Ciri Kultus: Pandangan Radikal & Perilaku Yang Aneh

Menara Pengawal 15 Feb. 1994
DI DALAM UPAYA MEMBUKTIKAN apakah organisasi Saksi Yehuwa dengan badan hukumnya, Lembaga Menara Pengawal adalah sebuah organisasi kultus berkedok agama Kristen, saya telah menjelaskan dengan detail di bagian pertama artikel bersambung ini yaitu Saksi Yehuwa, Suatu Kultus Atau Rohaniwan Allah: Pemilihan Ilahi, dan bagian kedua: Saksi Yehuwa, Kultus: Doktrin Baru. Kedua kajian tersebut membuktikan bagaimana organisasi Saksi Yehuwa begitu cocok dengan ciri-ciri sebuah grup kultus yang dijelaskan di dalam publikasinya sendiri yaitu majalah Menara Pengawal 15 Feb. 1994.

Sekarang di bagian ini, saya akan membuktikan bagaimana organisasi Saksi Yehuwa juga cocok dengan ciri ketiga dari sebuah grup kultus berdasarkan publikasi yang diterbitkan olehnya yaitu majalah Menara Pengawal 15 Feb. 1994.

Kita perhatikan hlm. 4 majalah Menara Pengawal 15 Feb. 1994 yang menulis sebagai berikut:

Jelaslah, kultus biasanya dipahami sebagai kelompok-kelompok religius yang memiliki pandangan radikal dan praktek yang bertentangan dengan apa yang kini diterima sebagai perilaku sosial yang normal. Biasanya mereka melaksanakan kegiatan religius mereka secara rahasia. Banyak kelompok kultus ini benar-benar mengasingkan diri dalam komune-komune. Pengabdian mereka kepada seorang yang memproklamasikan dirinya sendiri sebagai pemimpin manusia kemungkinan besar bersifat tanpa syarat dan eksklusif. Sering kali para pemimpin ini membual bahwa mereka telah dipilih secara ilahi atau bahkan memiliki sifat-sifat ilahi.
Perhatikan kalimat yang saya beri italic dan bold. Nah, ini merupakan ciri ketiga dari suatu grup kultus yang akan saya bahas kali ini, yaitu apakah Saksi-Saksi Yehuwa dikenal sebagai kelompok-kelompok religius yang memiliki pandangan radikal dan praktek yang bertentangan dengan apa yang kini diterima sebagai perilaku sosial yang normal?

Nah, sekarang pertanyaan kita adalah pandangan radikal yang bagaimana dan praktek apa yang dilakukan oleh Saksi Yehuwa yang bertentangan dengan apa yang kini diterima sebagai perilaku sosial yang normal?

Sebelum saya menjelaskan lebih jauh, satu hal perlu saya jelaskan yaitu jika Anda berkata kepada Saksi Yehuwa bahwa ia memiliki pandangan radikal dan praktek yang bertentangan dengan perilaku sosial yang umum maka ia akan menyatakan bahwa apa yang dilakukannya sesuai dengan  Alkitab.  Bagi Saksi Yehuwa, tidak soal ia berpandangan yang radikal dan berperilaku yang bertentangan dengan perilaku umum. Yang utama adalah menjalankan perintah Alkitab.  Tetapi satu hal yang ia tidak sadar atau tahu yaitu Alkitab tidak mengajarkan apa yang diyakini oleh Saksi Yehuwa. Saksi Yehuwa hanya menjalankan apa yang ditafsirkan oleh organisasi Saksi Yehuwa, bukan apa yang diajarkan oleh Alkitab.

Dilarang Transfusi Darah

Meskipun Alkitab tidak memiliki kosa kata 'transfusi darah', tetapi ini merupakan pandangan yang radikal yang pertama dari ajaran Lembaga Menara Pengawal yaitu melarang para anggotanya, yaitu Saksi Yehuwa untuk mendonor dan juga menerima transfusi darah. Saksi Yehuwa berpendapat lebih baik mati daripada mendapatkan transfusi darah. Saya menulis ini tidaklah bercanda, tetapi memang demikian pandangan mereka, silahkan klik artikel Analogi Transfusi Sama Dengan Makan Darah untuk detailnya. 

