KESELAMATAN: Hubungan IMAN Dan PERBUATAN

Doktrin Keselamatan: Iman atau Perbuatan
Hidup Kekal: IMAN Atau Ditambah PERBUATAN?
APAKAH RELASI iman dan perbuatan dalam konteks keselamatan orang Kristen? Artikel kali ini akan membahasnya melanjuti artikel Keselamatan Kristen: Anugerah, Iman Dan Perbuatan yang menjelaskan bahwa keselamatan manusia tidak ditentukan oleh kemampuan seseorang melakukan perbuatan baik, melainkan keselamatan itu merupakan anugerah atau kasih karunia Allah semata yang didasarkan pada iman kepada Tuhan Yesus (Efesus 2:8-9, Roma 3:28). Dan karya keselamatan yang sudah dikerjakan Kristus di kayu salib cukup untuk menebus segala dosa-dosa manusia (1 Pet. 3:18, 1 Yoh. 2:2 dan 1 Yoh. 2:2) sehingga tidak diperlukan perbuatan tambahan yang dilakukan oleh manusia untuk melengkapi karya keselamatan Kristus. Ya, manusia dapat beroleh selamat cukup hanya dengan percaya kepada Tuhan Yesus (Roma 10:10). Namun demikian, apakah “asal percaya” saja cukup? Apakah “iman yang dapat menyelamatkan” yang dimaksud oleh Paulus? Apakah hubungannya dengan beberapa ayat yang menyiratkan seolah-olah iman saja tidak cukup untuk selamat seperti yang diuraikan oleh Sdr. Maxi-Sam, seorang Saksi Yehuwa:
Apkh itu berarti ‘hanya’ atau cukup percaya Yesus saja maka OTOMATIS saya pasti selamat? Bukankah Alkitab juga mengajarkan bahwa ‘iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati’ (Yakobus 2 : 26, LAI); bahwa utk selamat seseorang harus ‘bertahan sampai pada kesudahannya’ (Matius 24 : 13, LAI); bahwa seseorang harus ‘berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu’ (Lukas 13 : 24, LAI); bahwa seseorang harus ‘tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar’ (Filipi 2 : 12, LAI). Salahkah kalau saya menyimpulkan berdasarkan ayat2 itu maupun ayat2 lainnya bahwa utk diselamatkan seseorang TIDAK CUKUP dg HANYA percaya Yesus saja? (klik di sini untuk membaca komentarnya)
Artikel kali ini akan membahas relasi atau hubungan iman dan perbuatan  dengan mengkaji beberapa ayat yaitu Yakobus 2 dan Filipi 2:12 yang seolah-olah mengajarkan iman ditambah perbuatan untuk selamat dan kita harus mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan keselamatan.

Konsep Keselamatan Menara Pengawal: Bidat Dan Kultus

Menara Pengawal mengajarkan bahwa iman percaya saja kepada Yesus Kristus tidaklah cukup untuk beroleh selamat, tetapi iman ditambah perbuatan. Bahkan jika kita cermati dan menyelidiki ajaran Menara Pengawal mengajarkan 2 konsep keselamatan yang sama sekali tidak ditulis Alkitab yaitu di luar organisasi Menara Pengawal tidak ada keselamatan dan keselamatan manusia ditentukan pada sikap dan perlakuan Saksi Yehuwa kepada kaum terurap. Konsep pengajaran Menara Pengawal ini adalah bidat dan sekaligus kultus. Mengapa Menara Pengawal mengajarkan konsep keselamatan demikian?

