Bagaimana Sikap Saksi Yehuwa Terhadap Murtad yang Meninggal?

doktrin dan peraturan saksi yehuwa mirip dengan apa yang terjadi dalam pemahaman agama islam yang dianggap murtad
MENJELANG PEMILIHAN KEPALA Daerah (PILKADA) Jakarta putaran ke-2 banyak terjadi hal yang aneh-aneh dalam upaya untuk menjegal Basuki T Purnama (Ahok) dengan menghembuskan dan mempermainkan SARA, khususnya sentimen agama.  

Salah satu contohnya permainan SARA dapat dilihat adanya spanduk di bertuliskan “Masjid Ini Tidak Mensholatkan Jenazah Pendukung & Pembela PENISTA AGAMA”, artinya seorang Muslim yang memilih Ahok dalam pilkada 2017, didakwa sebagai penista agama Islam,  sebagai gubernur DKI Jakarta maka ia tidak akan disholatkan sebagai seorang Muslim ketika ia meninggal. Bahkan Novel Chaidir Hasan Bamukmin, Sekjen DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, mendukung sikap pengurus masjid dan musala di Jakarta menolak mengurus kematian, menolak menyalatkan, dan menolak mendoakan jenazah warga Muslim.

Mungkin bagi kita yang berpikiran normal akan berpikir bahwa apa yang dilakukan [pelarangan itu] oleh sekelompok orang tersebut sungguh menggelikan dan tidak masuk akal, bukan? Bagaimana pilihan seorang Muslim dalam sebuah pilkada dapat mengkualifikasikan dirinya menjadi seorang non-Muslim atau murtad. Saya katakan ia dianggap murtad karena ia tidak beroleh fasilitas seorang Muslim yaitu disyolatkan saat meninggal oleh komunitasnya sendiri.

Namun demikian, tahukah Anda bahwa seorang Saksi Yehuwa yang dipecat dan dianggap telah murtad oleh organisasi Saksi Yehuwa juga akan melakukan hal yang mirip dengan kelompok Muslim tersebut? Maksudnya begini jika seorang Saksi Yehuwa dipecat dan dianggap murtad maka seluruh jemaat sidang tidak akan berbicara, berteman ataupun hanya sekedar menyapa “hello” saat kebetulan bertemu dengannya. Dan orang tua atau keluarga dekatnya sekalipun hanya akan berhubungan dengannya secara terbatas. Silahkan baca artikel:


Bagaimana jika si Murtad tersebut meninggal dunia? Peraturan tersebut di atas tetap berlaku meskipun ia telah meninggal. Artinya ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir oleh sahabat-sahabatnya, para Saksi Yehuwa; jangan berharap penatua atau teman-temannya sesama Saksi berkunjung, bernyanyi atau memberikan kesan-kesan kenangan selama mereka berinteraksi dengannya di pemakamannya. Berikut keterangan dari majalah Menara Pengawal:

Dalam "Pertanyaan dari Pembaca" (Menara Pengawal, 1961, hlm. 544) menjalankan sebuah pemakaman bagi seorang yang telah dipecat tidaklah tepat. Komentar dibuat: "Kami tidak ingin memberikan kesan kepada orang luar bahwa orang yang dipecat diterima di dalam sidang ketika kebenaran dan faktanya ia tidak diterima tetapi telah dipecat." . . . . Sidang Kristen tidak ingin nama baiknya ternoda dengan berhubungan kepada siapapun di mana 2 Yohanes 9,10 berlaku,  bahkan ketika mereka telah mati."

In "Questions from Readers" (The Watchtower, 1961, p. 544) the position was taken that a funeral for a disfellowshiped person was improper. The comment was made: "We never want to give the impression to outsiders that a disfellowshiped person was acceptable in the congregation when in truth and in fact he was not acceptable but had been disfellowshiped from it." . . . . A Christian congregation would not want its good name besmirched by having it associated with any to whom 2 John 9, 10 applied, even in their death. (Watchtower 1 Jun 1977, p.347)
Bagaimana perlakuan orang Kristen sejati dalam kasus yang sama? Saya ingin menceritakan tentang pemakanan Kristen ibu mertua saya beberapa tahun yang lalu. Ibu saya itu dibaptis dan menjadi anggota suatu denominasi  (sebut saja gereja dan denominasi A). Suatu hari ia memutuskan untuk pindah ke gereja  berdenominasi B karena ia merasa iman dan pemahamannya bertumbuh lebih baik di gereja B. Lalu bagaimana perlakuan teman dan pendetanya dari gereja A ketika ia meninggal? Teman-teman dan pendetanya melayat ke pemakamannya. Mereka memberikan sebuah kesaksian kenangan tentang iman dan perilaku positif ibu saya semasa ia masih hidup berinteraksi dengan mereka. Pilihannya untuk pindah dari gereja A tidaklah dianggap sebagai seorang yang murtad [oleh gereja A] karena pindah gereja bukanlah berarti ia bukan Kristen. Ia tetaplah seorang Kristen sejati karena hubungannya adalah dengan Kristus langsung, bukan organisasi gereja. Inilah indahnya menjadi sesama tubuh Kristus. Saya percaya pengalaman ini terjadi dihampir seluruh gereja dan denominasi Kristen sejati di manapun tempatnya.   

Inilah kasih yang sejati menurut saya. Tidak seperti menjadi anggota Saksi Yehuwa. Meskipun mengaku Saksi Yehuwa memiliki kasih Kristen tetapi kasihnya itu sangat kondisional. Kasih diberikan sepanjang ia tetap setia berada dan menjadi anggota Saksi Yehuwa. Jika ia keluar dari keanggotaannya berdasarkan hati nuraninya sendiri maka kasih itu ditarik dan semua anggota dan kerabatnya diminta untuk menjauhinya karena dianggap najis seperti orang kusta.

Bagaimana pendapat Anda tentang artikel Bagaimana Sikap Saksi Yehuwa Terhadap Murtad yang Meninggal?

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Rekomendasi Artikel:

1. Saksi Yehuwa: Penyembah Berhala Modern
2. Mengungkap Organisasi Allah Berkedok Agama Kristen
3. Fakta Saksi Yehuwa: Suatu Kultus Dan Nabi Palsu
4. Saksi Yehuwa Pemberita Injil Sejati Atau Palsu?
5. Siapakah AntiKristus (1 Yohanes 2:22)?


Note: Per 31/7/2017 artikel ini saya rubah sedikit agar tidak terjadi salah persepsi dan dapat dipahami lebih baik bagi pembaca blog ini.

