan publikasi Menara Pengawal di atas seperti:

  1. Bagaimana perasaan Anda terhadap orang yang menghukum anak yang bandel dengan menaruh tangannya dalam api? 
  2. Masa hidup manusia terbatas antara 70 atau 80 tahun. Bahkan seandainya seseorang melakukan kejahatan yang ekstrem sepanjang hidupnya, apakah siksaan abadi merupakan hukuman yang adil? Tidak. Sangat tidak adil untuk menyiksa seseorang selama-lamanya karena dosa-dosa yang hanya terbatas jumlahnya yang dapat ia lakukan selama masa hidupnya.
Argumentasi Keempat, bagi saya, argumentasi ke-4 ini sungguh aneh yaitu hukuman dosa bagi manusia adalah kematian! Jadi ketika seseorang mati, maka ia telah membayar dosa-dosanya sendiri! Ayat yang diambil adalah Roma 6:23:

Sebab upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian (NW)

Sebab upah dosa ialah maut (TB, LAI)
Ketika saya berdiskusi dengan Saksi Yehuwa mengenai ini, saya bertanya: 'Jika manusia mati dan kematiannya itu membayar dosa-dosanya, lalu apakah peranan Yesus sebagai penebus dosa manusia?'

Ia menjawab bahwa dengan kematian Kristus di 'tiang siksa' [1] maka pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah menjadi mungkin. Tanpa kematian Kristus, manusia tidak memiliki harapan kebangkitan. Yesus merupakan korban tebusan yang diberikan Allah kepada manusia. Tebusan merupakan sarana Yehuwa untuk membebaskan atau menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian (Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?, hlm.   48)

Lalu ia melanjutkan, 'Seluruh manusia berdosa telah membayar dosanya sendiri ketika mati, maka seluruh manusia itu akan dibangkitkan pada saat setelah kiamat, masuk ke dalam pemerintahan seribu tahun. Jika ia tidak mengikuti jalan Yehuwa pada masa itu maka ia akan dimusnahkan kembali selama-lama.'

Kemudian saya bertanya kepada dia, 'Jika demikian, berdasarkan ajaran Menara Pengawal, apakah seluruh manusia yang dulu semasa hidupnya menipu, pemerkosa, penzinah, pencuri dan lain-lain pembuat kejahatan akan dibangkitkan karena dosa-dosa itu telah terhapus ketika ia mati?

Dijawab, 'ya betul! Upah dosa adalah kematian'.

Ketika saya mendengar uraian yang demikian, saya sempat 'speechless' — tidak tahu mau ngomong apa. Lalu saya bertanya lagi, 'Jadi bumi firdaus itu dipenuhi oleh orang-orang yang dulunya berbuat dosa?'

Dijawab, 'Benar. Tetapi mereka telah membayar dosa mereka dengan kematiannya.'

'Apakah yang dilakukan Saksi Yehuwa yang berhasil melewati Armagedon?', saya bertanya kembali.

Ia menjawab, 'Saksi Yehuwa akan mengajar manusia-manusia yang dibangkitkan itu jalan dan ketentuan Yehuwa untuk hidup kekal selama-lamanya jika mereka bersedia menerima ketentuan Yehuwa.'

'Jadi setelah manusia mati dan dibangkitkan untuk hidup lagi lalu baru dihakimi berdasarkan ketaatannya menjalani ketentuan Yehuwa pada masa kerajaan 1000 tahun?', saya bertanya lagi. Dijawab, 'Betul'. 

Bagaimana menurut Saudara akan hal ini? Bagaimana pandangan Alkitab? 

Saya akan membahasnya kemudian di bagian lainnya. Apakah pemahaman demikian sesuai dengan Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Saya akan membahasnya satu per satu. Silahkan baca Mengapa Harus Percaya Api Neraka?.

Oh ya, sebelum saya mengakhiri bagian ini. Jika ada pembaca yang penasaran ingin bertanya bagaimana dengan kisah orang kaya dan Lazarus di Luk. 16:19-31 yang diceritakan Tuhan Yesus? Ya, Menara Pengawal mentafsirkan Luk. 16:19-31 sebagai sebuah kiasan atau simbol. Berikut penjelasannya:

Hades, tempat orang kaya itu pergi, adalah kuburan umum umat manusia. Dari perumpamaan itu tidak dapat disimpulkan bahwa Hades adalah lautan api yang bernyala-nyala karena adanya penjelasan di Penyingkapan 20:14, yang menggambarkan bahwa kematian dan Hades dicampakkan ke dalam ”danau api”. Oleh karena itu, kematian orang kaya maupun keberadaannya di Hades pastilah suatu kiasan, yaitu kematian kiasan yang disebutkan di ayat-ayat lain dalam Alkitab. (Luk 9:60; Kol 2:13; 1Tim 5:6) Jadi, penyiksaan dalam api dialami sewaktu ia mati secara kiasan tetapi sebenarnya ia adalah manusia yang hidup. Dalam Firman Allah, api digunakan untuk menggambarkan berita penghakiman yang berapi-api (Yer 5:14; 23:29), dan pekerjaan yang dilakukan para nabi Allah dalam memberitakan penghukumannya dikatakan ”menyiksa” orang-orang yang menentang Allah dan para hamba-Nya.—Pny 11:7, 10. (Pemahaman Jilid 2, hlm. 525)
Gaya bahasa metafora lain digunakan Yesus untuk menggambarkan ”orang kaya” yang ingin supaya Lazarus mengerjakan hal yang sangat sepele bagi dirinya (cuma mencelupkan ”ujung jari tangannya” ke dalam air); permintaan ini dibuat agar Lazarus dapat dijauhkan dari kedudukannya yang diperkenan bersama Abraham.—Luk 16:22, 24. (Pemahaman Jilid 1, 1092)

