DILAHIRKAN KEMBALI (YOH. 3:1-15): Apa, Mengapa & Bagaimana

APA ARTI DAN BAGAIMANA LAHIR BARU
LAHIR BARU? APA DAN BAGAIMANA?
APAKAH ARTI ”dilahirkan kembali atau lahir baru” bagi seorang Kristen? Bagaimana terjadinya? Mengapa perlu? Banyak orang Kristen kurang memahami arti ”dilahirkan kembali” yang sesungguhnya, seperti juga Nikodemus bertanya kepada Yesus, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” (Yoh. 3:4).

Nikodemus salah mengerti pernyataan Kristus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh. 3:3)

Nikodemus berpikir secara lahiriah yaitu seseorang yang sudah tua tentulah tidak mungkin masuk kembali ke dalam rahim ibunya lagi untuk dilahirkan kembali. Nikodemus sungguh berpikir secara kedagingan; menurut logika manusia sehingga Tuhan Yesus perlu mengulangi lagi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” (Yoh. 3:5-6)

Nah, dalam artikel kali ini saya akan men-sharing pembelajaran yang saya ketahui seputar isu “Dilahirkan Kembali: Apa, Mengapa Dan Bagaimana“ untuk mendewasakan iman kita bersama.

Apa Itu “Dilahirkan Kembali“?

Tidak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan konsep “dilahirkan kembali atau lahir baru“ seperti yang diajarkan oleh Alkitab. Oleh sebab itu, konsep ini merupakan ajaran yang unik dan satu-satunya dari kekristenan saja. Dan setiap orang harus dilahirkan kembali untuk dapat melihat ke dalam Kerajaan Allah. Ya, benar, jangankan masuk ke dalam Kerajaan Allah, tanpa lahir baru, melihat Kerajaan Allah saja tidak akan dialaminya (Yoh. 3:3,5).

Kata “dilahirkan kembali” dalam bahasa aslinya “gennao anothen” yang secara harafiah berarti “born from above atau lahir dari atas.” Dalam konteks budaya Yudaisme, istilah kata “anothen“ bukanlah hal yang asing karena istilah itu telah dikenal dalam pengajaran para rabi, di mana kata “above” dalam agama Yahudi merupakan sebuah keterangan yang menunjuk pada keberadaan Tuhan yang ada di atas yaitu sorga dan di bawahnya yaitu dunia. Jadi sebetulnya, maksud Yesus jelas yaitu dalam pengertian rohani, yaitu kelahiran yang dikerjakan oleh Allah (yang di atas) sendiri, bukan pekerjaan manusia apalagi kelahiran secara lahiriah.

Semestinya Nikodemus — sebagai seorang rabi dan pengajar — mengerti maksud Yesus, tetapi sayangnya “tidak” sehingga Yesus menegurnya (ayat 10). Yesus mengatakan tentang “kelahiran kembali” kepada Nikodemus karena apa yang diketahui dan pengenalan Nikodemus akan Kitab Suci,  ketaatan menjalankan hukum Taurat, statusnya sebagai bangsa Israel, umat pilihan Allah bahkan kesetiaan menjalankan tradisi leluhurnya yang semuanya dikategorikan sebagai perbuatan baik ternyata tidaklah cukup untuk mendapatkan hidup kekal. Nikodemus memiliki kebutuhan yang melampaui itu. Dia memerlukan perubahan hati, suatu transformasi rohani yang hanya dapat diperoleh melalui “kelahiran kembali atau lahir baru“; yaitu pekerjaan Allah Roh Kudus atas orang percaya berdasarkan anugerah, bukan perbuatan baik, untuk beroleh hidup kekal.
Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Titus 3:5)
Dan di dalam Yohanes 1:12-13 mengindikasikan  bahwa “lahir kembali” juga berarti “menjadi anak-anak Allah” melalui percaya dalam nama Yesus Kristus. Sedangkan rasul Paulus menggunakan istilah “diangkat menjadi putra atau anak” (adopsi):
Sebab kamu tidak menerima perasaan batin sebagai budak, yang menghasilkan perasaan takut lagi, tetapi kamu menerima perasaan batin sebagai orang yang telah diangkat menjadi putra, dengan perasaan batin itulah kita berseru, ”Abba, Bapak!” (Roma 8:15, NW)
Ya, semua manusia membutuhkan ”kelahiran kembali” untuk dapat melihat dan masuk dalam Kerajaan Allah. Dan tidak ada satu pun pernyataan Alkitab yang mengindikasikan ”lahir baru” hanya hak sekelompok orang dalam jumlah tertentu. Yesus mengatakan ”jika seseorang” (ayat 3) memaksudkan kepada siapapun dapat ”lahir baru”.