19 comments :

  1. Sy kutip lg akhir paragraf terbitan MP diatas " Sidang Kristen tidak ingin nama baiknya ternoda dengan berhubungan kepada siapapun di mana 2 Yohanes 9,10 berlaku, bahkan ketika mereka telah mati." Saya undang badan pimpinan/budak setia & bijaksana atau anggota ssy yg kompeten untuk menjelaskan hal ini karena sy bingung akan mulai dari mana saking banyaknya pertanyaan berkecmuk atas "kekonyolan yg tdk lucu" ini kl tdk boleh sy bilang sbg "kebiadaban"
    Saudara2ku dari "kawanan besar", sy mohon renungkan baik2. Saudara hanya perlu sedikit memakai akal sehat, akal budi, dan hati nurani saudara. Tdk akan banyak menguras enrgi dan pikiran hanya untuk menyimpulkan bahwa ajaran tdk waras ini mustahil berasal dari urapan Tuhan Yesus sendiri. Yg saudara perlukan hanyalah membuka hati dan pimiran yg jernih.
    Bukankah banyak bertebaran di Alkitab pengajaran tentang pengampunan, perumpamaan anak yg hilang, bahwa Yesus dtg untuk menyelamatkan org2 yg berdosa, bukannya memisahkan org2 yg "merasa" tdk berdosa. Bahkan Yesus mengajar untuk mengasihi musuhmu dan ahkan mendoakannya ? Hanya butuh logika yg sesederhana itu wahai saudara2ku ssy yg kukasihi..
    Saya meramalkan beberaps tahun mendatang badan2 pimpinan akan merevisi ajaran pengucilan ini karena sdh menjadi olok2 banyak org yg masih punya hati nurani. Ssy akan mengalami kemunduran karena ajaran tdk waras ini (kl tdk boleh sy katakan gila). Tentu saja dengan argumentasi yg terlihat manis. Anda tdk harus mempercayai ramalan sy, sy org kristen biasa, bukan kaum terurap. Hanya percaya dgn Tuhan Yesus anda akan beroleh keselamatan

    ReplyDelete
  2. Blogspotnya gak mutu krn gak ada bukti Alkitab. Tanpa bukti dari ayat2 Alkitab yg mendukung, ini hanya pendapat dari org pribadi yang sentimen pada SSY dan sengaja ingin menanamkan kebencian pada SSY. Walaupun SSY sering menggungkapkan doktrin palsu dari beberapa Susunan Kristen, SSY tidak membenci pada penganutnya. Mereka menyayangi sesama manusia. SSY benci doktrin palsu, bukan manusianya. Kalau blog ini mengarahkan kebencian termasuk pada manusia SSY.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear sdr anonymous,

      Anda mengatakan blog ini tdk bermutu krn tdk ada bukti ayat2 alkitab. Cb perhatikan komentar sy diatas sy ambil contoh pengajaran Tuhan Yesus mengenai pengampunan yg juga bersumber dr Alkitab. Apa karena tdk sy cantumkan ayatnya berarti tdk bersumber dr Alkitab ? sy curiga, yg anda pelajari slm ini Alkitab atau hanya tabloid menara pengawal ?

      Informasi bs dibilang gak mutu kl dibangun tdk berdasar bukti2 yg nyata shg hanya berisi fitnah. Anda baca blog ini baik2, semua didasarkan bukti2 dari publikasi SSY sendiri. Rasakan bedanya dgn isi majalah MP, yg berisi tuduhan dan fitnah thd denominasi kristen, negara, dan apapun dari sistem dunia ini mereka anggap salah krn dikuasai iblis.

      Anda katakan susunan kristen berisi doktrin palsu krn anda hanya belajar dari organisasi SSY sendiri dan menutup diri dari sumber yg lain. SSY hanya bs mengkritik tp merasa risih bila dikritik. Sy paham, kebohongan tdk akan tahan terhadap kritikan. Bgmn jadinya bila semakin bermunculan ajaran2 palsu tapi tdk boleh dikritik ?

      Salam kasih Tuhan Yesus,
      Permana Gandhi

      Delete
  3. Selamat malam dan selamat bertemu lagi Bpk Awi. Belakangan ini saya perhatikan Bpk menulis beberapa artikel tentang berbagai keadaan/ kejadian yg berhubungan dg situasi politik atau pilkada di DKI dan menghubungkan itu ke SSY dg tujuan utk mendiskreditkan SSY. Setelah membaca artikel-artikel tsb saya kembali diteguhkan betapa Bpk Awi memang seorang propagandis yg sangat ‘lihai’ dlm mendiskreditkan SSY.

    Karena contoh-contoh yg digunakan atau ‘dicocok-cocokkan’ adalah ‘ajaran atau praktek atau kepercayaan’ SY yg berdasarkan Alkitab tp ‘dilihat/ disajikan’ dari sudut pandang atau penafsiran Bpk Awi yg notabene bukan dan tidak pernah menjadi SY sebaliknya justru adalah seorang pembenci SY.

    Dan spt biasa, utk membuktikan kebenaran tuduhannya Bpk Awi mengutip artikel tertentu dari publikasi MP. Namun sbgmn yg sudah-sudah, kutipannya itu dipilih secara selektif dan diluar konteksnya sehingga pengertiannya menjadi sesuai dg tujuan yg ingin dicapai oleh Bpk Awi, yaitu menghasilkan “potret” yg sangat jelek utk mendiskreditkan SSY.

    Perkenankanlah saya menanggapinya. Sbg contoh dlm artikel ini :
    https://saksi-saksi-yehuwa.blogspot.co.id/2017/03/bagaimana-sikap-saksi-yehuwa-terhadap-murtad-yang-meninggal.html

    1. Bpk Awi tulis : “Namun demikian, tahukah Anda bahwa seorang Saksi Yehuwa yang dipecat dan dianggap telah murtad oleh organisasi Saksi Yehuwa juga akan melakukan hal yang mirip dengan kelompok Muslim tersebut? … Bagaimana jika si Murtad tersebut meninggal dunia? Maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal. Jangan berharap penatua akan menyampaikan sebuah khotbah penghiburan atau teman-temannya sesama Saksi berkunjung, bernyanyi atau memberikan kesan-kesan kenangan selama mereka berinteraksi dengannya di pemakamannya.”

    SAYA JAWAB : Benarkah pernyataan/tuduhan Bpk Awi ini? Berikut ini saya sertakan kutipan dari publikasi MP yg berhubungan dg situasi tsb :

    “But suppose a disfellowshiped person had been giving some evidence of genuine repentance and had been coming to the meetings and manifesting a desire to be reinstated in the congregation. Then, if the elders felt that it would not disturb the peace and harmony of the congregation nor bring reproach upon God’s people, THERE WOULD BE NO OBJECTION TO AN ELDER‘S GIVING A TALK. How are they to know whether Jehovah has already forgiven him or not, since there is some evidence of repentance? Properly, the elders may have been waiting, wanting to make sure that his seeming repentance was sincere. Obviously, each case being different, it would need to be judged on its own merits. Of course, if a funeral talk is given, care would need to be taken not to dwell on personal matters nor to make any positive statements about whether he will be resurrected. But a fine Scriptural presentation and witness could certainly be given.”

