Doktrin Keselamatan: Mewarisi Hidup Kekal, Bagaimana?

doktrin keselamatan Mewarisi Kehidupan Kekal
Mewarisi Kehidupan Kekal, Bagaimana?
APA YANG HARUS kulakukan untuk mewarisi kehidupan abadi? (NW) merupakan pertanyaan yang diajukan oleh seorang muda kaya kepada Yesus dalam sebuah perikop di Injil Markus 10:17. Bahkan sebenarnya pertanyaan sederhana itu menjadi pertanyaan seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini, bukan?

Saya percaya orang muda yang kaya ini memang benar-benar tulus dalam menanyakan jalan menuju kehidupan abadi atau kekal karena ketika ia mengajukan pertanyaan itu kepada Yesus, ia berlutut di hadapan Yesus. Sekalipun dia seorang yang kaya, mungkin berkedudukan tinggi dan juga berpengaruh namun dia mau merendahkan dirinya untuk memperoleh jawaban untuk sebuah pertanyaan yang krusial bagi setiap manusia yaitu tentang keselamatan.

Bahkan lebih dari pada sekedar kaya, saya juga percaya orang muda itu memahami teologi yang benar untuk mewarisi kehidupan kekal. Dari mana saya tahu? Dari pertanyaan yang diajukannya! Perhatikan kalimatnya yang berwarna merah: “Apa yang harus kulakukan untuk mewarisi kehidupan abadi?” Perhatikan kata “mewarisi” yang digunakannya. Terjemahan Baru terbitan LAI menerjemahkan “apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Saya percaya terjemahan LAI kata “memperoleh” tidak setepat terjemahan dalam bahasa Inggris, misalnya NIV, KJV dan lain-lain terjemahan, ataupun terjemahan Dunia Baru (TDB/NW) yaitu “mewarisi/inherit”. 

Pertanyaan orang muda kaya itu diajukan dengan kata “mewarisi” merupakan pemahaman yang sangat tepat dan benar secara teologi keselamatan dibandingkan dengan penggunaan kata “meraih/memperoleh/mendapatkan”. Mengapa sangat tepat dan benar? Sederhana, orang muda itu sudah memahami bahwa seseorang beroleh kehidupan kekal bukan karena ia mendapatkannya melalui sebuah usaha melainkan pemberian atau anugerah Allah semata melalui Yesus Kristus:

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16, LAI)
Ini selaras juga dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Apakah Arti Karunia Atau Anugerah?

Dalam konsep karunia atau anugerah keselamatan adalah “sang pemberi tidak berkewajiban memberi dan yang menerima tidak mempunyai hak” artinya Allah memberikan keselamatan kepada manusia bukan karena kewajiban-Nya memberi melainkan atas dasar belas kasihan-Nya. Sedangkan di pihak manusia sebagai penerima keselamatan dari Allah bukan karena ia berhak melainkan karena kasih Allah kepada manusia maka dianugerahi keselamatan. Meskipun manusia pada dasarnya tidak layak beroleh keselamatan tetapi dianugerahi keselamatan. Tidak ada kewajiban Allah memberi melainkan karena kasih Ia memberi. Tidak ada bagian usaha dari manusia untuk memperoleh keselamatan, tetapi dianugerahi. Ini namanya anugerah atau karunia.

Konsep karunia berbeda dengan “imbal-balik atau amal ibadah” yaitu “seseorang mendapatkan sesuatu karena ia melakukan sesuatu”. Konsep “imbal-balik atau amal ibadah” merupakan sistem upah dalam hubungan seorang pekerja dengan majikannya. Misalnya jika saya berbuat menghasilkan sesuatu maka saya berharap mendapatkan upah dari majikan saya. Ini merupakan konsep “imbal-balik atau amal ibadah”.

Keselamatan dari Allah adalah sepenuhnya anugerah, bukan imbal-balik! Konsep keselamatan melalui kasih karunia begitu sarat diajarkan oleh rasul Paulus, misalnya dalam Efesus 2:8-9 tersebut di atas. Silahkan klik artikel Keselamatan Kristen: Anugerah, Iman Dan Perbuatan untuk memahami lebih detail.