Setiap organisasi kultus harus mengajarkan 2 konsep keselamatan yang berpusat pada dirinya sendiri (ego centris) sebagai sumber keselamatan mengantikan peranan Kristus. Ini dilakukan agar pengikutnya tetap setia berada di dalam lingkungan perangkap organisasi kultus sehingga dapat dimanipulasi untuk mengerjakan obyektif organisasi. Jika mengajarkan konsep hanya iman kepada Kristus untuk beroleh selamat maka para anggotanya tidak akan bekerja giat melakukan obyektif organisasi kultus. Ya, ketika keselamatan kekal seseorang bergantung pada suatu organisasi, kemana lagi anggotanya akan pergi, bukan? Tidak ada jalan lain kecuali setia dan mengikuti tempat yang memberikannya keselamatan. Ini adalah hal yang sangat logis tetapi sayangnya tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam pikiran para anggota kultus. Sebaliknya, organisasi-organisasi gereja tidak mengajarkan hal yang demikian. Gereja yang sejati harus mengajarkan ajaran yang bersifat theo centris (berpusat pada Allah) sebagai sumber keselamatan, bukan organisasi gereja. Orang Kristen boleh pergi ke gereja A minggu ini dan ke B minggu depan berdasarkan hati nuraninya karena ia mengikuti Kristus sebagai Kepala sidang, bukan organisasi gereja. Bagaimana dengan Saksi Yehuwa? Sesuatu yang mustahil karena organisasi Menara Pengawal menganggap dirinya sebagai satu-satunya agama sejati sehingga di luar Menara Pengawal, pasti sesat. Jika ada seorang Saksi Yehuwa yang kedapatan pergi ke gereja, maka ia dapat dikucilkan dan akhirnya dipecat.

Tetapi satu hal saya akui yang terjadi di dalam diri orang-orang Kristen yaitu karena memiliki pemahaman yang keliru tentang percaya (beriman) kepada Yesus pasti selamat, maka mereka malas mengerjakan kewajiban sebagai orang Kristen yang baik. Mereka tidak memahami apa arti iman yang sesungguhnya seperti yang diajarkan Alkitab. Apalagi dengan berkembangannya teologi kemakmuran yang memindahkan konsep penyembahan Gunung Kawi ke dalam ajaran Alkitab sehingga jemaat tersesatkan. Lengkaplah semua. Ini perlu dikoreksi. Mudah-mudahan artikel ini, khususnya ketika membahas kitab Yakobus, membangunkan kesadaran orang Kristen juga.

Yakobus 2: Iman Sejati Menghasilkan Perbuatan*

Banyak orang salah memahami kitab Yakobus seolah-olah mengajarkan iman saja tidak cukup untuk beroleh keselamatan sehingga perlu ditambah dengan perbuatan sehingga kelihatannya bertentangan dengan ajaran Paulus yaitu keselamatan berdasarkan iman saja. Kita lihat kutipan Yakobus
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku. . . Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.(Yak. 2:14-26, TB)
Allah Yehuwa tidak menyukai iman yang kosong dan hipokrit (pura-pura). Sebenarnya, kitab Yakobus 2 berbicara mengenai orang Kristen yang “mengatakan” (ayat 14) bahwa mereka mempunyai iman tetapi tidak nampak dalam perbuatan-perbuatannya. Ini dicontohkan oleh Yakobus dengan mengatakan ada seorang yang tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari dan orang Kristen hanya ngomong “kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya. Maka Yakobus bertanya “apakah gunanya ngomong tapi faktanya tidak memberi?” Demikian juga dengan iman. Banyak orang ngomong memiliki iman tetapi orang-orang tidak bisa membedakan apakah mereka itu adalah orang percaya yang sejati atau bukan, sebab mereka tidak berbuah sama sekali. Iman seperti ini adalah sia-sia dan bukan merupakan iman yang menyelamatkan. Jika iman tidak disertai dengan perbuatan maka iman itu adalah pasti palsu. Iman yang sejati akan menghasilkan perbuatan. Iman palsu sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Pemahaman ini dipertegas oleh Yakobus dengan berkata, “aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku”. Artinya Yakobus memiliki iman yang sejati dan dari imannya itu menghasilkan perbuatan-perbuatan.

Jadi sebenarnya Yakobus tidak mengatakan bahwa pembenaran adalah oleh iman ditambah perbuatan, namun mengatakan bahwa seseorang yang sudah betul-betul dibenarkan melalui iman akan menghasilkan perbuatan baik dalam hidupnya. Jika seseorang mengaku sebagai orang percaya, namun tidak menyatakan perbuatan baik dalam hidupnya, maka kemungkinan dia tidak memiliki iman yang sejati kepada Kristus (Yakobus 2:14, 17, 20, 26).