Perhatikan kutipan berikut yang menyatakan pendirian seorang Saksi Yehuwa:

Saksi-Saksi Yehuwa menyetujui pengobatan medis dan operasi. Sebenarnya, banyak sekali dari antara mereka adalah dokter, bahkan ahli bedah. Tetapi Saksi-Saksi adalah orang-orang yang sangat religius yang percaya bahwa transfusi darah dilarang bagi mereka berdasarkan ayat-ayat Alkitab seperti, ”Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan” (Kejadian 9:3-4); ”[Engkau] haruslah mencurahkan darahnya, lalu menimbunnya dengan tanah” (Imamat 17:13-14); dan ’Jauhkan diri dari. . . percabulan, darah daging binatang yang mati dicekik dan dari darah’ (Kisah 15:19-21).

Walaupun ayat-ayat ini tidak dinyatakan dengan istilah-istilah medis, Saksi-Saksi memandangnya sebagai larangan untuk transfusi darah utuh, sel-sel darah merah yang dibekukan, dan plasma, maupun penggunaan sel-sel darah putih dan trombosit. Tetapi, paham agama Saksi-Saksi tidak secara mutlak melarang penggunaan komponen-komponen darah seperti albumin, imun globulin, dan preparat untuk menangani penderita hemofilia; masing-masing Saksi harus memutuskan secara pribadi apakah ia dapat menerima itu. (Brosur 'Darah', hlm. 27)
Pada awalnya, Menara Pengawal melarang seluruh jenis darah, tetapi sesuai dengan berjalannya waktu maka komponen-komponen darah seperti albumin, imun globulin, preparat untuk penderita hemofilia diizinkan dan diserahkan kepada masing-masing hati nurani Saksi Yehuwa sendiri. 

Meskipun organisasi Saksi Yehuwa menyediakan alternatif pengganti darah, tetapi di dalam banyak kasus, pengganti darah itu tidak bermanfaat ketika darah memang benar-benar dibutuhkan.

Bagaimana jika Saksi Yehuwa menerima transfusi darah? Ia akan dipecat! Tentunya pembaca blog ini berpikir ya tidak apa-apa, toh dipecat tidak masalah, keselamatan jiwa lebih penting.

Faktanya tidak demikian. Keluar dari grup kultus tidaklah mudah seperti orang Kristen memutuskan untuk pindah gereja. Ada begitu banyak tekanan psikologis yang menghantui para mantan Saksi Yehuwa. Saya akan membahasnya di bawah dengan judul 'Praktek Pemecatan Di Kalangan Saksi Yehuwalebih detail. Plus bagi Saksi Yehuwa, pemecatan berarti harapan keselamatan kekalnya hilang karena bagi Saksi Yehuwa; bergabung dengan organisasi Lembaga Alkitab Menara Pengawal dapat menyelamatkannya.

Dilarang Merayakan Hari Besar

Ketika Anda menjadi seorang Saksi Yehuwa, maka Anda tidak boleh merayakan hari raya Kristen seperti natal, paskah, jum'at agung dan lain-lain. Ironisnya, termasuk hari internasional seperti tahun baru.

Mengapa demikian? Karena Saksi Yehuwa meyakini hari raya tersebut bersumber dari pagan. Perhatikan kutipan berikut ini:

Perayaan Tahun Baru. Tanggal dan kebiasaan yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru tidak sama di setiap negeri. Mengenai asal usul perayaan ini, The World Book Encyclopedia menyatakan, ”Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan tanggal 1 Januari sebagai Hari Tahun Baru pada tahun 46 SM. Orang-orang Romawi membaktikan hari ini kepada Janus, dewa dari gerbang-gerbang, pintu-pintu, dan awal mula. Bulan Januari disebut sesuai dengan nama Janus, yang mempunyai dua wajah—satu melihat ke depan dan satunya lagi melihat ke belakang.” Jadi, perayaan Tahun Baru didasarkan atas tradisi kafir. (Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan, hlm. 223)
Tentunya Saksi Yehuwa juga tidak merayakan hari ibu, hari ayah ataupun hari pahlawan nasional dan lain-lain.

Dilarang Merayakan Ulang Tahun Sendiri

Jangankan merayakan ulang tahun sahabat ataupun orang terdekat, merayakan ulang tahun sendiri juga dilarang. Loh mengapa? Karena merayakan ulang tahun tidaklah Alkitabiah, menurut Saksi Yehuwa. Lihat Tidak Ada Perayaan Ulang Tahun Bagi Saksi Yehuwa untuk diskusi lengkapnya.