Relasi Anugerah Dan Warisan

Nah, ini yang menariknya dalam bahasan kali ini yaitu satu-satunya orang yang berhak untuk beroleh anugerah adalah hubungan antara seorang anak dengan bapanya, bukan relasi seorang budak atau pekerja upahan dengan majikan. Hanya seorang anak mendapatkan sebuah warisan dari bapanya. Dengan menggunakan kata “mewarisi”, orang muda kaya ini memahami bahwa untuk mendapatkan kehidupan atau keselamatan kekal adalah sesuatu hal yang tidak bisa diraih dengan kekuatannya sendiri, melainkan dianugerahkan. Dia tahu bahwa, bagaimanapun juga, hidup yang kekal itu adalah hal warisan. Warisan adalah sesuatu hal yang diberikan kepada seseorang, bukan karena hasil jerih payahnya. Oleh sebab itu, ia menggunakan kata yang sangat tepat dalam teologi keselamatan yaitu “mewarisi”, bukan “meraih/memperoleh/mendapatkan”.

Dan ini uniknya, yaitu untuk mendapatkan sebuah warisan dari seseorang membutuhkan persyaratan khusus yaitu suatu warisan hanya dapat diperoleh atas dasar hubungan Saudara dengan orang yang akan memberi Saudara warisan. Oleh karena itu, seseorang harus menjadi bagian dari anggota sebuah keluarga agar dapat mewarisi sesuatu, entah kedudukan sebagai anggota keluarga itu melalui kelahiran ataupun melalui adopsi atau pengangkatan sebagai anak. Jika Saudara tidak memiliki hubungan khusus dengan orang tersebut, maka Saudara pastinya tidak dapat memperoleh warisan darinya.

Oleh sebab itu, jika ingin memiliki hidup yang kekal dari Allah, orang muda yang kaya ini tahu bahwa dia harus memiliki hubungan yang sangat khusus dengan Allah untuk mewarisi janji Allah berupa kehidupan kekal. Dan secara teologi dia memang harus memiliki bentuk hubungan sebagai anak Allah, dan Allah menjadi Bapanya. Hal ini dikatakan oleh rasul Paulus dalam hubungan Allah sebagai Bapa dengan seluruh orang Kristen sebagai umat pilihan yang diangkat anak sehingga menjadi ahli waris bersama-sama dengan Kristus. Kitab Roma menerangkannya:


Sebab semua orang yang dipimpin oleh roh Allah, mereka ini adalah putra-putra Allah. Sebab kamu tidak menerima perasaan batin sebagai budak, yang menghasilkan perasaan takut lagi, tetapi kamu menerima perasaan batin sebagai orang yang telah diangkat menjadi putra, dengan perasaan batin itulah kita berseru, ”Abba, Bapak!” Roh itu sendiri memberikan kesaksian bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Jadi, jika kita adalah anak, kita juga ahli waris: benar-benar ahli waris Allah, tetapi sesama ahli waris bersama Kristus, asalkan kita menderita bersama dia agar kita juga dimuliakan bersama dia. (Roma 8:15-17)
Bagaimana Menjadi Anak-Anak Allah Sebagai Ahli Waris?

Bagaimana seseorang dapat menjadi salah seorang dari anak-anak Allah? Melalui proses “kelahiran kembali” oleh Roh Allah. Silahkan baca artikel Dilahirkan Kembali: Apa, Mengapa Dan Bagaimana? untuk lebih jelasnya. Tanpa dilahirkan kembali maka seseorang tidak dapat melihat apalagi masuk ke dalam Kerajaan Allah. Hal ini juga selaras dengan perkataan Tuhan Yesus: “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh. 3:5). Ya, benar, tanpa dilahirkan oleh Roh Kudus, seseorang tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Jelas apa yang dikatakan Yesus dengan Paulus saling terkait yaitu seseorang harus dilahirkan kembali untuk dapat diangkat menjadi anak-anak Allah karena hanya anak-anak Allah yang akan mewarisi kehidupan kekal (Yoh. 1:13, 3:5, Roma 8:15-17)

Jadi apakah Saudara adalah anak-anak Allah yang menjadi ahli waris atas janji Allah berupa kehidupan kekal? Jika tidak maka dapat dipastikan Saudara tidak akan mewarisi kehidupan kekal tanpa memiliki hubungan khusus dengan Allah yaitu diangkat sebagai anak Allah sebagai ahli waris maka Saudara akan dianugerahi kehidupan kekal!