Jika memang Yakobus mengajarkan keselamatan diperoleh melalui iman ditambah dengan perbuatan, maka pertanyaannya adalah berapa banyak perbuatan baik dan mulia yang harus dikerjakan seseorang untuk benar-benar selamat? Mungkinkah manusia bisa selamat jika mengandalkan perbuatan baiknya? Jika ada timbangan untuk mengukur perbuatan baik dan dosa yang diperbuat seseorang maka pastilah lebih banyak dosanya dari perbuatan baiknya. Saya kira tidak ada satu manusia pun yang selamat, bukan? Kecuali anugerah Allah semata maka keselamatan menjadi mungkin (Ef. 2:8). Nah, jika memang anugerah, mengapa harus ditambah dengan perbuatan? Bukankah jika ditambah dengan perbuatan, anugerah keselamatan bukanlah suatu anugerah lagi, bukan? Karena disebut anugerah maka tidak perlu ditambah perbuatan.

Bagaimana dengan ajaran Menara Pengawal mengenai perbuatan baik untuk beroleh selamat? Ya, Menara Pengawal mengajarkan bahwa berdinas atau menginjil (perbuatan baik) dari rumah ke rumah dapat menyelamatkan. 
Namun, tentang orang-orang benar-benar bersifat ”domba”, Yesus berkata, ”Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Bagaimana dapat kita buktikan bahwa kita memiliki sifat ketekunan ini? Ya, dengan ikut serta memenuhi penggenapan kata-kata Yesus selanjutnya, ”Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Mat. 24:13, 14) Bila kita bertekun memberitakan ”Injil Kerajaan” ini, keselamatan dapat kita peroleh.(w81_No.31 hlm. 13, bold dari saya)
Tentunya hal ini sungguh ironis karena kerja keras Saksi-Saksi Yehuwa tidaklah setulus dan semurni seperti yang dipikirkan orang. Amatlah jauh berbeda dengan penginjilan yang saya lakukan atau orang Kristen pada umumnya. Tidak terlintas di benak saya menginjil untuk beroleh selamat. Keselamatan itu sudah saya peroleh entah saya melakukan penginjilan ataupun tidak. Tetapi sebagai orang Kristen yang memiliki iman sejati, maka saya tunjukkan dengan buah iman saya berupa penginjilan.

Filipi 2: 12: Tetaplah Kerjakan Keselamatanmu**

Paulus menulis kepada jemaat Efesus, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri”.(Efesus 2:8-9). Artinya keselamatan itu adalah anugerah Allah semata. Namun demikian, di satu pihak Paulus menulis kepada jemaat Filipi, “kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil. 2:12b). Apa yang dimaksud dengan perintah ini? Apakah perintah ini tidak bertentangan dengan ajaran Paulus yang lain tentang keselamatan adalah anugerah (Rom 3:28; Ef 2:8-9)? Apakah berarti kita harus mengupayakan sesuatu untuk mendapatkan keselamatan?

2 tulisan Paulus tersebut tidaklah saling bertentangan dan Paulus sama sekali tidak mengajarkan kita harus mengupayakan sesuatu untuk memperoleh keselamatan jika kita teliti dalam bahasa aslinya. Bahasa aslinya adalah katergazomai - κατεργάζομαι (kerjakan) dengan nomor Strong G2716 yang mana salah satu artinya adalah (1) to perform, accomplish, achieve (2) to work out i.e. to do that from which something results (3) to fashion i.e. render one fit for a thing[1]

Kata kerja katergazomai (“kerjakanlah”) sebenarnya lebih bermakna “menyelesaikan” atau “menyelesaikan sesuatu hingga sempurna” yaitu kata kerja yang sama yang digunakan di Efesus 6:13.
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan (Katergazomai) keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir (Fil. 2:12)

Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan (Katergazomai) segala sesuatu. (Efs. 6:13)
Ayat ini berarti “work out your salvation/kerjakan keselamatanmu”, bukan “work for your salvation/bekerja untuk keselamatanmu”. Jadi ‘kerjakan keselamatanmu’ berarti dalam mengikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus sampai akhir atau sampai selesai! Itu maksud ayat ini. Dengan demikian, ruang lingkup 'keselamatan' itu mulai saat kita percaya sampai saat kita bertemu dengan Kristus.
. . .kata kerja "katergazomai" (kerjakanlah) sebenarnya lebih bermakna menyelesaikan (Efesus 6:13), bukan menghasilkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Ayat ini berarti "work out your salvation" (mayoritas versi Inggris), bukan "work for your salvation. (Yakub Tri Handoko**)