Dilarang Menyanyikan Lagu Nasional Dan Salut Kepada Bendera

Saksi Yehuwa juga dilarang untuk menyanyikan lagu-lagu nasional ataupun salut kepada bendera. Mengapa demikian? Salut kepada bendera disamakan dengan tindakan penyembahan, membungkuk atau memberi salut kepada suatu tanda yang menggambarkan negara. Bagi Saksi Yehuwa, penyembahan dan salut hanya ditujukan kepada Allah Yehuwa saja. Demikian juga dengan menyanyikan lagu kebangsaan atau nasional. Berikut kutipannya:

....pendirian dari Saksi-Saksi sendiri teguh: Mereka tidak memberi salut kepada bendera dari negara mana pun. Hal ini tentunya tidak dimaksudkan untuk menunjukkan sikap tidak hormat. Mereka menghormati bendera dari negara mana pun tempat mereka tinggal, dan mereka memperlihatkan hormat ini dengan menaati hukum negara tersebut. Mereka tidak pernah terlibat dalam kegiatan antipemerintah dalam bentuk apa pun. Sebenarnya, Saksi-Saksi percaya bahwa pemerintahan manusia sekarang ini merupakan ”pengaturan Allah” yang keberadaannya Ia izinkan. Jadi mereka menganggap diri mereka berada di bawah perintah ilahi untuk membayar pajak dan menghormati ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” demikian. (Roma 13:1-7) Hal ini selaras dengan pernyataan Kristus yang terkenal, ”Berilah kepada Kaisar apa yang milik Kaisar, dan kepada Allah apa yang milik Allah.”—Matius 22:21, Bahasa Indonesia Sehari-hari.

’Tetapi, mengapa,’ beberapa orang mungkin bertanya, ’Saksi-Saksi Yehuwa tidak menghormati bendera dengan memberi salut kepadanya?’ Karena mereka menganggap salut kepada bendera adalah suatu tindakan penyembahan, dan penyembahan adalah kepunyaan Allah; berdasarkan hati nurani mereka tidak dapat memberikan penyembahan kepada siapa pun atau apa pun selain Allah. (Matius 4:10; Kisah 5:29) Karena itu, mereka menghargai jika para pendidik menghormati keyakinan ini dan mengizinkan anak-anak Saksi menaati kepercayaan mereka.

Tidak mengherankan, Saksi-Saksi Yehuwa bukan satu-satunya kelompok yang menganggap bahwa salut kepada bendera ada hubungannya dengan ibadat, seperti diperlihatkan komentar-komentar berikut ini:
”Bendera yang mula-mula, hampir secara murni bersifat keagamaan. . . . Bantuan dari agama tampaknya selalu dicari untuk menyucikan bendera-bendera nasional.” (Cetak miring red.)—Encyclopedia Britannica.

”Bendera, seperti salib, adalah keramat. . . . Ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sikap manusia terhadap lambang-lambang nasional menggunakan kata-kata yang tegas dan ekspresif seperti, ’Dinas bagi Bendera’, . . . ’Hormat kepada Bendera’, ’Mengabdi kepada Bendera’.” (Cetak miring red.)—The Encyclopedia Americana.

”Umat Kristen menolak untuk . . . mempersembahkan korban kepada dewa penjaga kaisar [Romawi]—dewasa ini hampir sama seperti menolak untuk memberi salut kepada bendera atau mengucapkan sumpah setia.”—Those About to Die (1958), oleh Daniel P. Mannix, halaman 135.

Sekali lagi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak bermaksud tidak menghormati pemerintah mana pun atau para penguasanya dengan menolak memberi salut kepada bendera. Persoalannya hanyalah bahwa mereka tidak akan, dengan suatu tindakan penyembahan, membungkuk atau memberi salut kepada suatu tanda yang menggambarkan Negara. Mereka memandang hal ini serupa dengan pendirian yang diambil oleh tiga pemuda Ibrani pada zaman Alkitab yang menolak untuk membungkuk di hadapan patung yang didirikan di Dataran Dura oleh Nebukadnezar, raja Babilon. (Daniel, pasal 3) Maka, sementara yang lain memberi salut dan mengucapkan sumpah setia, anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa diajar untuk mengikuti hati nurani mereka yang terlatih oleh Alkitab. Jadi, dengan senyap dan penuh hormat mereka tidak ikut berpartisipasi. Untuk alasan-alasan serupa, anak-anak Saksi memilih untuk tidak berpartisipasi ketika lagu kebangsaan dinyanyikan atau diperdengarkan. (Pendidikan, hlm. 20-24)
Perhatikan pemahaman Menara Pengawal akan menyanyikan lagu-lagu nasional berikut ini:

Apakah Lagu-Lagu Nasional itu?