Doktrin Sesat Dan Pembodohan Saksi Yehuwa: 2 Golongan

Teologi sesat Saksi Yehuwa dan bersifat pembodohan yang adalah pengajaran bahwa hanya 144.000 orang saja dilahirkan menjadi anak-anak Allah sedangkan jutaan anggota lainnya tidak. 144.000 orang ini disebut sebagai “kaum terurap” yang merupakan sesama ahli waris bersama Kristus mewarisi kerajaan surga sedangkan jutaan lainnya disebut “kawanan besar” dijanjikan hidup di bumi firdaus. Kita lihat dalam kutipan berikut ini:

Segenap 144.000 orang Kristen terurap yakin sepenuhnya bahwa mereka memiliki roh Allah. Dalam hal ini, Paulus menulis, ”Kamu menerima roh adopsi sebagai putra-putra, yang dengan roh itu kita berseru, ”Abba, Bapak!” Roh itu sendiri memberikan kesaksian dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Jadi, jika kita adalah anak-anak, kita juga adalah ahli-ahli waris: sungguh-sungguh ahli-ahli waris Allah, namun sesama ahli waris bersama Kristus, asalkan kita menderita bersama agar kita dapat juga dimuliakan bersama.” (Roma 8:15-17) Orang-orang Kristen terurap mempunyai semacam ikatan batin dengan Bapak surgawi mereka, perasaan yang dominan yang layaknya dimiliki seorang putra. (Galatia 4:6, 7) Mereka yakin sepenuhnya bahwa mereka telah diperanakkan oleh Allah menjadi putra rohani-Nya sebagai rekan sesama waris bersama Kristus dalam Kerajaan surgawi. Dalam hal ini, roh kudus Yehuwa memainkan peranan penting. (Menara Pengawal, 15/2/1998, hlm. 10)
Saya katakan sesat karena tidak ada satupun ayat-ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa kelahiran atau diperanakkan kembali oleh Roh Allah sebagai anak-anak Allah hanya terbatas kepada 144.000 orang. Di dalam seluruh Alkitab, sejumlah 144.000 orang hanya disebutkan dalam 2 bagian yaitu Wahyu 7:4-8 dan Wahyu 14:13. Dan jika Saudara baca ayat-ayat tersebut, tidak ada sama sekali pernyataan yang menghubungkan kelahiran kembali sebagai anak-anak Allah terjadi hanya pada 144.000 orang.

Nah, jika Anda seorang Saksi Yehuwa — mengaku percaya Alkitab dan mencintai kebenaran — kebetulan berkunjung blog ini, saya tantang Anda untuk menjawab pertanyaan:
Buktikan di mana ada ayat Alkitab yang menyatakan bahwa hanya 144.000 orang yang berhak dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah? Jika Saksi Yehuwa tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana ini membuktikan bahwa ajaran yang Anda terima adalah sesat alias tidak berdasarkan Alkitab.
Saya katakan ajaran Saksi Yehuwa tentang janji hidup di bumi firdaus adalah sebuah pembodohan yang menyesatkan karena 2 hal utama yaitu pertama, doktrin ini diciptakan oleh seorang nabi palsu, Joseph Rutheford, yaitu presiden ke-2 Lembaga Menara Pengawal yang bernubuat palsu kebangkian nabi-nabi Perjanjian Lama (klik di sini untuk bukti nubuat palsu tersebut). Silahkan klik juga artikel Ajaran Sesat: Hidup Kekal Di Bumi untuk membuktikan betapa mustahilnya janji tersebut tergenapi. Tidak mungkin nabi palsu menghasilkan doktrin yang berdasarkan Alkitab karena tujuan utamanya menyesatkan dan menjauhkan manusia berbakti kepada Allah yang benar.

