Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku |
Demikian juga dengan Firman Tuhan, seperti sebuah pelita yang mampu menuntun saya menjalani kehidupan yang begitu gelap dan penuh dengan lika-liku. Jangan pernah berjalan, bekerja, dan mengambil sebuah keputusan tanpa hidup dalam terang Firman Tuhan. Oleh karena itu, Firman Tuhan itu harus terus saya bawa dan jangan pernah dilepaskan apalagi dilupakan agar tidak tersesat.
Demikian juga rasul Paulus menulis 2 Timotius 3: 16:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.Paulus juga menyadari bahwa Firman itu adalah penuntun hidupnya dalam mengiring hidup kerasulannya. Bagi Paulus, Firman Allah itu bagaikan seorang pengajar atau guru terbaik yang mendidik orang dalam kebenaran sejati, menyatakan kesalahan dengan tepat dan objektif, tidak berat sebelah sehingga mampu memperbaiki kelakuan seseorang kembali pada jalur yang tepat dan seharusnya. Oleh karena itu, betapa mengerikannya jika seseorang hidup di luar kebenaran Firman Tuhan, ia akan tersesat dan salah arah dalam menjalani hidup ini. Lalu bagaimanakah kita dapat beroleh manfaat Alkitab sebagai pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku? Dan bagaimana Alkitab dapat menjalankan fungsinya sebagai pengajar? Kitab Yosua berkata:
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8)Ya, dengan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam kita akan mendapatkan manfaatnya. Ini juga berarti kita sedang mengadakan persekutuan dengan Allah secara pribadi. Kita tidak dapat bersekutu dengan Allah tanpa Firman Tuhan. Tanpa persekutuan dengan Allah, maka segala sesuatu menjadi sia sia. Adalah mutlak bagi kita untuk senantiasa membaca, meneliti, merenungkan firman-Nya, berharap penuh kepada janji-janji-Nya setiap hari dan memiliki persekutuan yang intim dengan Allah secara pribadi.
Tetapi ironisnya bagi mayoritas Saksi-Saksi Yehuwa yang memiliki harapan hidup di bumi yang Saudara jumpai; ternyata hampir semua Firman Allah khususnya Perjanjian Baru tidaklah berlaku baginya melainkan ditujukan kepada ”kaum terurap” yang berjumlah 144,000 orang yang merupakan golongan pewaris kerajaan di mana Saksi-Saksi Yehuwa menggantungkan keselamatan dan kesetiaannya. Perhatikan kutipan berikut:
Perhatian khusus diberikan untuk membentuk pemerintahan yang akan memerintah umat manusia selama 1.000 tahun, dan hampir semua surat yang terilham dalam Alkitab Yunani Kristen terutama ditujukan kepada golongan waris Kerajaan ini—”orang-orang kudus,” ”yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi (Bersatu dalam Ibadat dari Satu-Satunya Allah yang Benar, hlm. 111, bold dari saya)Demikian juga dengan kutipan berikut yang menyatakan ”Segala sesuatu dalam buku Wahyu ditujukan terutama kepada orang Kristen terurap”:
Semua hal ini hendaknya membantu domba-domba lain memahami mengapa Kitab-Kitab Yunani Kristen memusatkan begitu banyak perhatian pada Kristus dan saudara-saudara terurapnya dan peranan mereka yang sangat penting dalam pelaksanaan maksud-tujuan Yehuwa. (Menara Pengawal, 1/2/2002, hlm. 23, bold dari saya)
. . . Ini adalah pesan, pertama-tama, untuk sidang orang Kristen terurap di bumi. Segala sesuatu dalam buku Wahyu ditujukan terutama kepada orang Kristen terurap, yang akan mendiami Yerusalem Baru. Melalui sidang itu, kumpulan besar juga mendapat hak istimewa untuk dapat mengerti kebenaran-kebenaran berharga yang bersifat nubuat ini.—Yohanes 17:18-21. (Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat!, hlm. 317-318, bold dari saya)Alkitab jelas mengatakan bahwa ”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105). Ingat pernyataan Alkitab yaitu ”kakiku dan jalanku” artinya kaki dan jalan milik saya secara pribadi. Lalu bagaimana Alkitab dapat menjadi pelita dan terang bagi Saksi-Saksi Yehuwa jika ada bagian-bagian Alkitab tidak ditujukan baginya? Bukankah hidupnya berada di dalam kegelapan? Bagaimana Saksi Yehuwa dapat memiliki hubungan dan persekutuan yang intim dengan Allah jika ”hampir semua surat yang terilham dalam Alkitab Yunani Kristen terutama ditujukan” kepada ”kaum terurap”?
Menariknya, saat saya mempersiapkan artikel ini, ada seorang Saksi Yehuwa berkomentar demikian:
Baca pembukaan-pembukaan surat para rasul dan sdr-sdr akan menemukan banyak kata-kata orang-orang kudus.Apakah maksudnya? Menara Pengawal mengajarkan 2 golongan keanggotaan yaitu “kaum terurap atau kawanan kecil” berjumlah 144,000 orang dan sedangkan sisanya yaitu sebagian besar dari Saksi-Saksi Yehuwa yang berjumlah jutaan disebut sebagai “kawanan besar”. Nah, Menurut Menara Pengawal, “kaum terurap atau kawanan kecil” ini disebut juga sebagai “orang-orang kudus” di mana surat-surat para rasul memperuntukkannya. Inilah sebabnya Menara Pengawal menafsirkan “surat yang terilham dalam Alkitab Yunani Kristen terutama ditujukan” kepada “orang-orang kudus” atau “kaum terurap”. Lalu siapakah sebenarnya “orang-orang kudus” yang dimaksud dalam surat-surat para rasul, khususnya Paulus? Apakah istilah “orang-orang kudus” hanya terbatas pada 144,000 orang saja?