    Apa kesimpulannya? Sungguh jauh berbeda dg tuduhannya Bpk Awi bukan? Ternyata bisa tuh seorang Penatua SY memberikan khotbah penghiburan atau khotbah pemakaman sewaktu seorang yg sedang dlm kondisi dipecat meninggal. Secara pribadi saya pun pernah menghadiri pemakaman spt itu.

    -- b e r l a n j u t --

    ReplyDelete
  4. -- l a n j u t a n n y a --
    2. Bpk Awi tulis : “Berikut keterangan dari majalah Menara Pengawal: Dalam "Pertanyaan dari Pembaca" (Menara Pengawal, 1961, hlm. 544) menjalankan sebuah pemakaman bagi seorang yang telah dipecat tidaklah tepat. Komentar dibuat: "Kami tidak ingin memberikan kesan kepada orang luar bahwa orang yang dipecat diterima di dalam sidang ketika kebenaran dan faktanya ia tidak diterima tetapi telah dipecat." Sidang Kristen tidak ingin nama baiknya ternoda dengan berhubungan kepada siapapun di mana 2 Yohanes 9,10 berlaku, bahkan ketika mereka telah mati." In "Questions from Readers" (The Watchtower, 1961, p. 544) the position was taken that a funeral for a disfellowshiped person was improper. The comment was made: "We never want to give the impression to outsiders that a disfellowshiped person was acceptable in the congregation when in truth and in fact he was not acceptable but had been disfellowshiped from it." A Christian congregation would not want its good name besmirched by having it associated with any to whom 2 John 9, 10 applied, even in their death. (Watchtower 1 Jun 1977, p.347)”

    SAYA JAWAB : Apakah benar kutipan tsb berasal dr publikasi MP? Memang benar! Tapi pembaca mungkin bertanya, koq bisa berbeda ya? Kutipan yg disajikan Bpk Awi ‘bilang’ TIDAK BOLEH sedangkan kutipan yg saya sajikan ‘bilang’ BOLEH? Mana sih yang benar?

    Bagi pembaca yg bisa melakukan cek-silang ke sumber referensi yg Bpk Awi sebutkan yaitu Watchtower 1 June 1977, p.347 akan langsung menemukan bahwa kutipan yg saya sajikan di poin no 1, juga berasal dari SUMBER yang SAMA dg kutipannya Bpk Awi.

    Apa kesimpulannya? Persis spt yg saya sebutkan di awal, sbg seorang propagandis yang lihai Bpk Awi tahu persis bgm memilih kutipan secara selektif diluar konteksnya spy sesuai dg tujuan utamanya yaitu mendiskreditkan SSY.

    Spy pembaca bisa mendapatkan gambaran yg utuh sesuai konteksnya, berikut ini saya sertakan kutipan lengkapnya :

    “However, suppose the deceased is a disfellowshiped person, someone who has been expelled from the Christian congregation for one reason or another. In “Questions from Readers” (The Watchtower, 1961, p. 544) the position was taken that a funeral for a disfellowshiped person was improper. The comment was made: “We never want to give the impression to outsiders that a disfellowshiped person was acceptable in the congregation when in truth and in fact he was not acceptable but had been disfellowshiped from it.” ARE THERE NO EXCEPTIONS, IN ARRANGING A FUNERAL FOR A DISFELLOWSHIPED PERSON? [Huruf besar oleh saya]

    Before answering that question it would be well briefly to review the matter of disfellowshiping. That it has a Scriptural basis can be seen from First Corinthians chapter 5, in which the apostle Paul commands the disfellowshiping of an immoral man. However, it was not until 1952 that Jehovah’s people of modern times acted on the growing urgency along this line. With strong zeal for righteousness and a hatred for what is wicked, they set guidelines for those taking the lead so as to keep congregations spiritually, doctrinally and morally clean.

    Through the years Jehovah’s people have come to see the matter of disfellowshiping ever more clearly. Not only were details spelled out, but more and more it was seen that wisdom and love, as well as justice, have come into play. They saw the need of showing mercy to truly repentant erring ones, and of considering extenuating circumstances and any evidence of sincere sorrow. In quite recent years it was also pointed out that there is a difference between the way Christians should conduct themselves toward a notorious sinner or an aggressive apostate and toward one who is viewed as “a man of the nations”—to whom the common courtesy of a greeting may be extended.—Matt. 18:17; 2 John 9, 10.
    -- b e r l a n j u t --

    ReplyDelete
  5. -- l a n j u t a n n y a --
    It would seem that this distinction could even be observed in connection with the funeral of a disfellowshiped person. A CHRSTIAN CONGREGATION WOULD NOT WANT ITS GOOD NAME BESMIRCHED BY HAVING IT ASSOCIATED WITH ANY TO WHOM 2 John 9, 10 APPLIED, EVEN IN THEIR DEATH. [Huruf besar oleh saya] But suppose a disfellowshiped person had been giving some evidence of genuine repentance and had been coming to the meetings and manifesting a desire to be reinstated in the congregation. Then, if the elders felt that it would not disturb the peace and harmony of the congregation nor bring reproach upon God’s people, there would be no objection to an elder’s giving a talk. How are they to know whether Jehovah has already forgiven him or not, since there is some evidence of repentance? Properly, the elders may have been waiting, wanting to make sure that his seeming repentance was sincere. Obviously, each case being different, it would need to be judged on its own merits. Of course, if a funeral talk is given, care would need to be taken not to dwell on personal matters nor to make any positive statements about whether he will be resurrected. But a fine Scriptural presentation and witness could certainly be given.

    Moreover, we should not overlook two of the cardinal reasons for disfellowshiping a wrongdoer. One is to jolt him to his senses if possible. The other is to protect the congregation from his bad influence. Neither of these would apply now, since the disfellowshiped person is deceased. Even where a disfellowshiped person has continued as a mere “man of the nations,” so to speak, a Scriptural funeral talk can serve more than one good purpose, even as previously noted: It can provide comfort for the bereaved and a witness to outsiders. The very fact that a fine witness is given can be a comfort and consolation to the bereaved ones regardless of the circumstances.

    We alone of all earth’s creatures were made in God’s image. Because of this we have the capacity to appreciate what death is all about. That is why we also have the capacity to mourn another’s loss of life and the desire to comfort bereaved ones. Is not our heavenly Father truly “the Father of tender mercies and the God of all comfort”? Surely! So in the matter of mourning and funerals we let his principles of wisdom, justice and love dictate our feelings and actions, even as they should in all other affairs of life.—2 Cor. 1:3, 4; 1 Cor. 16:14.”

    Apa yang menarik dari kutipan lengkapnya di banding dg kutipan selektif yg Bpk Awi lakukan?

