Proses INTERNALISASI Doktrin Absolute KULTUS

Internalisasi Doktrin Kultus
Internalisasi Dalam Proses Belajar Saksi Yehuwa 
JIKA SAUDARA pernah bertemu dan sempat berdiskusi dengan seorang Saksi Yehuwa, tentunya Saudara terkesan dengan kepiawaiannya dalam membolak-balik Alkitab untuk menunjukkan letak ayat-ayat Alkitab sehubungan dengan topik diskusinya dengan Saudara. Seolah-olah seluruh isi Alkitab dihafal oleh Saksi Yehuwa itu. Dulunya, saya sangat terkesan karena hampir setiap Saksi-Saksi Yehuwa memiliki keahlian yang demikian luar biasa. Itu dulu sebelum saya mempelajari lebih mendalam tentang organisasi Saksi Yehuwa. Tetapi sekarang kesan yang berbeda timbul yaitu menakutkan. Mengapa? Sebenarnya, kemampuan Saksi-Saksi Yehuwa bukan diperoleh berdasarkan hafalan, melainkan internalisasi. Ada perbedaan besar antara menghafal (memorize) dengan internalisasi (internalize). Pada dasarnya definisi menghafal (memorization) adalah usaha memasukkan sesuatu ke dalam memory atau ingatan. Sebaliknya definisi internalisasi lebih kompleks seperti dijelaskan oleh wikipedia secara umum sebagai berikut:
Internalisasi adalah proses konsolidasi dan penanaman keyakinan, sikap, dan nilai-nilai seseorang sehubungan dengan perilaku moral. Pencapaian ini mungkin melibatkan penggunaan metode perilaku atau psikoanalisis secara disengaja.

Internalization is the process of consolidating and embedding one's own beliefs, attitudes, and values when it comes to moral behavior. The accomplishment of this may involve the deliberate use of psychoanalytical or behavioral methods. (Wikipedia)
Lebih lanjut, karena bidang ilmu kultus termasuk bidang ilmu psikologi dan sosiologi, secara khusus Wikipedia mengatakan:
Dalam ilmu seperti psikologi dan sosiologi, internalisasi melibatkan integrasi sikap, nilai-nilai, standar dan pendapat seseorang yang dijadikan  identitas atau kesadaran diri milik orang lainnya.

In sciences such as psychology and sociology, internalization involves the integration of attitudes, values, standards and the opinions of others into one's own identity or sense of self.
Dari definisi tersebut di atas, jelas bahwa definisi internalisasi dengan menghafal sangat jauh berbeda karena proses internalisasi adalah proses penanaman nilai-nilai, keyakinan, sikap dan standard seseorang kepada orang lainnya dengan disengaja melalui  metode perilaku atau psikoanalisis. Jadi misalnya pemimpin kultus memiliki suatu doktrin — berupa nilai-nilai, keyakinan dan standard tertentu — maka pemimpin kultus itu akan menginternalisasikan doktrinnya itu kepada para anggotanya agar anggotanya memiliki nilai-nilai, keyakinan dan standard yang sama dengan dirinya.

Tentunya Saudara bertanya-tanya; apakah hubungannya dengan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai anggota kultus dengan proses internalisasi dan apa buktinya Saksi-Saksi Yehuwa mengalami proses internalisasi oleh organisasi Menara Pengawal sebagai induk organisasi Saksi Yehuwa?

Sebelum menjawabnya, saya ingin Saudara memperhatikan dulu kutipan buku Steve Hassan seorang pakar kultus berikut ini:
Dalam kultus totalistik, ideologi diinternalisasi sebagai “kebenaran”, satu-satunya peta realitas. Doktrin ini tidak hanya berfungsi untuk menyaring informasi yang masuk, tetapi juga mengatur bagaimana informasi itu dapat dipikirkan. Biasanya, doktrin tersebut  absolute, membagi segala sesuatu ke dalam “hitam vs putih”, “kita vs mereka.” Semua yang baik diwujudkan dalam diri pemimpin dan kelompoknya. Semua yang buruk di luar. Kelompok yang lebih totalistik mengklaim bahwa doktrin mereka terbukti secara ilmiah. Doktrin diklaim menjawab semua pertanyaan untuk semua masalah dan situasi. Seorang anggota tidak perlu berpikir untuk dirinya sendiri karena doktrin itu berpikir untuknya.