. . .kata yang dipakai Paulus katergazesthai” yang selalu berupa gagasan tentang “menyelesaikan sesuatu hingga sempurna”. Dengan demikian Paulus seakan hendak berkata, “Jangan berhenti di tengah jalan, berjalanlah terus, sampai karya keselamatan terwujud dengan lengkap di dalam kamu. (William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, hal. 68).
Jika demikian, apakah maksud perkataan Paulus “kerjakan keselamatanmu”? Pdt Yakub Tri Handoko mengatakan:
. . . terlihat bahwa nasihat untuk mengerjakan keselamatan sebenarnya sama dengan nasihat untuk hidup sesuai dengan status yang sudah diselamatkan. Dalam istilah yang lebih sederhana, mengerjakan keselamatan sebenarnya sama dengan hidup sesuai firman Tuhan (ketaatan). Hal ini juga terlihat dari kalimat di ayat 12 "kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu.
Maka “kerjakan keselamatan” menunjuk pada tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan kita sebagai orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan, seperti berdoa, beribadah, membaca Alkitab, bersaksi, melayani, memberitakan Injil, menasihati, mendorong, menghibur, menolong, mengasihi sesama, dan lain lain perbuatan. Apabila kita melakukan semua itu maka kita dikatakan sedang mengerjakan keselamatan kita. Pada bagian ini rasul Paulus menasihati jemaat Filipi dan juga kita agar tidak menjadi pasif, berdiam diri, bersantai-santai untuk menantikan keselamatan kita melainkan mengerjakan keselamatan itu di dalam hidup setiap hari dengan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan ketaatan kita. Pertanyaan bagi kita sekalian adalah apakah kita di dalam menantikan kesempurnaan keselamatan kita sudah dan sedang mengerjakan keselamatan itu atau tidak?

Jadi kesimpulannya cukup jelas akan perintah Paulus tersebut yaitu tidak meminta jemaat Filipi bekerja untuk memperoleh keselamatan melainkan mengerjakan keselamatan (dalam rupa perbuatan-perbuatan sesuai dengan hidup orang Kristen sejati) yang jemaat Filipi sudah peroleh berdasarkan anugerah yang diberikan oleh Allah. Misalnya saya memberikan kepada Anda sebuah sawah secara gratis. Saudara tidak berusaha apa-apa untuk memperoleh sawah itu. Itu benar-benar “kasih karunia” dari saya. Setelah itu saya berkata pada Anda “kerjakan sawahmu”. Apakah perintah saya ini bertentangan dengan fakta bahwa saudara mendapatkan sawah secara gratis? Tidak, bukan? Kita harus ingat bahwa keselamatan sudah diperoleh sejak hari di mana kita beriman sungguh-sungguh kepada Kristus. 

Kesimpulan Akhir

Dengan mengkaji 2 buah pikiran Paulus dan Yakobus membuktikan bahwa antara Paulus dan Yakobus tidak ada pertentangan sama sekali. Paulus meskipun mengajarkan banyak tentang keselamatan berdasarkan iman kepada Kristus juga mengajarkan agar selama menantikan keselamatan yang penuh yaitu pada hari Tuhan Yesus kembali, kita sebagai orang Kristen harus melakukan perbuatan-perbuatan berdasarkan ketaatan sebagai orang Kristen sejati. Jika kita mengaku beriman tetapi tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan orang Kristen sejati maka kata Yakobus sebenarnya iman kita itu pada hakekatnya adalah mati atau dengan kata lain iman kita adalah kosong. Kita bukanlah seorang Kristen sejati melainkan KTP saja. Dengan demikian, perbuatan orang Kristen merupakan buah dari iman yang sejati. Iman yang demikian adalah iman yang menyelamatkan. Sedangkan iman yang kosong atau mengaku-ngaku saja sama sekali tidak menyelamatkan.

Dan jelas pemahaman saya ini bertentangan dengan ajaran Menara Pengawal yang mengajarkan bahwa iman percaya saja kepada Kristus tidak cukup untuk beroleh selamat, melainkan harus ditambah dengan perbuatan-perbuatan untuk beroleh selamat. Bagaimana pendapat Saudara?

“Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:32, NW)

Artikel Terkait:
1. Ajaran Saksi Yehuwa: Bidat Atau Sejati?
2. Apakah Kaum Terurap Mesias Palsu?
3. Menara Pengawal Dan Okultisme (Gambar Subliminal)
4. Apakah Saksi Yehuwa Nabi Palsu Berdasarkan Alkitab?