    Yang paling mencolok dan sangat ‘kasar’ adalah Bpk Awi ‘membuang’ dari paragraph, satu kalimat berupa pertanyaan yg justru sangat penting/vital yaitu : “ARE THERE NO EXCEPTIONS, IN ARRANGING A FUNERAL FOR A DISFELLOWSHIPED PERSON?” dan kemudian menggantinya dg cara mengambil satu kalimat dari paragraph yg BERBEDA yaitu “A CHRSTIAN CONGREGATION WOULD NOT WANT ITS GOOD NAME BESMIRCHED BY HAVING IT ASSOCIATED WITH ANY TO WHOM 2 JOHN 9, 10 APPLIED, EVEN IN THEIR DEATH.”kemudian ‘dicangkokan’ sehingga menghasilkan satu paragraph yg ‘baru’ yg sangat mendukung tuduhannya Bpk Awi.

    Pertanyaan saya, dalam hal kutip-mengutip tulisan orang lain, jujurkah atau etiskah cara spt itu? Silakan para pembaca yg obyektif menyimpulkan sendiri jawabannya.
    -- b e r l a n j u t --

    ReplyDelete
  6. -- l a n j u t a n n y a --

    Sekarang saya coba meniru cara Bpk Awi dalam melihat peristiwa-peristiwa menyangkut pilkada DKI dihubungkan dg SSY.

    1. Berbagai cara dilakukan oleh lawan-lawan politik gubernur petahana agar ia tidak mencalonkan diri lg atau agar bisa dilengserkan. Berbagai ‘kasus’ dicoba utk menjeratnya spt tuduhan korupsi Sumber Waras, Reklamasi dan yg paling ‘heboh’ adalah dugaan penodaan atau penistaan agama. Tp faktanya sampai hari ini sang gubernur petahana masih tetap eksis.

    Bgm dg SSY? Kurang lebih hampir sama yg dilakukan oleh para pembenci SY. Dulu SY di Indonesia sering dituduh anti pemerintah, sesat sehingga dilarang oleh pemerintah [akibatnya di beberapa daerah SY di aniaya dan dipenjarakan], anti sosial, dll. Bahkan ada upaya agar SSY kembali di larang di Indonesia. Demikian juga di blognya Bpk Awi ini ada banyak tuduhan palsu yg dialamatkan kpd SSY. Dari sekian banyak itu yg paling ‘heboh’ adalah tuduhan sbg “Nabi Palsu”. Tp faktanya, sampai saat ini SSY di Indonesia tetap eksis dan jumlahnya setiap tahun justru terus bertambah.

    2. Dalam pengadilan kasus dugaan penodaan agama yg sdh belasan kali disidangkan ada beberapa fakta menarik yg mengemuka. Misalnya :

    A. Situasi menjadi ‘heboh’ sedikit banyaknya diakibatkan oleh postingan video yg sengaja ‘dipotong’ diluar konteksnya dan ditambah dg ‘caption’ yg bernuansa provokasi.

    B. Ada satu surat yg dikeluarkan oleh sebuah lembaga dan dijadikan dasar oleh kelompok tertentu utk menggalang demo besar beberapa kali tapi tanpa proses meminta “klarifikasi” (tabayyun) terlebih dahulu ke ybs padahal yang paling tahu persis apkh ada ‘niat’ atau tidak utk menodai/menista agama tertentu adalah ybs.

    Demikian juga yang dilakukan oleh Bpk Awi di hampir semua artikel di blognya ini. Hampir semuanya di tulis berdasarkan sudut pandang atau penafsiran Bpk Awi yg notabene adalah seorang pembenci SY tanpa proses klarifikasi atau Tabayyun. Kutipan-kutipan dari berbagai publikasi MP dipilih secara selektif atau ‘dipotong’ keluar dari konteksnya dan diberi ‘caption’ yang sesuai dg tujuan Bpk Awi utk mendiskreditkan SSY. Yang paling tahu atau paling paham spt apa ajaran SY ya SY itu sendiri. Jadi adalah wajar sewaktu kami SY mengklarifikasi suatu kepercayaan atau ajaran yg ‘ditafsirkan’ secara keliru oleh Bpk Awi sehingga tdk sesuai dg kebenarannya. Tapi menjadi lucu jika kemudian Bpk Awi mengotot bahwa kami justru yang salah/keliru. Makanya saya sering kutip ilustrasi Sdri Martha Rumimper tentang “orang Perancis dan orang Yogya”.

    Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

    -- s e l e s a i --


    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Sdr. Maxi-Sam

      You said:

      Setelah membaca artikel-artikel tsb saya kembali diteguhkan betapa Bpk Awi memang seorang propagandis yg sangat ‘lihai’ dlm mendiskreditkan SSY


      My reply:

      Thanks atas pujiannya. Saya banyak mempelajari teknik-teknik propaganda dari organisasi Saksi Yehuwa yg begitu efektif menyajikan yang sebenarnya "neraka" menjadi "bumi firdaus".

      Namun demikian, meskipun saya belajar banyak dari SSY. Tetapi saya tidak sanggup melakukan propaganda seperti SSY

      You said:

      Ternyata bisa tuh seorang Penatua SY memberikan khotbah penghiburan atau khotbah pemakaman sewaktu seorang yg sedang dlm kondisi dipecat meninggal. Secara pribadi saya pun pernah menghadiri pemakaman spt itu.


      My reply:

      Anda jangan khawatir masalah kredibilitas yg saya tulis. Sangat teruji krn banyak hal sebelum saya menulisnya, saya tanyakan langsung koq dng SSY utk keakuratnya.

      Sayangnya Anda kurang mencermati apa yang saya tulis. Kita perhatikan kutipan WT tsb:

      But suppose a disfellowshiped person had been giving some evidence of genuine repentance and had been coming to the meetings and manifesting a desire to be reinstated in the congregation. Then, if the elders felt that it would not disturb the peace and harmony of the congregation nor bring reproach upon God’s people, THERE WOULD BE NO OBJECTION TO AN ELDER‘S GIVING A TALK.

      Perhatikan kalimat miring yg saya buat di atas.

      Jadi ya memang bisa penatua menghadiri pemakamannya jika orang yg sudah dikeluarkan itu menunjukkan bbrp bukti pertobatan yg asli dan telah datang kepertemuan dan menunjukkan keinginan untuk dipulihkan posisinya di sidang.

      Tetapi . . . tetapi ya. . . apakah tulisan saya menyatakan tentang sikap seorang mantan SSY yg memperlihatkan pertobatannya dan keinginannya utk kembali? TIDAK! Yg saya bicarakan di atas adalah:

      Namun demikian, tahukah Anda bahwa seorang Saksi Yehuwa yang dipecat dan dianggap telah murtad oleh organisasi Saksi Yehuwa juga akan melakukan hal yang mirip dengan kelompok Muslim tersebut? . . .

      Bagaimana jika si Murtad tersebut meninggal dunia? Maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal.


      Haedduhhh Maxi. . maxi. Jika Anda mau berkomentar tolong deh buatlah yg berbobot sedikit, jika tidak Anda mempermalukan diri sendiri. Jangan asal melakukan pembenaran diri tanpa membaca dng cermat dan mengkritisi ajaran SSY yg Anda anut dng setia.