In totalistic cults, the ideology is internalized as 'the truth', the only map of reality. The doctrine not only serves to filter incoming information but also regulates how the information can be thought about. Usually, the doctrine is absolutist, dividing everything into 'black versus white,' 'us versus them.' All that is good is embodied in the leader and the group. All that is bad is on the outside. The more totalistic groups claim that their doctrine is scientifically proven. The doctrine claims to answer all questions to all problems and situations. A member need not think for himself because the doctrine does the thinking for him (Combatting Mind Control, hlm. 61, Steve Hassan, kalimat bold dan miring dari saya)
Jadi menurut Steve Hassan ideologi atau doktrin pemimpin kultus diinternalisasi sebagai sebuah kebenaran absolute karena diklaim menjawab setiap permasalahan yang ada di dunia ini. Karena proses internalisasi doktrin tersebut menjadikan anggota kultus memiliki pola pikir dikotomi secara ekstrem sehingga ia hanya mampu melihat dunia ini dalam 2 buah warna yaitu “hitam vs putih”, “kita vs mereka” di mana yang baik, suci, dan benar adalah doktrin grupnya sedangkan di luar grupnya semuanya jahat, najis/kafir dan sesat. Konsep pola pikir yang demikian ekstrem sudah diajarkan oleh Menara Pengawal sejak awal seseorang berminat untuk menjadi salah seorang Saksi Yehuwa. Untuk detailnya silahkan klik artikel Pola Pikir Saksi Yehuwa: Hitam Putih

Nah, jika kita sudah memahami pernyataan pakar kultus, Steve Hassan yaitu setiap anggota kultus harus mendapatkan proses internalisasi doktrin, maka sekarang waktunya kita buktikan; apakah Saksi-Saksi Yehuwa benar mendapatkan proses internalisasi.

Metode Pembelajaran Dan Ibadat Saksi Yehuwa

Jika Saudara memperhatikan majalah Menara Pengawal edisi pelajaran akan mendapatkan bahwa majalah tersebut memiliki 2 bagian yaitu artikel pelajaran sebagai makanan rohani bagi para Saksi Yehuwa dan footnote pertanyaan. Dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya pun sangat mudah, tidak perlu mengerutkan kening karena didasarkan pada artikel pelajaran yang ada di atasnya. Misalnya, Saudara perhatikan 2 paragraf kutipan artikel pelajaran berikut ini:
10 Umat manusia, dan khususnya Susunan Kristen, telah meniru bangsa Israel abad pertama. Secara umum, para pemimpin serta umat Susunan Kristen lebih menyukai kredo-kredo keagamaan mereka daripada kebenaran dari Allah yang diajarkan oleh Yesus. Yang terutama harus bertanggung jawab adalah para pemimpin agama. Mereka tidak mau menggunakan nama Yehuwa, bahkan menyingkirkannya dari terjemahan Alkitab mereka. Mereka merendahkan Yehuwa dengan ajaran-ajaran yang tidak berdasarkan Alkitab, seperti doktrin-doktrin kafir tentang siksaan kekal dalam api neraka, Tritunggal, jiwa yang tak berkematian, dan evolusi. Dengan demikian, mereka merampas pujian yang selayaknya Yehuwa terima, seperti halnya para imam di zaman Maleakhi.

11 Pada tahun 1914, sewaktu hari-hari terakhir dimulai, agama-agama dunia ini, yang dipimpin oleh orang-orang yang mengaku Kristen, menyingkapkan siapa yang sebenarnya mereka layani. Pada kedua perang dunia, mereka menganjurkan para anggotanya untuk maju berperang dalam pertikaian antarbangsa, meskipun hal itu berarti membunuh orang-orang yang seagama dengan mereka. Firman Allah dengan jelas mengidentifikasi orang-orang yang menaati Allah dan orang-orang yang tidak menaati-Nya, ”Anak-anak Allah dan anak-anak Iblis jelas dari fakta ini: Setiap orang yang tidak terus melakukan keadilbenaran tidak berasal dari Allah, demikian juga orang yang tidak mengasihi saudaranya. Karena inilah pesan yang telah kamu dengar sejak awal, yaitu bahwa kita harus mengasihi satu sama lain; tidak seperti Kain, yang berasal dari si fasik dan membunuh saudaranya.”—1 Yohanes 3:10-12. (Menara Pengawal, 1/5/2002 hlm. 19-24)
Perhatikan di awal 2 paragraf pelajaran itu terdapat angka 10 dan 11 yang sengaja saya warnai merah. Di bawah artikel pelajaran tersebut ada pula footnote pertanyaan yang diawali dengan angka-angka yang sesuai dengan angka artikel pelajaran di atasnya. Berikut contoh pertanyaannya:
10. Dengan cara bagaimana umat manusia pada umumnya dan para pemimpin agama meniru orang Israel abad pertama?