Kedua, anggaplah ajaran hidup di bumi firdaus Saksi Yehuwa benar; pertanyaannya adalah bagaimana mungkin hidup di bumi firdaus tanpa mewarisi kehidupan kekal yang dijanjikan Allah diberikan hanya kepada anak-anak-Nya?

Kesimpulan: Apakah akibatnya bagi orang-orang yang tidak mengalami kelahiran kembali untuk menjadi anak-anak Allah? Jelas jutaan Saksi Yehuwa tidak memiliki pengharapan untuk hidup kekal karena mereka bukanlah ahli waris yang mewarisi kehidupan kekal. Hanya anak-anak Allah yang mewarisi kehidupan kekal.

Doktrin sesat Saksi Yehuwa menjadi lebih jelas lagi sesatnya ketika mengajarkan bahwa Yesus tidak menebus dosa-dosa manusia sehingga praktis Saksi Yehuwa tidak beroleh penebusan dosa. Tidak memperoleh penebusan dosa secara otomatis tidak mengalami pengampunan dosa sehingga masih berada di bawah hukuman dosa dan kematian (Roma 8:1-2). Jadi tidak aneh jika setiap Saksi Yehuwa tidak memiliki kehidupan kekal karena bukan anak-anak Allah dan Kristus tidak menebus dosa mereka.

Bagaimana pendapat Saudara artikel Mewarisi Hidup Kekal, Bagaimana?

Soli Deo Gloria.

Yesus menjawab, “Sesungguh-sungguhnya aku mengatakan kepadamu: Jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.” (Yoh. 3:5, NW)

Artikel Terkait:
1. Apakah Yesus Menebus Dosa Manusia?
2. Makna Perjamuan Malam Tuan: Roti Dan Anggur
3. DILAHIRKAN KEMBALI (YOH. 3:1-15): Apa, Mengapa & Bagaimana?
4. Bagaimana Hidup Kekal Di Bumi Firdaus?

1 comment :

  1. Angka 144.000 nya dicomot, perinciannya dibuang. Bagaimana jika perincian suku-suku Israel tsb bukan kiasan? Jutaan orang digiring ke neraka gara-gara modifikasi kitab why.

    Bagian sangkakala jg sdh dipermak abis, terutama sangkakala ketujuh, yg anehnya tdk standar/sudah dibumbui. Setiap saksi menciptakan varian sangkakala ketujuh sesuai seleranya, tapi intinya sama adl sangkakala ketujuh ditujukan ke susunan kristen.

    Bagian sangkakala dimanfaatkan untuk menakut-nakuti calon korban baru "ini loh akibatnya jk anda tidak masuk ssy" lalu diberi rasa aman "firdaus baru". Tinggal pilih, kena akibat sangkakala atau lolos menuju firdaus baru bareng bahtera ssy. Tentu hanya dua pilihan curang, tidak dikasi pilihan ketiga (agamanya yg lama). Sebuah trik kotor organisasi sesat yg sederhana tapi ampuh. Semakin mengerikan sangkakala ketujuhnya, semakin mudah calon korban takluk dan taat kpd omongan pemberi janji firdaus baru.
    Pelajaran kitab wahyu adl kurikulum wajib, diawal2 bergabung.

    Bagian penting lain yg dibuang adl meterai di dahi. Rasul Yoh jelas melihat meterai itu seperti apa bentuknya namun disembunyikan agar tdk dimanfaatkan pihak2 yg berniat busuk seperti ssy.

    Betapa jahatnya ssy ini, bahkan kaum tuna rungu pun dijadikan target empuk, dgn melatih para saksi bahasa isyarat. Bayangkan betapa shock- nya hidup seseorang ssy yg tunarungu, stlh tahu fakta sebenarnya dr blog ini.

    Salam
    AS

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.