      Sekali lagi. . . apa yg saya sajikan bukanlah sekedar mencocokkan tetapi fakta koq. Tidak ada bedanya Muslim radikal dan intoleran dng SSY.

      Salam kasih Tuhan Yesus


      Delete
    2. Selamat malam Bpk Awi. Terima kasih atas tanggapannya. Perkenankanlah saya menanggapi kembali.

      1. Bpk Awi tulis : “My reply: Thanks atas pujiannya. Saya banyak mempelajari teknik-teknik propaganda dari organisasi Saksi Yehuwa yg begitu efektif menyajikan yang sebenarnya "neraka" menjadi "bumi firdaus". Namun demikian, meskipun saya belajar banyak dari SSY. Tetapi saya tidak sanggup melakukan propaganda seperti SSY”

      SAYA JAWAB : Sama-sama Bpk Awi. Tapi koq bingung saya baca pernyataan ini. Bukankah kebanyakan artikelnya Bpk Awi dan caranya artikel-artikel ditulis adalah bentuk propaganda utk mendiskreditkan SSY? Jadi dimana bedanya atuh?

      2. Bpk Awi tulis : “My reply: Anda jangan khawatir masalah kredibilitas yg saya tulis. Sangat teruji krn banyak hal sebelum saya menulisnya, saya tanyakan langsung koq dng SSY utk keakuratnya.”

      SAYA JAWAB : Saya sudah buktikan betapa banyak “penafsiran” atau “sudut pandangan” atau “pengertian” atau “kesimpulan” atau “pernyataan” Bpk Awi tentang suatu ajaran atau kepercayaan SSY di banyak artikel Bpk yang justru BERTENTANGAN dg apa yg SEBENARNYA kami percayai. Jd bgm mungkin saya tdk khawatir dan mempertanyakan keakuratan tulisan serta kredibilitas Bpk Awi?

      3. Bpk Awi tulis : “Sayangnya Anda kurang mencermati apa yang saya tulis.”

      SAYA JAWAB : Waduh Bpk Awi mulai berkelit. Sekarang saya yg justru dikatakan “kurang mencermati” apa yg Bpk Awi tulis. Padahal apa yg Bpk Awi tulis SANGAT-SANGAT JELAS, yaitu : “… ia TIDAK AKAN beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal. JANGAN BERHARAP penatua akan menyampaikan sebuah khotbah penghiburan…”

      Bukankah pernyataan Bpk Awi tsb sudah TIDAK PERLU DITAFSIRKAN lagi krn memang sangat-sangat jelas?

      4. Bpk Awi tulis : “Kita perhatikan kutipan WT tsb: But suppose a disfellowshiped person had been giving some evidence of genuine repentance and had been coming to the meetings and manifesting a desire to be reinstated in the congregation. Then, if the elders felt that it would not disturb the peace and harmony of the congregation nor bring reproach upon God’s people, THERE WOULD BE NO OBJECTION TO AN ELDER‘S GIVING A TALK. Perhatikan kalimat miring yg saya buat di atas.”

      SAYA JAWAB : Apakah kutipan tsb ada dalam artikelnya Bpk Awi? Jawabannya TIDAK ada! Kutipan yg coba dijelaskan oleh Bpk Awi utk ‘ngeles’ adalah kutipan yg belakangan saya susulkan utk ‘meluruskan’ sesuatu yg coba dibengkokan oleh Bpk Awi.

      Bagi pembaca yang membaca artikel ini tanpa melakukan cek-silang ke sumber referensinya PASTI akan langsung mengambil kesimpulan spt Bpk Awi. Apalagi Bpk Awi berupaya ‘meneguhkan’ kesimpulannya dg kalimat pengantar “Berikut keterangan dari majalah Menara Pengawal” kemudian mengutip SEPOTONG kutipan dr publikasi MP yg diedit sedemikian rupa sehingga memberi kesan ‘mendukung’ kesimpulannya. Sungguh luar biasa bukan?

      5. Bpk Awi tulis : “Jadi ya memang bisa penatua menghadiri pemakamannya jika orang yg sudah dikeluarkan itu menunjukkan bbrp bukti pertobatan yg asli dan telah datang kepertemuan dan menunjukkan keinginan untuk dipulihkan posisinya di sidang.”

      SAYA JAWAB : Mengapa pernyataan ini dan kutipan MP yg mendasari pernyataan ini tidak Bpk Awi sampaikan dalam artikel Bpk? Bukankah Bpk Awi sendiri pernah menyampaikan ingin memberikan informasi yg berimbang tentang SSY? Bukankah di atas Bpk Awi juga mengatakan “… banyak hal sebelum saya menulisnya, saya tanyakan langsung koq dng SSY utk keakuratnya”?

      Saya juga ingat Bpk Awi pernah menuduh bahwa SY/MP mengajarkan “kebenaran yang setengah-setengah untuk menarik orang kepadanya”. Bukankah apa yang Bpk Awi lakukan ini sama saja dg apa yg Bpk tuduhkan ke MP/SSY? Kalau demikian, apa bedanya Bpk Awi dg MP/SSY?

      -- b e r l a n j u t --

      Delete
    3. -- l a n j u t a n n y a --

      6. Bpk Awi tulis : “Tetapi . . . tetapi ya. . . apakah tulisan saya menyatakan tentang sikap seorang mantan SSY yg memperlihatkan pertobatannya dan keinginannya utk kembali? TIDAK! Yg saya bicarakan di atas adalah:

      Namun demikian, tahukah Anda bahwa seorang Saksi Yehuwa yang dipecat dan dianggap telah murtad oleh organisasi Saksi Yehuwa juga akan melakukan hal yang mirip dengan kelompok Muslim tersebut? . . . Bagaimana jika si Murtad tersebut meninggal dunia? Maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal.”

      SAYA JAWAB : Bagi saya, apa yg Bpk Awi lakukan adalah menyampaikan “setengah kebenaran” utk mendiskreditkan SY. Selebihnya silakan Bpk Awi ‘ngeles’ terus. Kita biarkan pembaca yg menilai secara obyektif.

      7. Bpk Awi tulis : “Haedduhhh Maxi. . maxi. Jika Anda mau berkomentar tolong deh buatlah yg berbobot sedikit, jika tidak Anda mempermalukan diri sendiri. Jangan asal melakukan pembenaran diri tanpa membaca dng cermat dan mengkritisi ajaran SSY yg Anda anut dng setia.”

      SAYA JAWAB : Weleh-weleh terima kasih Bpk Awi untuk “ad-hominem”nya. Justru karena saya “membaca dng cermat dan mengkritisi ajaran SSY yg [saya] anut dng setia” makanya sy bisa menyampaikan ‘setengah kebenaran’ yang Bpk Awi sengaja sembunyikan bagi kami para pembaca. Apa yg Bpk Awi lakukan dg coba ‘ngeles’ kesana-kemari justru itulah yg namanya “asal melakukan pembenaran diri”

      8. Bpk Awi tulis : “Sekali lagi. . . apa yg saya sajikan bukanlah sekedar mencocokkan tetapi fakta koq. Tidak ada bedanya Muslim radikal dan intoleran dng SSY.”