11. Bagaimana agama-agama dunia menyingkapkan siapa yang sebenarnya mereka layani?
Jadi menjawab footnote pertanyaan no. 10 dan 11 sangat mudah jika kita melihat artikel pelajaran yang juga bernomor 10 dan 11, bukan? Lalu kapan terjadinya sesi tanya-jawab tersebut? Saat pertemuan ibadat Saksi-Saksi Yehuwa di Balai Kerajaan yaitu saat pembahasan majalah Menara Pengawal di mana semua peserta yang hadir boleh berpartisipasi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan cara mengacungkan tangan.

Proses pembelajaran yang demikian sebenarnya merupakan proses internalisasi. Mengapa demikian? Pertama, meskipun kelihatannya Saksi-Saksi Yehuwa aktif menjawab pertanyaan, tetapi ia  tidak menjawab berdasarkan pendapatnya sendiri, melainkan pendapat dari organisasi Saksi Yehuwa. Ini namanya proses internalisasi yaitu penanaman nilai-nilai, keyakinan, sikap dan standard organisasi Menara Pengawal kepada para anggotanya.

Kedua, meskipun para Saksi Yehuwa berlomba-lomba menjawab pertanyaan yang diajukan tetapi ia tidak boleh menjawabnya menyimpang atau bertentangan dengan artikel pelajarannya. Ia hanya boleh menjawab sesuai dengan apa yang tertulis. Istilahnya seorang Saksi Yehuwa hanya membeo saja. Ini namanya doktrin organisaasi Saksi Yehuwa bersifat mutlak absolute benar sehingga tidak boleh dikritisi, dipertanyakan keakuratan dan keabsahannya.

Bagaimana jika ada yang menyimpang? Ia akan ditegur dan tidak diperbolehkan menjawab lagi. Jika ia bersikukuh juga atas pendapatnya, ia akan dipecat. Dan bagi seorang Saksi Yehuwa, dipecat berarti ia hilang keselamatannya dan hubungan dengan kerabat keluarga dan teman-temannya terputus. Tidak percaya? Silahkan perhatikan komentar seorang mantan Saksi Yehuwa yang bernama Mas Handoko Gambirsari Senapati berikut ini dan untuk pembahasan detailnya mengapa Saksi-Saksi Yehuwa tidak boleh berpikir secara mandiri, silahkan klik di sini:
BUKAN NYA ANGGOTA SSY TIDAK MAU MEMERIKSA DAN MENGUJI KEABSAHAN ORGANISASI SSY TAPI MEMANG ANGGOTA SSY TERBAPTIS TIDAK BOLEH / DILARANG UTK MENGKRITISI AJARAN YG DIAJARKAN OLEH BADAN PIMPINAN PUSAT MELALUI SARANA MAJALAH MP, SEDARLAH, BUKU PANDUAN LAIN DARI ORGANISASI SSY... BILA SELALU MENGKRITISI DOKTRIN SSY MAKA DALAM PEMBAHASAN MP di sidang setiap minggu nya maka ORANG TERSEBUT TIDAK BOLEH KOMENTAR WALAU PUN DIA SUDAH MENUNJUKKAN TANGAN dan KEMUDIAN DITEGUR / DINASEHATI (DITEGUR NYA DIRUANG TERTUTUP / HANYA 4 ATAU 6 MATA) oleh PENETUA.. DAN BILA MASIH TERUS MENGKRITISI MAKA AKAN DIPECAT DARI KEANGGOTAAN SSY (di sini)
Ketiga, meskipun lembaga Menara Pengawal mengatakan proses tanya-jawab tersebut merupakan sebuah “Pelajaran” Menara Pengawal, tetapi sebenarnya bukanlah proses pelajaran melainkan internalisasi dan pembodohan karena bersifat “one way learning” yang kebenarannya harus diterima berdasarkan iman buta (blind faith) sehingga tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Metode yang demikian sama sekali tidak mengedepankan sebuah pembelajaran, melainkan pembodohan karena murni proses internalisasi di mana Saksi Yehuwa hanya menjawab sesuai dengan apa yang diinginkan Menara Pengawal tanpa boleh menyimpang dari doktrin ajarannya.