* Saya hanya akan membahas garis besarnya saja karena untuk detailnya yaitu hal-hal yang kelihatannya pertentangan antara Paulus dan Yakobus dibutuhkan pembahasan khusus.
**diadopsi dari http://www.gkri-exodus.org/page.php?SER-Mengerjakan_Keselamatan


[1] http://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/lexicon.cfm?Strongs=G2716&t=NIV

5 comments :

  1. Nama saya Larry

    Puji Tuhan,

    Benar sekali penjelasan dari pak Awi di artikel 'KESELAMATAN: Hubungan IMAN Dan PERBUATAN' ini. Saya hanya ingin menambahkan untuk meneguhkan penjelasan pak Awi mengenai tulisan-tulisan rasul Paulus dan rasul Yakobus; bahwa Tuhan Yesus pernah mengucapkan:

    "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." - (Matius 7:24-27)

    Jika kita kaji lebih dalam lagi mengenai perkataan Tuhan Yesus ini, orang yang mendengar dan tidak melakukan perkataan Tuhan Yesus itu bisa terjadi pada orang Kristen; dalam artian jika ditanya "Apakah anda pengikut Kristus?", dia akan menjawab: "Ya." Apa buktinya? Buktinya pada ayat sebelumnya Tuhan Yesus terlebih dahulu berkata;

    "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" - (Matius 7:21-23)

    Jadi terbukti bahwa orang-orang itu mengira bahwa mereka sudah 'berbuat' (benubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat) sesuatu untuk Tuhan, tetapi nyatanya Tuhan mengatakan mereka 'pembuat kejahatan'. Jadi bagaimana kita mengetahui seorang Kristen yang sejati dan yang palsu? Tuhan Yesus berkata:

    "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." - (Matius 7:15-20)

    ~Bersambung~



    ReplyDelete
  2. ~Sambungan~ Nama saya Larry

    Ya, jelas; orang yang percaya kepada perkataan Tuhan Yesus (firman Kristus - Roma 10:17) sudah seharusnya melakukan apa yang dikatakan Tuhan Yesus. Bahkan dalam suratnya, rasul Yohanes menulis:

    "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." - (1 Yohanes 2:6)

    Dan jika kita melakukan apa yang telah difirmankan Tuhan Yesus (dengan kata lain kita hidup di dalam Tuhan), maka dengan sendirinya kita akan mengeluarkan buah-buah kebenaran. Dalam suratnya, rasul Yohanes menulis:

    "Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia." - (1 Yohanes 2:3-5)

    Nah, permasalahannya sekarang adalah perintah-perintah dan ajaran siapakah yang saudara saksi-saksi Yehuwa ikuti? Ajaran Yehuwa kah? Atau ajaran lain?

    Sebab issue/isu atau problem yang terpenting hari-hari terakhir ini adalah 'masalah kepemimpinan' >> Bukan 'apa yang kamu percayai' saat ini yang terpenting; tetapi lebih kepada 'siapa yang kamu percayai' >> atau siapa yang mempengaruhi hidupmu; siapa yang sering engkau dengar akhir-akhir ini, dan ajaran siapa yang sedang dibawakannya. Di dalam blok pak Awi ini banyak yang menunjukkan pengajaran-pengajaran LMP yang melenceng dari kebenaran firman Tuhan, lepas dari sengaja atau tidak sengaja. Sebab di dalam beberapa Alkitab bahasa inggris, seperti versi; Philips NT in modern english, Revised Webster Version dan NET Bible - menjelaskan kata 'menyesatkan' di dalam (Matius 24:4) diartikan dengan kata: "Be careful that no one 'MISLEADS' you,” - returned Jesus. (Matius 24:4 - Revised Webster Version). Jadi kata 'menyesatkan' dapat juga diartikan 'mislead' yang berarti ‘memberi pengertian yang salah’; dalam artian bisa jadi orang itu sadar atau tidak sadar dalam hal mengajar atau memimpin. Jadi seperti yang Tuhan Yesus katakana dalam (Matius 24:4) >> Waspadalah!