      SAYA JAWAB : Pertama. karena Bpk Awi mengatakan apa yg Bpk sajikan adalah “fakta”, bolehkah saya minta tolong Bpk Awi sebutkan contohnya siapa, kapan dan dimana “fakta“ tsb terjadi?

      Kedua, melihat rekam-jejak Bpk Awi di blog ini maupun di tempat lain, saya pun bisa mengatakan “Tidak ada bedanya Muslim radikal dan intoleran dng Bpk Awi”

      -- b e r l a n j u t --

      Delete
    4. -- l a n j u t a n n y a --

      Ketiga, jika mengikuti alur penalaran Bpk Awi, berarti Katolik juga termasuk dong. Berikut ini saya kutipkan pandangan/sikap Katolik dlm masalah ini :

      A. “Terdapat batasan-batasan tertentu mengenai persembahan publik dalam Misa bagi mereka yang belum dibaptis, umat non-Katolik, dan orang-orang yang dikenal sebagai pelaku kejahatan atau dosa, tetapi doa dan bahkan Misa individual dapat dipersembahkan bagi mereka. Kitab Hukum Kanonik 1983 dari Gereja Katolik menyatakan bahwa, jika tidak terdapat tanda-tanda penyesalan sebelum meninggal dunia maka tidak dapat dipersembahkan Misa pemakaman dalam bentuk apapun bagi orang-orang yang jelas-jelas murtad, bidat, dan skismatik, bagi mereka yang meminta dikremasi menurut alasan yang bertentangan dengan iman Kristen, dan bagi mereka yang jelas berdosa yang tidak dapat diberikan pemakaman Gereja tanpa menyebabkan skandal publik bagi umat beriman.[19] (Kan. 1183-1185)

      Di sisi lain, "orang-orang dibaptis yang termasuk pada suatu Gereja ataupun persekutuan gerejawi non-katolik, dapat diberi pemakaman gerejawi menurut penilaian arif Ordinaris setempat, kecuali nyata kehendak mereka yang berlawanan, dan asalkan pelayan mereka sendiri tidak tersedia."[20] [https://id.wikipedia.org/ /wiki/Doa_bagi_orang_yang_telah
      _meninggal_dunia#Gereja_Katolik_Roma ]

      B. Hukum Kanonik tidak lagi secara spesifik menyebutkan bahwa bunuh diri merupakan halangan bagi pemberian ritus penguburan. KHK hanya menyebutkan tiga kasus DIMANA PEMAKAMAN GEREJAWI TIDAK DIBERIKAN, demikian:

      KHK Kan 1184 § 1 PEMAKAMAN GEREJAWI HARUS DITOLAK, kecuali sebelum meninggal menampakkan suatu tanda penyesalan, bagi

      1. mereka yang NYATA-NYATA MURTAD, menganut bidaah dan skisma;

      2. mereka yang memilih kremasi jenazah mereka sendiri karena alasan yang bertentangan dengan iman kristiani;

      3. pendosa-pendosa nyata (peccatores manifesti) lain yang tidak bisa diberi pemakaman gerejawi tanpa menimbulkan sandungan publik bagi kaum beriman. [Huruf besar oleh saya] [http://www.katolisitas.org/nasib-orang-yang-bunuh-diri-dan-hubungannya-dengan-baptisan/]

      C. “Karena suara hati bisa keliru maka dimaklumi bahwa mungkin ada umat Katolik yang murtad. Untuk memaksa umat murtad tersebut agar kembali ke Gereja bahkan ditambah ancaman pembunuhan maka itu sama saja menyuruh orang untuk berdosa, dimana dosa yang dimaksud adalah dosa melawan suara hati si murtad. Suatu insitutisi ilahi yang berasal dari Allah tidak akan pernah mencondongkan orang kepada dosa.

      Yang bisa dilakukan Gereja adalah menasehati dan, kalau dia tetap berkeras, mengeluarkan dia dari Gereja. Pengeluaran seseorang dari Gereja membuat dia tidak mendapatkan sakramen-sakramen dan upacara-upacara Gereja, seperti pemakaman Katolik (yang paling semua itu juga tidak ada artinya bagi si murtad).”[http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=4225]

      Pertanyaan saya : berdasarkan kutipan-kutipan tsb, beranikah Bpk Awi mengatakan bahwa “Tidak ada bedanya Muslim radikal dan intoleran dng Katolik”?

      Demikian tanggapan saya. Terima kasih dan sampai ‘jumpa’ lagi.

      -- s e l e s a i --

      Delete
    5. Dear Sdr Maxi-Sam

      Seperti yg sudah-2 saya katakan: berdiskusi dng Anda hanya membuang-buang waktu saja dan Anda hanya gemar berdebat kusir.

      Fenomena pola pikir Anda telah saya bahas di Contoh Fanatisme Buta dan Sentimen Agama Melumpuhkan Daya Nalar.

      Saya ingin menjawab pertanyaan Anda sehubungan dng pemahaman Katolik yaitu berdasarkan kutipan-2 yg Anda sampaikan dan bertanya: beranikah Bpk Awi mengatakan bahwa “Tidak ada bedanya Muslim radikal dan intoleran dng Katolik”?

      My reply:

      Jika memang ajaran Katolik memiliki pemahaman yg sama seperti SSY yg saya bahas di thread ini maka jawabannya adalah “Iya”. Tidak ada bedanya pemahaman Muslim radikal dan intoleransi dng Katolik atau juga dng Saksi Yehuwa.

      Namun demikian, Anda telah memahami secara keliru ttg Katolik dalam hal ini sama seperti Anda salah mengerti apa yg saya tulis di thread ini. Pemahaman murtad versi Katolik dng SSY sangat berbeda. Saya bukan Katolik tetapi saya bisa share dng Anda cerita konkret pemakaman seorang mantan Katolik yg menjadi Kristen Protestan.

      Seorang Mantan Katolik meninggal dunia tetapi teman-2 Katolik nya bahkan Romo nya menghadiri upacara pemakaman di rumah duka. Ketika pembaca acara meminta yg hadir menyampaikan kesan-kesan terhadap almarhum semasa hidup, tanpa sungkan teman-2 Katolik nya bercerita tentang pelayanannya sebagai Putra Altar dan lainnya saat di Katholik. Dari merekalah saya tahu betapa baiknya ia sebagai seorang Katolik. Bahkan saat itu, karena kemacetan yg parah, pendeta yg seharusnya membawa khotbah penghiburan datang terlambat dan hari sudah malam, lalu sang istri almarhum yang meninggal meminta Romo utk memberikan ceramah singkat sambil menunggu pendeta dan Romo tsb tidaklah sungkan menyampaikannya meskipun sangat singkat.