Mengenai apa yang Yesus katakan tentang orang kaya dan Lazarus, apakah Yesus mengajarkan tentang siksaan atas orang-orang fasik setelah kematian? 

Apakah kisah di Lukas 16:19-31 bersifat harfiah atau hanya suatu perumpamaan tentang hal lain? The Jerusalem Bible, dalam sebuah catatan kaki, mengakui bahwa ini adalah suatu ”perumpamaan dalam bentuk cerita tanpa menyebutkan salah satu tokoh sejarah mana pun”. Jika dianggap bersifat harfiah, berarti mereka yang mendapat perkenan ilahi semuanya dapat masuk dalam pelukan satu orang pria, Abraham; air pada ujung jari seseorang tidak akan menguap dalam api Hades; setitik air saja dapat mendatangkan kelegaan kepada seseorang yang menderita di sana. Apakah hal itu kedengarannya masuk akal bagi Saudara? Jika bersifat harfiah, kisah itu akan bertentangan dengan bagian-bagian lain dari Alkitab. Jika isi Alkitab saling bertentangan, apakah seorang pencinta kebenaran akan menggunakannya sebagai dasar untuk imannya? Tetapi isi Alkitab tidak saling bertentangan.

Apa artinya perumpamaan itu? ”Pria kaya” melambangkan orang-orang Farisi. (Lihat ayat 14.) Lazarus sang pengemis melambangkan rakyat jelata Yahudi yang dibenci oleh orang-orang Farisi tetapi yang telah bertobat dan menjadi pengikut Yesus. (Lihat Lukas 18:11; Yohanes 7:49; Matius 21:31, 32.) Kematian mereka juga bersifat kiasan, melambangkan perubahan keadaan. Jadi, orang-orang yang dahulu dibenci kini mendapat perkenan ilahi, dan mereka yang sebelumnya tampak sebagai orang-orang yang diperkenan, kini ditolak oleh Allah, seraya disiksa oleh berita-berita penghukuman yang disampaikan oleh orang-orang yang mereka benci.—Kis. 5:33; 7:54. (Bertukar Pikiran, hlm. 240-241)
Nah, jika Saksi Yehuwa memahaminya demikian yaitu berupa hiasan atau simbol belaka, bukankah pemahaman yang demikian berarti apapun juga yang tertera di Alkitab dapat ditafsirkan sebagai hiasan atau simbol? Lalu apakah patokan Menara Pengawal dalam mentafsirkan ayat ini simbol sedangkan ayat lainnya berupa aksara? Dan jika bicara simbol maka semua tergantung dari sang penafsir, yaitu bagaimana ia mau mentafsirkan suatu ayat Alkitab. Lalu seberapa akurat penafsiran sang penafsir ketika sejarah telah membuktikan bahwa sang penafsir telah salah berulang kali mentafsirkan Alkitab tentang kiamat ataupun pemahaman doktrin sehingga harus dirubah-ubah, bukan?

Maaf, tidak ada maksud melecehkan. Tetapi fakta berbicara bahwa organisasi Saksi Yehuwa telah berulang kali keliru akan ajarannya sehingga perlu dirubah kemudian. Fakta tersebut berbicara bahwa tafsiran Menara Pengawal tidak dapat dipercaya. Silahkan klik artikel thread Buka Tutup Panggilan Surgawi dan Perubahan Ajaran & Mempermalukan Yesus untuk buktinya. Bagaimana menurut Anda? Bersediakan Anda mempercayakan hidup kekekalan Anda kepada penafsiran Menara Pengawal yang terbukti berulang-kali telah keliru?

Untuk mengetahui jawaban argumentasi Saksi-Saksi Yehuwa di atas, silahkan klik artikel bersambung Apakah Allah Adil Menghukum Manusia Kekal dalam Neraka?

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukan grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Soli Deo Gloria

Artikel Terkait:
1. Mengapa Harus Percaya Api Neraka?
2. Apakah Yesus Menebus Dosa Adam Atau Manusia? (Roma 6:7)
3. Api Neraka, Apakah Bagian Dari Keadilan Allah?
4. Allah Menciptakan Neraka Untuk Menyiksa Manusia?


Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah jalan-jalan kematian (Amsal 16:25, NW)



[1] Saksi Yehuwa tidak mempercayai Yesus mati di kayu salib melainkan di sebuah tiang.

1 comment :

  1. Alkitab & Alquran sama-sama mengajarkan adanya neraka & api neraka.

    Biarlah ssy sendirian membandel, mengikuti petunjuk kantor pusat yg tidak kompeten.

    Salam
    AS

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.