Mengapa Perlu “Dilahirkan Kembali“?

Karena konsep ini begitu penting, maka secara logika muncul pertanyaan, “Mengapa seseorang perlu dilahirkan kembali?” Untuk memahami konsep dilahirkan kembali, kita perlu memahami dulu konsep hakikat manusia. Alkitab mengajarkan bahwa manusia bukan hanya sekedar makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah.

Sebagai makhluk jasmaniah tentunya pembaca mengerti maksudnya, bukan? Jika mengerti, saya akan membahas tentang aspek roh yang kerap diabaikan karena roh (makhluk rohaniah) tak terlihat oleh mata secara fisik. Tetapi, Alkitab sangat jelas menyatakan bahwa kita semua juga adalah mahkluk-mahkluk rohani. Alkitab menyatakan bahwa ketika seseorang mati, hanya tubuh jasmaniahnya yang kembali menjadi tanah (Kej. 3:19), sedangkan rohnya tetap ada dan kembali kepada sang Pencipta yang mengaruniakannya (Pkh 12:7) untuk mendapatkan penghakiman di hadapan-Nya (Ibr. 9:27).

Nah, meskipun secara tubuh jasmaniah manusia masih terlihat sehat dan hidup, tetapi semua manusia sebenarnya sudah mati secara rohani; baik karena dosa yang kita perbuat maupun dosa warisan sehingga menyebabkan hubungan kita dengan Allah terputus. Kematian secara rohani ini dituliskan oleh Paulus di Efesus 2:1-3:
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Jelas Paulus tidak memaksudkan tulisannya pada kematian tubuh secara fisik karena suratnya ditujukan kepada orang-orang yang secara jasmaniah masih hidup, bukan? Tetapi ia memaksudkan “mati secara rohani” yaitu “mati karena pelanggaran dan dosa-dosa”. Jadi dosa membuka pintu menuju kepada kematian rohani (bandingkan Roma 5:12). Mati rohani berarti memiliki sifat dosa dalam roh.

Dan ajaran Paulus akan kondisi manusia yang berdosa begitu banyak kita jumpai di dalam surat-suratnya. Misalnya, Roma 3:23, Paulus menuliskan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

Apa yang menyebabkan manusia berdosa atau mati secara rohani? Alkitab tidak saja mengajarkan bahwa manusia mewarisi dosa Adam (Roma 5:12) tetapi juga akibat dari dosa warisan itu maka secara natur sifat daging manusia itu lemah terhadap keinginan dosa yang berkuasa atas manusia sehingga kecenderungan manusia adalah melakukan dosa. Dan kehendak atau keinginan daging yang ada di dalam kita lebih kuat dari keinginan roh. Hal ini dikatakan oleh Tuhan Yesus di Markus 7:38
Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.
Berdasarkan Markus 7:38 bahwa roh manusia itu penurut, suka akan hukum Allah tetapi daging manusia itu lemah terhadap keinginan dosa yang berkuasa atasnya. Dan jelas keinginan daging dan Roh saling bertentangan sebagaimana dikatakan dalam pergumulan Paulus :
Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (Galatia 5:17).
Mudah-mudahan sekarang menjadi jelas bahwa meskipun secara jasmaniah manusia terlihat sehat, tetapi berkenaan dengan rohaninya tidaklah demikian. Secara rohani, manusia sudah terpisah atau terputus hubungannya dengan Allah karena dosa-dosanya; baik dosa warisan ataupun perbuatan.