”Lagu-lagu nasional adalah ungkapan rasa patriotik dan sering kali mencakup permohonan perlindungan dan bimbingan ilahi untuk rakyat atau penguasa mereka,” kata The Encyclopedia Americana. Dengan demikian, lagu nasional adalah himne atau doa demi kepentingan suatu bangsa. Lagu nasional biasanya memohonkan agar bangsa itu mengalami kemakmuran materi dan kejayaan yang panjang. Haruskah orang Kristen sejati turut dalam permohonan khidmat semacam ini? 

Nabi Yeremia tinggal di antara orang-orang yang mengaku melayani Allah. Namun, Yehuwa memerintahkan dia, ”Jangan berdoa demi kepentingan bangsa ini, juga jangan panjatkan seruan permohonan atau doa demi kepentingan mereka, juga jangan memohon kepadaku, sebab aku tidak akan mendengarkan engkau.” (Yeremia 7:16; 11:14; 14:11) Mengapa Yeremia diberi perintah ini? Karena masyarakat mereka dipenuhi dengan pencurian, pembunuhan, perzinaan, sumpah palsu, dan penyembahan berhala.—Yeremia 7:9.

Yesus Kristus menetapkan sebuah pola sewaktu mengatakan, ”Aku membuat permohonan, bukan sehubungan dengan dunia, tetapi sehubungan dengan mereka yang telah engkau berikan kepadaku.” (Yohanes 17:9) Alkitab mengatakan bahwa ”seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik” dan ”sedang berlalu”. (1 Yohanes 2:17; 5:19) Jadi, bagaimana mungkin orang Kristen dapat dengan sungguh-sungguh berdoa demi kejayaan dan kelanggengan sistem semacam ini?

Tentu saja, tidak semua lagu nasional mencakup permohonan kepada Allah. ”Semangat lagu-lagu nasional berbeda-beda,” kata Encyclopædia Britannica, ”dari doa-doa untuk raja, kenangan tentang pertempuran atau kebangkitan penting nasional, . . . hingga pernyataan rasa patriotik.” Tetapi, dapatkah orang-orang yang berupaya menyukakan Allah justru bersukacita atas perang dan revolusi suatu bangsa? Sehubungan dengan para penganut ibadat yang sejati, Yesaya menubuatkan, ”Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas.” (Yesaya 2:4) ”Walaupun kami berjalan menurut daging,” tulis rasul Paulus, ”kami tidak berperang menurut keadaan kami dalam daging. Sebab senjata-senjata peperangan kami tidak bersifat daging.”—2 Korintus 10:3, 4. 

Lagu-lagu nasional sering kali menyatakan rasa kebanggaan atau keunggulan nasional. Sudut pandang ini tidak berdasarkan Alkitab. Dalam khotbahnya di Areopagus, rasul Paulus mengatakan, ”[Allah Yehuwa] menjadikan setiap bangsa manusia, untuk tinggal di atas seluruh permukaan bumi.” (Kisah 17:26) ”Allah tidak berat sebelah,” kata rasul Petrus, ”tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.”—Kisah 10:34, 35.

Karena pemahaman mereka akan Alkitab, banyak orang membuat keputusan pribadi untuk tidak berpartisipasi dalam salut bendera dan dalam menyanyikan lagu-lagu patriotik. Namun, bagaimana sikap mereka sewaktu berada dalam situasi yang langsung menghadapkan mereka dengan masalah ini?(Menara Pengawal, 15/9/2002, hlm. 21)
Praktek Pemecatan Di Kalangan Saksi Yehuwa

Salah satu ciri-ciri dari grup atau organsasi kultus adalah pemecatan anggotanya. Demikian juga organisasi Saksi Yehuwa memiliki suatu peraturan yang 'katanya berdasarkan Alkitab' yaitu organisasi akan memecat anggotanya, yaitu Saksi Yehuwa jika ia berjalan tidak sesuai dengan instruksi Menara Pengawal. Misalnya seorang Saksi terbaptis menerima transfusi darah. Maka organisasi akan memecatnya. 