      Pertanyaannya utk Anda adalah apakah kasus yg saya ceritakan di atas sama dng SSY? Jika tidak sama. Maka jelas, pemahaman radikal dan intoleran tidak terjadi di Katolik. Sebaliknya terjadi kepada SSY sesuai dng apa yg saya sampaikan di thread ini meskipun Anda menganggap apa yg saya lakukan adalah menyampaikan “setengah kebenaran”. Kita biarkan pembaca menilai.

      Pada inti point saya dalam thread ini yaitu jika seorang Saksi Yehuwa dipecat dan dianggap murtad maka seluruh jemaat sidang tidak akan berbicara, berteman ataupun hanya sekedar menyapa “hello” saat kebetulan bertemu dengannya. Dan orang tua atau keluarga dekatnya sekalipun hanya akan berhubungan dengannya secara terbatas. Dan jika si Murtad tersebut meninggal dunia maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal. Jangan berharap penatua akan menyampaikan sebuah khotbah penghiburan atau teman-temannya sesama Saksi berkunjung, bernyanyi atau memberikan kesan-kesan kenangan selama mereka berinteraksi dengannya di pemakamannya.

      Saya bisa Anda sebut menyampaikan “setengah kebenaran” atau bahkan tidak akurat jika faktanya bertentangan dng apa yg saya sampaikan.

      Ketika Anda protes bhw penatua bisa memberikan khotbahnya saat si Murtad meninggal tentunya kasusnya sangat berbeda karena ia sebelumnya telah berusaha ingin bertobat. Tetapi tentunya ini bukanlah bahasannya dalam judul thread ini yaitu bagaimana sikap Saksi Yehuwa terhadap murtad yang meninggal.

      Salam kasih Tuhan Yesus

      Delete
    6. Selamat malam Bpk Awi dan selamat ‘bertemu’ lagi. Perkenankanlah saya menanggapi tanggapan Bpk berikut ini :

      1. Bpk Awi tulis : “Seperti yg sudah-2 saya katakan: berdiskusi dng Anda hanya membuang-buang waktu saja dan Anda hanya gemar berdebat kusir. Fenomena pola pikir Anda telah saya bahas di Contoh Fanatisme Buta dan Sentimen Agama Melumpuhkan Daya Nalar.”

      SAYA JAWAB : Sungguh lucu Bpk Awi ini. Bpk yg membuat berbagai pernyataan ataupun kutipan dr publikasi MP yg kemudian saya tanggapi krn menurut saya tdk menyampaikan seluruh kebenarannya. Tp setiap kali Bpk Awi tdk bisa mempertahankan posisinya maka cara yg paling ampuh Bpk lakukan adalah berkelit dg 1001 macam alasan termasuk serangan ‘ad hominem’!

      2. Bpk Awi tulis : “Saya ingin menjawab pertanyaan Anda sehubungan dng pemahaman Katolik yaitu berdasarkan kutipan-2 yg Anda sampaikan dan bertanya: beranikah Bpk Awi mengatakan bahwa “Tidak ada bedanya Muslim radikal dan intoleran dng Katolik”? My reply: Jika memang ajaran Katolik memiliki pemahaman yg sama seperti SSY yg saya bahas di thread ini maka jawabannya adalah “Iya”. Tidak ada bedanya pemahaman Muslim radikal dan intoleransi dng Katolik atau juga dng Saksi Yehuwa. Namun demikian, Anda telah memahami secara keliru ttg Katolik dalam hal ini sama seperti Anda salah mengerti apa yg saya tulis di thread ini. Pemahaman murtad versi Katolik dng SSY sangat berbeda. Saya bukan Katolik tetapi saya bisa share dng Anda cerita konkret pemakaman seorang mantan Katolik yg menjadi Kristen Protestan.”

      SAYA JAWAB : Jika memang saya telah “memahami secara keliru pemahaman murtad versi Katolik”, bisakah Bpk Awi tolong berikan pencerahan kpd saya maupun pembaca lainnya spt apa sih pemahaman yg benar versi Katolik sehingga Pak Awi bisa dg yakin mengatakan “sangat berbeda” dg versi SSY?

      3. Bpk Awi tulis : “Seorang Mantan Katolik meninggal dunia tetapi teman-2 Katolik nya bahkan Romo nya menghadiri upacara pemakaman di rumah duka. Ketika pembaca acara meminta yg hadir menyampaikan kesan-kesan terhadap almarhum semasa hidup, tanpa sungkan teman-2 Katolik nya bercerita tentang pelayanannya sebagai Putra Altar dan lainnya saat di Katholik. Dari merekalah saya tahu betapa baiknya ia sebagai seorang Katolik. Bahkan saat itu, karena kemacetan yg parah, pendeta yg seharusnya membawa khotbah penghiburan datang terlambat dan hari sudah malam, lalu sang istri almarhum yang meninggal meminta Romo utk memberikan ceramah singkat sambil menunggu pendeta dan Romo tsb tidaklah sungkan menyampaikannya meskipun sangat singkat. Pertanyaannya utk Anda adalah apakah kasus yg saya ceritakan di atas sama dng SSY? Jika tidak sama. Maka jelas, pemahaman radikal dan intoleran tidak terjadi di Katolik. Sebaliknya terjadi kepada SSY sesuai dng apa yg saya sampaikan di thread ini meskipun Anda menganggap apa yg saya lakukan adalah menyampaikan “setengah kebenaran”. Kita biarkan pembaca menilai. ”

      SAYA JAWAB : Terima kasih atas pengalamannya. Spy kita semua punya gambaran yg lengkap akn situasinya, saya juga ada pertanyaan berdasarkan pengalaman yg Bpk ceritakan. Apkh sbg mantan Katolik, almarhum dikenal sbg seorang yg membaktikan sebagian besar sumber daya yg ia miliki utk menyerang ajaran maupun otoritas Katolik yg pernah ia anut dan percayai dulu? Jika memang demikian sikapnya, apkh yg di lakukan oleh “teman-teman Katoliknya” dan Romo tsb sesuai dg pandangan dan sikap resmi Katolik? Mohon Bpk Awi jawab dg sejujurnya ya.

      -- b e r l a n j u t --

      Delete
    7. -- l a n j u t a n n y a --
      4. Bpk Awi tulis : “Pada inti point saya dalam thread ini yaitu jika seorang Saksi Yehuwa dipecat dan dianggap murtad maka seluruh jemaat sidang tidak akan berbicara, berteman ataupun hanya sekedar menyapa “hello” saat kebetulan bertemu dengannya. Dan orang tua atau keluarga dekatnya sekalipun hanya akan berhubungan dengannya secara terbatas. Dan jika si Murtad tersebut meninggal dunia maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal. Jangan berharap penatua akan menyampaikan sebuah khotbah penghiburan atau teman-temannya sesama Saksi berkunjung, bernyanyi atau memberikan kesan-kesan kenangan selama mereka berinteraksi dengannya di pemakamannya.”