Nah, jika kita sudah memahami konsep di atas maka kita dapat menjawab pertanyaan “mengapa manusia perlu dilahirkan kembali?” Karena Allah adalah kudus dan kita manusia adalah berdosa dan mati secara rohani, tidaklah mungkin dapat dipersatukan. Kita adalah seteru Allah. Ya keinginan Roh dengan kita saling bertentangan. Dan hukuman manusia adalah maut (Roma 6:23); yaitu keterpisahan dengan Allah secara kekal. Oleh karena itu, agar supaya dosa-dosa manusia diampuni, hubungannya dengan Allah harus dipulihkan kembali, dan dibebaskan dari hukuman dosa dan maut, maka kita secara rohani perlu “dilahirkan kembali”. Dengan demikian, yang tadinya kita mati secara rohani dapat memiliki hubungan yang dipulihkan dengan Allah sehingga kita tidak hidup menurut daging yang adalah maut, tetapi menurut Roh yaitu hidup. Dengan mengalami lahir baru maka Roh Allah akan diam di dalam hati orang percaya sampai selama-lamanya. Ya, Roh Allah hanya mau diam dan tinggal di dalam hati orang yang telah dilahirkan kembali oleh-Nya saja. Hal ini dikatakan oleh Paulus di Roma 8:1-12:
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu. Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa !" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Jika kita sudah mengerti betapa pentingnya kita perlu “dilahirkan kembali”, timbul pertanyaan bagaimana jika seseorang tidak “dilahirkan kembali”? Nah, akibatnya adalah kebalikkan dari Roma 8 itu. Yaitu orang itu masih berada di bawah hukuman dosa dan maut dan masih menjadi seteru Allah karena masih hidup dalam daging sehingga ia akan mati secara kekal. Jadi apakah Saudara sudah lahir baru? Jika tidak, maaf. Alkitab mengatakan Saudara secara rohani masih berada di bawah hukum dosa dan maut dan akan beroleh hukuman!

Mungkin dari antara pembaca blog ini mengatakan, “Meskipun saya tidak mengalami lahir baru, tetapi saya berusaha melakukan kehendak Allah Yehuwa dan menyenangkan hati-Nya. Ini saja sudah cukup”.

Saya telah menjelaskan di atas bahwa Alkitab mengajarkan bahwa roh manusia berada di bawah kuasa dosa dan memiliki sifat dosa sejak lahirnya sehingga kita tidak mampu berbuat hal yang baik meskipun kita ingin. Kita baca pergumulan Paulus di Roma 7:13-26. 
Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
Demikian juga Yesaya — seorang nabi yang pastinya memiliki hubungan yang khusus dengan Allah — menulis bahwa kesalehannya seperti kain kotor dan kejahatannya seperti daun akan dilenyapkan (Yesaya 64:6). Jika Yesaya, seorang nabi yang tentunya sangat saleh saja mengakui bahwa kesalehannya seperti kain kotor, apalagi kita, bukan? Jadi meskipun kita pikir dan berusaha melakukan hal-hal yang baik, positif dan suci tetapi tetap saja di dalam penilaian Allah tetap najis karena sudah berada di bawah kuasa dosa sehingga sebagai manusia tidak ada sesuatupun yang baik. Ini adalah apa yang dikatakan Paulus dan pada akhirnya Paulus bersyukur bahwa keadaannya itu dibebaskan oleh Yesus Kristus. 

Paulus berkata, “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”, sedangkan, Tuhan Yesus mengatakan inti yang sama kepada Nikodemus dengan pernyataan yang berbeda dari Paulus yaitu “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh”. Apa maksudnya?

Seseorang yang belum dilahirkan kembali berarti mati secara rohani, maka ia tak dapat diselamatkan melalui upaya pembaruan-dirinya sendiri secara lahiriah — yaitu dengan mencoba melakukan kehendak Allah dan menyenangkan hati-Nya berupa; perbuatan baik, amal saleh maupun menginjil sekalipun yang nampaknya luarnya melakukan perintah Yesus (Mat. 28:19-20) — tak peduli betapa kerasnya ia berusaha. Perdamaian dengan Allah diperlukan lebih dulu dan hanya dapat dilakukan oleh Yesus Kristus sebagai pengantaranya karena mengorbankan diri-Nya sebagai korban tebusan (1 Tim. 2:5-6), bukan hanya berupa perbuatan baru secara lahiriah. Saudara dapat mendandani seseorang yang sakit rohani/jiwa dengan membersihkannya, menyemprotkan parfum, dan mengenakan pakaian yang indah padanya agar terlihat cantik, tetapi sebenarnya hanyalah orang yang dibersihkan secara lahiriah! Masalah rohaninya tetap sama; ya sakit jiwa. Dan keadaan itu tak akan lama berlangsung sebelum baunya hilang dan akhirnya ia kembali kepada penyakit asalnya.