Janganlah kita berpikir bahwa ketika organisasi Saksi Yehuwa memecat seorang anggotanya maka hanya hubungan yang terputus antara organisasi Saksi Yehuwa dengan Saksi yang dipecat yang berakhir. Akibat dari pemecatan lebih dari itu. Ada akibat-akibat psikologis yang akan terjadi kepada seorang Saksi yang dipecat. Tekanan psikologis yang bagaimana? Baca Mengucilkan Atau Ekskomunikasi Mantan Anggota dan Metode Tekanan Sosial untuk detailnya.

Misalnya, Anda memiliki seorang sahabat baik yang juga merupakan seorang Saksi Yehuwa. Ketika Anda dipecat dari organisasi maka berarti sahabat Anda itu tidak akan berbicara dengan Anda lagi. Bahkan seluruh jemaat yang Anda kenal, tidak akan bersahabat lagi, bahkan tidak ada sapaan sederhana kata 'hello' ketika Anda berjumpa di jalan. Perhatikan kutipan berikut ini, perhatikan kalimat yang saya garis bawahi:

Cara Memperlakukan Orang yang Dipecat: Firman Allah memerintahkan orang Kristen untuk tidak bergaul atau bersahabat dengan orang yang telah dipecat dari sidang, ”Agar kamu tidak lagi bergaul dengan siapa saja yang disebut sdr namun adalah orang yang melakukan percabulan atau orang yang tamak atau penyembah berhala atau pencerca atau pemabuk atau pemeras, dan bahkan tidak makan bersama orang demikian. . . . Singkirkan orang yang fasik itu dari tengah-tengahmu.” (1 Kor. 5:11, 13) Kata-kata Yesus yang dicatat di Matius 18:17 juga selaras dengan hal ini, ”Biarlah [orang yang dipecat] bagimu menjadi sama seperti orang dari bangsa-bangsa dan seperti seorang pemungut pajak.” Para pendengar Yesus tahu benar bahwa orang Yahudi pada zaman itu tidak bergaul dengan orang Kafir dan bahwa mereka menjauhi para pemungut pajak sebagai orang yang tersisih. Jadi, Yesus memberi para pengikutnya instruksi untuk tidak bergaul dengan orang-orang yang dipecat.—Lihat Menara Pengawal No. 37 hlm. 14-16 (w81 15/9, hlm. 18-20).
Ini berarti orang Kristen yang loyal tidak berbicara tentang hal-hal rohani kpada siapa pun yang dipecat dari sidang. Akan tetapi, ada lebih banyak hal yang tersangkut. Firman Allah menyatakan agar kita ”bahkan tidak makan bersama orang demikian”. (1 Kor. 5:11) Karena itu, kita juga menghindari pergaulan sosial dengan orang yang dipecat. Hal ini berarti kita sama sekali tidak akan ikut dengannya dalam  acara rekreasi, pesta, bermain bola, atau pergi ke mal atau ke teater atau duduk bersama untuk makan dengan dia di rumah ataupun di restoran.
Bagaimana dengan soal berbicara kepada orang yang dipecat? Meskipun Alkitab tidak membahas setiap situasi yang bisa terjadi, 2 Yohanes 10 membantu kita memahami pandangan Yehuwa tentang hal ini, ”Jika seseorang datang kepadamu dan tidak membawa pengajaran ini, jangan sekali-kali menerima dia dalam  rumahmu atau memberikan salam kepadanya.” Sewaktu membahas hal ini, Menara Pengawal No. 37 hlm. 21 (w81 15/9, hlm. 25) mengatakan, ’Ucapan ”selamat siang” kpada seseorang bisa menjadi langkah pertama yang berkembang menjadi suatu percakapan, dan mungkin bahkan suatu persahabatan. Apakah kita mau mengambil langkah pertama tersebut terhadap seorang yang telah dipecat?’