Dan kalau anda bisa meluangkan waktu,maka baca surat-surat para rasul dan anda akan tahu dengan SANGAT jelas,bahwa semuanya itu adalah surat-surat antara para rasul. (klik di sini)
Istilah “orang-orang kudus” banyak kita jumpai di dalam surat-surat Paulus, misalnya:
Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu….(Rom 1:7)Siapakah “orang-orang kudus” yang dimaksud dalam surat Paulus? Sebuah tafsiran mengatakan:
…. kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita (1 Kor 1:2).
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus (Ef 1:1).
Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken (Flp 1:1).
…. kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu (Kol 1:2).
Dalam surat-surat rasul Paulus “orang-orang kudus” berarti: orang-orang Kristen. [1]Ya, benar, istilah “orang-orang kudus” yang dimaksud Paulus adalah orang-orang Kristen dan tidak memaksudkan kepada jumlah terbatas 144,000 orang seperti yang ditafsirkan Menara Pengawal. Mengapa orang-orang Kristen disebut “orang-orang kudus”?
Di dalam Perjanjian Baru, misalnya Rasul Paulus menggunakan istilah “orang-orang kudus” sebagai sapaan yang intim terhadap jemaat-jemaat yang menerima suratnya. Paulus menggunakan sapaan “orang-orang kudus” bukan karena mereka layak menerima sapaan sebagai “orang-orang kudus”, tetapi dasarnya mereka mendapat panggilan sebagai orang-orang kudus oleh karena mereka telah bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya sehingga mereka telah dibenarkan dan disucikan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Oleh sebab itu, mereka adalah orang-orang yang dikuduskan dan tak bercacat di hadapan Allah (Ef. 1:1-4). Perhatikan kutipan berikut yang begitu lengkap menggambarkan istilah “orang-orang kudus”:
kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. (1 Kor. 1:2)Sebelum seseorang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi dan mengalami lahir baru, ia adalah orang yang dahulunya mati dan tidak memperoleh apa-apa yang dijanjikan. Orang-orang yang sebelumnya berada di suatu tempat yang gelap yang di dalamnya tidak ada kehidupan, dan yang sebenarnya upah mereka adalah maut (Rm. 6:23). Tetapi oleh karena Allah telah menjadikan dasar penebusan Kristus untuk menguduskan orang percaya, sehingga orang-orang percaya tersebut akhirnya dibenarkan atau dilayakkan Allah menjadi orang-orang kudus, seperti apa yang menjadi ungkapan Paulus terhadap setiap jemaat yang menerima suratnya.
Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. (1 Kor. 6:11)
Jadi, istilah kata “orang-orang kudus” dalam surat-surat Paulus ini menunjuk kepada suatu posisi atau kedudukan orang-orang percaya yang sudah menerima penebusan dan pembenaran Kristus dalam kehendak Allah. Paulus dengan tepat memberikan penekanan bahwa “orang-orang kudus” yang ia maksud adalah orang-orang yang sudah menerima kasih karunia Allah, orang-orang yang sudah menerima anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Dengan demikian “orang-orang kudus” adalah orang-orang Kristen. Dan tentunya Alkitab tidak membatasi jumlah tertentu untuk menjadi orang-orang Kristen, bukan? Tidak seperti tafsiran Menara Pengawal yaitu “orang-orang kudus” hanya terbatas pada jumlah 144,000 orang saja.
Bagaimana pendapat Saudara?
Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Ams.14:12, LAI)
Artikel Terkait:
1. Ajaran Saksi Yehuwa: Bidat Atau Sejati
2. Saksi Yehuwa: Suatu Kultus Atau Rohaniwan Allah?
3. Nabi Palsu Berseru: Kiamat, Kiamat, Kiamat!
4. Membedakan Agama Kristen Palsu Dengan Yang Sejati, Bagaimana?
[1] http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=kudus
Nama saya Larry
ReplyDeletePuji Tuhan, bahasan dalam artikel pak Awi ini (Red- "Alkitab Perjanjian Baru HANYA BAGI 144,000 Orang?") adalah benar adanya, dan alkitabiah; sesuai dengan firman Tuhan yang adalah dasar dari kebenaran sejati; dari Allah yang sejati, yang kita panggil di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Kiranya melalui aetikel-artikel di blok pak Awi ini dapat membuka pikiran saudara-saudara kita. Saya berdoa supaya belas kasihan Tuhan juga turun keatas mereka agar supaya mereka dapat menerima kasih karunia, yaitu anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada 'semua orang' - tak terkecuali, sehingga melalui iman yang benar mereka dapat mengambil tindakan untuk membuang pikiran-pikiran yang lama, dan menggantikannya dengan pikiran Kristus. Supaya iman yang benar itu menuntun mereka hari ke hari di dalam pengenalan akan Tuhan yang benar.
Saya ingin membagikan beberapa ayat yang menuliskan bahwa Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk tidak memandang bulu/muka terhadap sesamanya, bahkan Allah sendiri pun tidak memandang muka/bulu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semua manusia adalah sama/berharga di mata Tuhan - Berikut ayat-ayatnya;
Ulangan 10:17, Ulangan 16:19, Amsal 24:23, Amsal 28:21, Maleakhi 2:9, Roma 2:11, Galatia 2:6, Yakobus 2:9 - (Alangkah baiknya agar membaca keseluruhan perikop yang terkait dengan ayat yang saya berikan, sebab firman Tuhan diberikan memang untuk dibaca).
Kiranya tambahan dari saya untuk artikel ini dapat membantu teman-teman yang membaca artikel ini.
Salam kasih Kristus
Perjanjian baru untuk semua bangsa. Itu baru kabar baik.
ReplyDelete