    Salam kasih Kristus



    ReplyDelete
  3. ~ Tambahan dari sambungan diatas ~ Nama saya Larry

    Oleh sebab itu rasul Paulus berpesan kepada anak rohaninya, Timotius, di dalam suratnya: "Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau." - (1 Timotius 4:16)

    Dalam surat rasul Paulus sebelum (1 Timotius 4:16), rasul Paulus terlebih dahulu menulis dalam pasal pertama, sbb:

    "Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman. Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan. Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku." - (1 Timotius 1:1-11)

    Injil Allah yang diberitakan rasul Paulus tidak lain dan tidak bukan adalah Injil Kristus. Nah, jika MP banyak melenceng dari Alkitab yang kita percayai adalah firman Allah, jadi Injil siapakah yang diberitakan MP? Apakah ajaran MP termasuk 'ajaran lain' yang dimaksudkan rasul Paulus di dalam suratnya, yang karena itu rasul Paulus meminta, bahkan mendesak agar Timotius tinggal di Efesus untuk 'menasihati orang-orang tertentu agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain', selain dari Injil Allah?

    Salam kasih Kristus

    ReplyDelete
  4. Iman & perbuatan saling melengkapi. Iman tdk dapat dilihat manusia, namun perbuatan bisa dilihat.

    Penjahat yg di salib sebelah kanan Yesus, dideteksi oleh Yesus memiliki iman, namun apa daya tidak punya kesempatan tersisa untuk mengkonkretkan imannya dlm perbuatan ( selain dlm ucapannya yg dicatat dlm kitab suci ) krn sebentar lagi juga sudah dieksekusi prajurit romawi.

    Waktu kita masih banyak, maka perbuatan yg tepat bisa membawa keselamatan, krn perbuatan mencerminkan iman kita

    Hidup sbg orang saleh adl perbuatan yg tepat & mendatangkan keselamatan: rendah hati, rela berkorban, penuh tanggungjawab, tulus-ikhlas tanpa pamrih, tekun bekerja & amal ibadah, berbela rasa, hormat & berbakti kpd semua anggota keluarga, masyarakat & negara, mudah memaafkan & meminta maaf, jujur-adil dll. Silahkan dipilih, semua juga boleh kalau bisa

    Orang saleh dlm kitabsuci: dicontohkan seperti orang Samaria yg menolong orang Yahudi yg tegeletak tdk berdaya. Seperti sahabat Ayub yg berkunjung, berdebat panjang melelahkan tanpa imbalan materi. Seperti orang Majus yg menempuh jarak ribuan mil untuk menemui bayi Yesus. Dan masih banyak contoh lain

    Orang2 saleh tsb sudah selamat dan memperoleh upahnya di sorga alias kehidupan abadi. Sekiranya mudah dipahami.

    Yg bertolak belakang dr yg disebut diatas adl ssy

    Yg diurusi hanya armagedon, no salut bendera, no pesta ultah, no transfusi darah, no politik( sdh direvisi), anak lebih rendah dari bapak, no sport, no christmas, perkembangan sirkulasi majalah, tanggal kiamat, perkembangan memorial attendance, memilah2 kaum terurap, neraka sunyi senyap, tiang siksa, dll

    Semua yg diajarkan ssy adl ajaran 'alien' & tidak mendatangkan keselamatan secuilpun.

    Itu adl 2 segmen yg dikontraskan shg pembaca mjd jelas. Mohon maaf jika ada kata2 yg kurang berkenan.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  5. Pancasila harus diamalkan, jangan cuma diimani. Diamalkan = perbuatan, di imani = dihayati.

    Yak2:14-26 iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati.

    Bagaimana kita bisa menghakimi profesor fisika yg tidak percaya adanya Tuhan. Imannya nol, tapi dia perbuatannya menghasilkan temuan benda2 bermanfaat bagi sesamanya dari hasil penelitian labnya, dan hidupnya sehari2 tidak jahat. Kekurangannya hanya Tuhan harus dibuktikan secara lab fisika eksis baru percaya, dan dia tidak merendahkan orang lain yg percaya Tuhan ada. Kalau sola Fide, maka orang itu tidak mungkin selamat.

    Pas kebetulan ssy memforsir sisi perbuatan agar bisa selamat, itu cuma akal-akalan untuk menipu anak kecil, loyal membabi buta.

    Sola Fide pasti juga tidak salah karena bergantung pada yg memberi penjelasan.

    Salam
    AS

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.