Proses internalisasi terhadap Saksi Yehuwa tidak hanya terjadi pada saat “Pelajaran” majalah Menara Pengawal. Tetapi juga proses internalisasi terjadi saat Pelajaran Alkitab Sidang yaitu metode yang sama dengan pelajaran Menara Pengawal; berupa tanya-jawab selama 30 menit.

Dan setelah Pelajaran Alkitab Sidang dilanjutkan dengan sesi Sekolah Pelayanan Teokratis selama 30 menit di mana beberapa Saksi Yehuwa sebagai pelajar memberikan presentasi singkat (seperti kotbah singkat) tentang suatu topik yang ditugaskannya. Dan acara terakhir, kotbah, adanya pertunjukkan dan wawancara atau sebuah sandiwara di mana satu orang berperan sebagai Saksi Yehuwa dan satu orang non-Saksi terlibat diskusi seputar topik Alkitab dan lain hal sehingga Saksi Yehuwa pandai berdiskusi saat berdinas door to door. Jadi jelas mengapa para Saksi Yehuwa pandai berdiskusi karena mereka memang mendapatkan pelatihan yang intensif. Menurut Mas Handoko, mantan Saksi, Sekolah Pelayanan Teokrasi sebenarnya merupakan pendidikan untuk membujuk orang menjadi Saksi Yehuwa.
PENDIDIKAN / SEKOLAH TEOKRASI ITU ADALAH PENDIDIKAN UTK MEMBUJUK RUMAH ORANG~ORANG YG DIDATANGI AGAR TERTARIK MENJADI ANGGOTA SSY... JADI SEMACAM DIBUAT SANDIWARA DAN DILAKUKAN DIMIMBAR SIDANG / GEREJA NYA SSY (di sini)
Internalisasi Dengan Penggunaan Metode Perilaku atau Psikoanalisis

Wikipedia mendefinisikan proses internalisasi sebagai sebuah proses konsolidasi dan penanaman keyakinan, sikap, dan nilai-nilai seseorang pada orang lainnya dengan melibatkan penggunaan metode perilaku atau psikoanalisis secara disengaja. Lalu di manakah dapat kita temukan proses internalisasi yang melibatkan metode perilaku atau psikoanalisis terjadi pada Saksi-Saksi Yehuwa? Proses internalisasi dengan penggunaan metode perilaku terjadi saat sesi Sekolah Pelayanan Teokrasi, yaitu saat seorang Saksi Yehuwa memberikan presentasi singkat di atas mimbar dan bermain peran (sandiwara) di mana satu orang berperan sebagai seorang Saksi Yehuwa dan seorang lainnya sebagai peminat. Bagaimana mungkin?

Di atas sudah saya jelaskan bahwa proses internalisasi sudah terjadi saat tanya-jawab dalam sesi-sesi di Perhimpunan Saksi Yehuwa. Ini tidak cukup sehingga perlu diinternalisasikan lebih mendalam sampai tingkat perilaku yaitu setiap Saksi Yehuwa diminta menyampaikan “pendapatnya sendiri” — sebenarnya bukan pendapatnya melainkan doktrin Menara Pengawal yang ditanamkan untuk dipercayainya — dipresentasikan secara singkat di depan mimbar. Proses presentasi singkat maupun sandiwara merupakan proses internalisasi dengan metode psikoanalisis. Tidak saja seorang Saksi Yehuwa ditanamkan doktrin melalui pikiran tetapi juga pikirannya itu diwujudkan dalam perilaku atau tindakan yaitu melakukan presentasi singkat ataupun bersandiwara. Dan di setiap sesi tersebut dipantau oleh kepala sekolah (penatua) agar proses presentasi maupun sandiwara sesuai dan tidak menyimpang dengan doktrin Menara Pengawal. Bagaimana jika tidak sesuai? Ya, kembali seperti proses tanya-jawab di atas yaitu ditegur dan jika bersikukuh akan dipecat.