Sebenarnya, tepat seperti dinyatakan dalam  Menara Pengawal yang sama di hlm. 26 (w81 15/9, hlm. 31), ”Adalah suatu kenyataan bahwa jika seorang Kristen menyerahkan dirinya kepada dosa sehingga harus dipecat, ia akan kehilangan banyak hal: kedudukannya yang diperkenan oleh Allah; . . . persahabatan yang menyenangkan dengan saudara-saudara, termasuk banyak pergaulan yang ia telah nikmati dengan sanak keluarga yang juga orang-orang Kristen.” (Pelayanan Kerajaan Kita, 8/2/2002, hlm. 3)
Lebih parahnya adalah jika Anda memiliki saudara/i kandung yang dipecat dan tidak tinggal se rumah dengan Anda, maka saudara/i Anda akan meminimalkan atau dapat tidak berhubungan dengan Anda. Bahkan hubungan kakek/nenek dapat terputus dengan cucunya jika tidak tinggal se rumah. Berikut akibat orang yang dipecat di mana tidak dapat bertemu lagi di dalam pertemuan keluarga. Perhatikan kalimat yang saya beri garis bawah:
Ya, sewaktu seseorang memilih untuk meninggalkan Yehuwa dan jalan hidup yang digariskan Alkitab, anggota keluarga yang setia biasanya mengalami luka batin yang dalam. ”Saya sangat mengasihi kakak perempuan saya,” kata Irene. ”Saya mau melakukan apa saja agar bisa melihatnya kembali kepada Yehuwa!” Maria, yang adik laki-lakinya berpaling dari Yehuwa untuk mengikuti haluan hidup amoral, berkata, ”Saya sulit menanggung hal ini karena pada setiap sisi yang lain, ia adik yang luar biasa bagi saya. Saya sangat merindukannya di acara pertemuan keluarga yang besar.” (Menara Pengawal, 1 Sep 2006, hlm. 17)
Kerabat yg Tidak Tinggal Serumah: ’Keadaannya berbeda jika orang yang dipecat atau mengucilkan diri itu adalah seorang sanak keluarga yang tinggal di luar lingkungan keluarga dekat dan tidak tinggal serumah,’ kata Menara Pengawal seri 47 hlm. 30 (w88 15/4, hlm. 28). ”Ada kemungkinan untuk hampir tidak mengadakan hubungan sama sekali dng sanak keluarga tersebut. Bahkan jika ada beberapa masalah keluarga yang mengharuskan mereka saling berhubungan, hal ini pasti akan dijaga sesedikit mungkin”, selaras dengan perintah ilahi untuk ”tidak lagi bergaul dng siapa saja” yang adalah pelaku dosa yang tidak bertobat. (1 Kor. 5:11) Orang Kristen yang loyal hendaknya berupaya menghindari pergaulan yang tidak perlu dengan kerabat seperti itu, bahkan menjaga urusan bisnis seminimal mungkin.—Lihat juga Menara Pengawal No. 37 hlm. 25-26 (w81 15/9, hlm. 29-30).
Keadaannya berbeda jika orang yang dipecat atau mengucilkan diri itu seorang sanak keluarga yang tinggal di luar lingkungan keluarga dekat dan tidak tinggal serumah. Ada kemungkinan untuk hampir tidak mengadakan hubungan sama sekali dengan sanak keluarga tersebut....Dapat dimengerti bahwa hal ini mungkin sulit karena hubungan emosi dan keluarga, seperti misalnya kasih kakek-nenek terhadap cucu-cucu mereka. Namun, ini merupakan ujian keloyalan kepada Allah, seperti dinyatakan oleh saudari yang kata-katanya dikutip di halaman 28. Setiap orang yang merasakan kesedihan dan sakit hati yang telah ditimbulkan oleh keluarga yang dipecat dapat memperoleh penghiburan dan dianjurkan oleh teladan yang diberikan oleh beberapa dari sanak keluarga Korah.—Mazmur 84:11-13. (Menara Pengawal, 88_s-47 hlm. 30)
Begitu juga dengan hubungan orang tua dan anak yang tidak tinggal se rumah dapat terhambat jika salah satunya dipecat. Perhatikan kutipan berikut di mana seorang anak menemui ibunya yang dipecat dan mengatakan bahwa ia tidak dapat menemuinya kecuali dalam keadaan darurat.