Hal yang sama terjadi pada orang-orang yang tak pernah dilahirkan kembali. Mereka dapat saja dibersihkan di bagian luar, tetapi di dalamnya tetap kotor seperti sebelumnya. Yesus berkata kepada ahli Taurat dan Farisi pada zaman-Nya,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (Matius 23:25-28).
Perkataan Yesus adalah gambaran yang sesuai bagi semua orang religius tetapi tak pernah mengalami kelahiran baru dari Roh Kudus. Peristiwa kelahiran kembali menjadikan orang bersih di dalam dirinya, tidak hanya di bagian luarnya saja.

Bagaimana Dan Kapan Manusia “dilahirkan kembali”?

Sekarang pertanyaan terakhir adalah bagaimana dan kapan hal itu dapat terjadi? Alkitab tidak jelas menyatakan kapan seseorang dilahirkan kembali sehingga ada 2 pendapat yang berbeda; ada yang berpendapat sebelum dan ada yang berpendapat sesudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya dengan argumennya masing-masing. Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan hal ini karena bisa saja terjadi sebelum ataupun sesudah bahkan bersamaan. Siapakah yang tahu karena ini adalah pekerjaan Roh Kudus dan bersifat rohani, bukan?

Tetapi satu hal yang pasti yaitu seseorang yang sudah lahir baru pasti menghasilkan buah-buah Roh yang dijelaskan di Galatia 5:22-23
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Buah Roh Kudus adalah hasil dari berperannya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristen. Salah satu tujuan utama tinggalnya Roh Kudus ke dalam hidup orang percaya adalah untuk mengubah kehidupan itu. Adalah pekerjaan Roh Kudus untuk menyesuaikan kita dengan gambar Kristus, membuat kita menjadi lebih serupa dengan Dia.

Bagaimana seseorang “dilahirkan kembali”? Efesus 2:8-9 menjelaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Yang pastinya ketika seseorang telah beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya maka pasti dia dilahirkan kembali baik sebelum beriman ataupun setelahnya; dilahirkan secara rohani, dan sekarang orang itu menjadi anak Allah karena dilahirkan kembali. Ya, hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai patokannya, Dia yang telah membayar hukuman dosa di kayu salib, berarti seseorang adalah “ciptaan baru” secara rohani. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru . . . ” (2 Korintus 5:17a)

Demikian juga Yohanes 1:12-13 mengatakan bahwa barang siapa yang percaya kepada Yesus adalah orang-orang yang diperanakkan secara rohani oleh Allah sehingga menjadi anak-anak Allah
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Jadi sebenarnya, “kelahiran kembali” berhubungan dengan seseorang yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Lihat artikel saya di Makna Hadiah Kelahiran Dan Persahabatan Yesus untuk detailnya. Ya, yang pastinya seseorang akan “dilahirkan kembalisebelum atau sesudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya!

Nah, pertanyaan besarnya adalah sudahkah Saudara menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dengan berdoa memohon pengampunan kepada-Nya sehingga Saudara dapat lahir baru? Jika belum, renungkan dan pikirkan hal ini dengan baik agar Saudara bebas dari hukuman kekal. Saya persilahkan Saudara membaca artikel saya di Makna Hadiah Kelahiran Dan Persahabatan Yesus untuk contoh doanya dan kaitannya dengan artikel ini.

Saya sungguh berharap agar renungan akan Dilahirkan Kembali: Apa, Mengapa Dan Bagaimana dapat menjadi berkat bagi semua orang. Hendaklah kita sungguh-sungguh menyikapinya dengan sikap hati dan pengertian yang benar akan makna dari dilahirkan kembali karena hal ini menyangkut kehidupan kekal bersama Kristus di surga atau hukuman kekal di neraka. Pilihan sungguh berada di tangan Saudara.


Saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2013 kepada pembaca blog ini, semoga kasih setia Kristus yang sejati melalui kuasa Roh Kudus boleh mengalami lahir baru dan kasihnya selalu baru setiap hari; dari sekarang sampai selama-lamanya. AMIN

Artikel Terkait:
1. Berdamai dan Mengatasi Dosa Masa Lalu: Bagaimana?
2. Apakah Saksi Yehuwa Umat Kristiani?
3. Menjadi Sahabat Yesus Menurut Saksi Yehuwa




Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh (Yoh. 3:5-6)


Referensi:
1. http://golgothaministry.org/yohanes/yohanes-3_1-8.htm
2. http://www.gotquestions.org/Indonesia/Kristen-lahir-kembali.html
3. http://www.jesus-is-savior.com/Basics/ye_must_be_born_again.htm

No comments :

Post a Comment

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.