Jadi apakah yang dapat kita simpulkan sejauh ini? Silahkan Saudara menyimpulkan sendiri apakah organisasi Menara Pengawal melakukan proses internalisasi doktrin kepada para anggotanya ataukah tidak. Bagaimana dibandingkan dengan proses kebaktian di gereja-gereja? Apakah terjadi proses internalisasi? Saya kira tidak. Tidak ada proses tanya-jawab apalagi presentasi singkat dan sandiwara. Jemaat hanya duduk manis mendengarkan pendeta berkotbah dan menimbang berdasarkan hati nurani dan Alkitab, apakah kotbah yang baru didengarnya itu masuk akal atau tidak. Terserah kepada jemaat untuk menerima atau menolaknya berdasarkan hati nuraninya. Sebaliknya, acara atau sesi kebaktian atau perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa penuh dengan proses internalisasi, bukan? Tidakkah ini mengerikan?

Dampak Proses Internalisasi Jangka Panjang

Apakah dampak jangka panjang dari proses internalisasi yang terjadi terhadap Saksi-Saksi Yehuwa? Coba renungkan dan posisikan diri Saudara sebagai seorang Saksi Yehuwa yang mendapatkan proses internalisasi doktrin — tidak hanya mendengar, tetapi juga bertanya-jawab, mempresentasikan dan berperan dalam sandiwara — secara terus menerus dan berulang-ulang. Satu hal yang pasti, yaitu karena topik presentasi dilakukan juga berulang-ulang maka jelas setiap Saksi Yehuwa sangat hafal ayat-ayat Alkitab. Jadi tidak aneh mereka pandai bolak-balik Alkitab di luar kepala. Mungkin tidur pun mimpinya berisi ayat-ayat Alkitab karena hidup mereka dipenuhi dengannya.

Kedua, karena Saksi-Saksi Yehuwa hanya menelan bulat-bulat atau istilahnya dicecokin oleh doktrin absolute Menara Pengawal tanpa boleh menyimpang ke kiri dan ke kanan (memakai kacamata kuda) maka semua Saksi memiliki pola pikir dan argumentasi yang sama dalam menyikapi sesuatu. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia karena mereka menikmati makanan rohani najis yang sama! Misalnya argumentasi mengenai Tritunggal. Pasti argumentasinya sama.

Nah, ini ketiga, lebih mengerikan yaitu setiap Saksi memiliki pola pikir “hitam vs putih”, “kita vs mereka” yang ekstrem di mana yang baik, suci, dan benar adalah doktrin Menara Pengawal sedangkan di luar itu semuanya jahat, najis/kafir dan sesat. Saya persilahkan Saudara membaca artikel Pola Pikir Saksi Yehuwa: Kasih Dan Benci dan Agama Saksi Yehuwa: Pemberita Kasih atau Kebencian untuk dapat memahaminya dampaknya lebih jelas terhadap Saksi-Saksi Yehuwa

Tentunya kita bertanya-tanya, mengapa sebuah grup kultus menekankan pola pikir hitam putih yang ekstrem ke dalam hati dan pikiran para anggotanya? Apakah manfaatnya?Artikel berikutnya akan membahas hal ini. Bagaimana pendapat Saudara?

Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12)

Artikel Terkait:
1. KETAATAN MUTLAK, PENGINJILAN, DUKUNGAN FINANSIAL
2. Nabi Palsu Berseru, "Kiamat, Kiamat, Kiamat!!"
3. Apakah Kaum Terurap Mesias Palsu?
4. Ajaran Saksi Yehuwa: Bidat Atau Sejati?
5. Saksi Yehuwa: Suatu Kultus Atau Rohaniwan Allah?
6. Membedakan Agama Kristen Sejati Dari Yang Palsu, Bagaimana?

.