Setelah mendengarkan sebuah khotbah di kebaktian wilayah, seorang sdr dan sdri kembarnya sadar bahwa mereka perlu membuat penyesuaian dalam cara memperlakukan ibu mereka, yang tidak tinggal serumah dan telah dipecat selama enam tahun. Segera setelah kebaktian itu, pria itu menemui ibunya, dan setelah meyakinkan sang ibu akan kasih mereka, ia menjelaskan bahwa mereka tidak dapat lagi berbicara kepadanya kecuali ada keadaan darurat. Tidak lama setelah itu, ibunya mulai menghadiri perhimpunan dan pada akhirnya diterima kembali. Selain itu, suaminya yang tidak seiman mulai belajar Alkitab dan pada waktunya dibaptis. (Pelayanan Kerajaan Kita, 8/2/2002, hlm. 3)
Setiap Saksi Yehuwa memiliki pola pikir bahwa orang yang dipecat dari organisasi selalu dianggap meninggalkan Allah, mereka adalah pembenci Allah, bukan meninggalkan organisasi. Oleh karena itu, Menara Pengawal meminta anggota lainnya 'membenci' seorang Saksi yang dipecat dari sidang karena orang itu dianggap sebagai pembenci Allah di mana Allah membenci orang-orang yang demikian. Perhatikan kutipan berikut:
Lebih dari itu, kita ingin membenci orang-orang yang dengan sengaja menunjukkan diri pembenci Yehuwa, pembenci apa yang baik. ... Kami membenci mereka, bukan dalam arti ingin menyakiti mereka atau berharap  menyakiti mereka, tetapi dalam arti menghindari mereka seperti kita terhadap racun atau ular berbisa, karena mereka dapat meracuni kita secara rohani"

"More than that, we want to hate those who willfully show themselves haters of Jehovah, haters of what is good. …We hate them, not in the sense of wanting to do them harm or wishing them harm but in the sense of avoiding them as we would poison or a poisonous snake, for they can poison us spiritually.”—Menara Pengawal, 15 Juni, 1980, hlm. 8
Marilah kita renungkan dampak psikologis yang terjadi kepada seorang Saksi yang dipecat. Manusia adalah makhluk sosial. Hubungan yang terdekat adalah keluarga. Bagaimana jika Saudara telah tua, tidak tinggal se rumah dengan anak tunggal Saudara dan anak itu dibesarkan dengan kasih sayang di dalam organisasi Saksi Yehuwa, lalu suatu hari karena suatu hal Saudara dipecat dan anak Saudara mengatakan bahwa ia tidak dapat mengunjungi Saudara lagi kecuali dalam keadaan darurat? Bagaimana perasaan Saudara? Bagaimana tekanan hidup yang Sdr. alami di masa tua di mana satu-satunya anak harapan hari tua Saudara diajar oleh organisasi Saksi Yehuwa untuk membenci Saudara karena Anda dianggap membenci Yehuwa karena Anda dipecat? Bisakah Saudara bayangkan tekanan psikologis yang Saudara hadapi?

Apakah sistem pemecatan yang demikian merupakan perilaku sosial yang normal yang Saudara sering jumpai?  Dapatkah kita sebut bahwa Saksi Yehuwa merupakan kelompok religius yang memiliki pandangan radikal dan praktek yang bertentangan dengan apa yang kini diterima sebagai perilaku sosial yang normal?

Banyak pandangan yang radikal dan praktek yang diajarkan oleh Menara Pengawal kepada para anggotanya bertentangan dengan apa yang diterima sebagai perilaku sosial yang normal yang saya tidak dapat sebutkan satu per satu tetapi akan saya bahas ketika topiknya tepat seperti tidak ikut militer, bekerja di pemerintahan ataupun pemilu. Tetapi dari beberapa contoh tersebut, saya ingin bertanya kepada pembaca blog ini: Apakah Saksi Yehuwa dapat dikategorikan merupakan kelompok religius yang memiliki pandangan radikal dan praktek yang bertentangan dengan apa yang kini diterima sebagai perilaku sosial yang normal?

Jika jawabannya adalah 'ya', maka organisasi Saksi Yehuwa adalah sebuah kultus karena ajaran dan praktek yang dilakukannya merupakan ciri-ciri dari sebuah grup kultus.

Lalu, ciri-ciri kultus apalagi yang dapat kita temui di dalam majalah Menara Pengawal tersebut? Saya akan bahas di Ciri Kultus: Melaksanakan Kegiatan Religius Secara Rahasia 

”Berjaga-jagalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan berbaju domba, tetapi di dalamnya, mereka adalah serigala-serigala yang rakus." 
(Mat. 7:15, NW)

No comments :

Post a Comment

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.