      SAYA JAWAB : Saya juga senang menceritakan satu pengalaman. Ada seorang mantan SY yg setelah dipecat sekian lama dia pindah ke daerah lain dan tdk pernah hadir ke perhimpunan SY di daerah tempat tinggalnya yg baru namun tidak juga pergi beribadah ke salah satu denominasi Kristen lainnya ataupun dg berbagai cara menyerang/mendiskreditkan SSY. Pd waktu ia meninggal, salah seorang keluarga jasmaninya meminta ke jemaat SY utk di adakan acara khotbah pemakaman oleh SY karena menurutnya almarhum sendiri yg memang meminta itu sebelum ia meninggal. Apkh permintaannya yg di sampaikan melalui seorang keluarga jasmaninya itu ditolak oleh penatua jemaat SY? Sama sekali tidak.

      Mengapa mrk tdk menolaknya? Berdasarkan artikel yg saya sajikan di atas, setidaknya ada beberapa pernyataan menarik yg menjadi pertimbangan :

      a. “if the elders felt that it would not disturb the peace and harmony of the congregation nor bring reproach upon God’s people, THERE WOULD BE NO OBJECTION TO AN ELDER’S GIVING A TALK.”

      b. “Moreover, we should not overlook two of the cardinal reasons for disfellowshiping a wrongdoer. One is to jolt him to his senses if possible. The other is to protect the congregation from his bad influence. NEITHER OF THESE WOULD APPLY NOW, SINCE THE DISFELLOWSHIPED PERSON IS DECEASED. Even where a disfellowshiped person has continued as a mere “man of the nations,” so to speak, A SCRIPTURAL FUNERAL TALK CAN SERVE MORE THAN ONE GOOD PURPOSE, even as previously noted: IT CAN PROVIDE COMFORT FOR THE BEREAVED AND A WITNESS TO OUTSIDERS. The very fact that a fine witness is given can be a comfort and consolation to the bereaved ones regardless of the circumstances.”

      c. We alone of all earth’s creatures were made in God’s image. Because of this we have the capacity to appreciate what death is all about. That is why we also have the capacity to mourn another’s loss of life and the desire to comfort bereaved ones. Is not our heavenly Father truly “the Father of tender mercies and the God of all comfort”? Surely! SO IN THE MATTER OF MOURNING AND FUNERALS WE LET HIS PRINCIPLES OF WISDOM, JUSTICE AND LOVE DICTATE OUR FEELINGS AND ACTIONS, even as they should in all other affairs of life.—2 Cor. 1:3, 4; 1 Cor. 16:14.”

      5. Bpk Awi tulis : “Saya bisa Anda sebut menyampaikan “setengah kebenaran” atau bahkan tidak akurat jika faktanya bertentangan dng apa yg saya sampaikan.”

      SAYA JAWAB : Pertama, krn Bpk Awi kembali mengatakan “faktanya”, saya tanya lagi pertanyaan yg sdh saya tanyakan tp belum atau tidak di jawab oleh Bpk Awi : “ karena Bpk Awi mengatakan apa yg Bpk sajikan adalah “fakta”, bolehkah saya minta tolong Bpk Awi sebutkan contohnya siapa, kapan dan dimana “fakta“ tsb terjadi?”

      Kedua, saya juga berbicara berdasarkan fakta, baik berupa kutipan artikel lengkap yg memang ada maupun pengalaman yg juga pernah terjadi! Makanya spt yg sdh saya katakan, dlm kasus ini maupun kasus-kasus lainnya, apa yg Bpk Awi sampaikan adalah “setengah kebenaran” dg tujuan utk mendiskreditkan MP/SSY. Padahal Bpk pernah mengatakan “SANGAT INGIN memberikan informasi yang AKURAT dan BERIMBANG ttng SSY”!

      -- b e r l a n j u t --

      Delete
    8. -- l a n j u t a n n y a --

      Ketiga, masih berbicara soal fakta. Sehubungan dg kutipanya Bpk Awi dibandingkan dg kutipan lengkap yg saya sajikan, saya sdh buktikan betapa mencolok dan sangat ‘kasar’ caranya Bpk Awi ‘membuang’ dari paragraph, satu kalimat berupa pertanyaan yg justru sangat penting/vital yaitu : “ARE THERE NO EXCEPTIONS, IN ARRANGING A FUNERAL FOR A DISFELLOWSHIPED PERSON?” dan kemudian menggantinya dg cara mengambil satu kalimat dari paragraph yg BERBEDA yaitu “A CHRSTIAN CONGREGATION WOULD NOT WANT ITS GOOD NAME BESMIRCHED BY HAVING IT ASSOCIATED WITH ANY TO WHOM 2 JOHN 9, 10 APPLIED, EVEN IN THEIR DEATH.”kemudian ‘dicangkokan’ sehingga menghasilkan satu paragraph yg ‘baru’ yg sangat mendukung tuduhannya Bpk Awi.

      Saya tanyakan lagi pertanyaan saya waktu itu : “dalam hal kutip-mengutip tulisan orang lain, jujurkah atau etiskah cara spt itu?”

      6. Bpk Awi tulis : “Ketika Anda protes bhw penatua bisa memberikan khotbahnya saat si Murtad meninggal tentunya kasusnya sangat berbeda karena ia sebelumnya telah berusaha ingin bertobat. Tetapi tentunya ini bukanlah bahasannya dalam judul thread ini yaitu bagaimana sikap Saksi Yehuwa terhadap murtad yang meninggal.”

      SAYA JAWAB : Pertama, menurut saya Bpk Awi sedang ber-retorika alias merasionalisasikan kesalahannya krn dg sengaja menyajikan ‘setengah kebenaran’ dan menyembunyikan ‘setengahnya’ lagi.

      Kedua, kalaupun Bpk Awi tetap ‘kekeuh’ menganggap situasi yg Bpk kemukakan dlm artikel ini sbg sebuah ‘kebenaran’, menurut saya, pada kenyataannya ini adalah SKENARIO IMAJINASI yang tidak akan mungkin terjadi alias MUSTAHIL. Mengapa? Krn sbgmn yg Bpk Awi sendiri sebutkan “SSY yg murtad membawa dendam kesumat…”

      Sekarang pertanyaannya : Apkh masuk akal utk membayangkan mantan SY yg murtad tsb akan mau jika sewaktu ia meninggal nanti, justru SSY yg akan menyampaikan khotbah penghiburan pd acara pemakamannya? Dan jika yg murtad bukan hanya ia seorang tapi semua anggota keluarganya juga ikut bersamanya menjadi murtad, Apkh masuk akal utk membayangkan bahwa keluarganya akan datang ke para penatua SY dan meminta mrk utk menyampaikan khotbah penghiburan pada acara pemakaman salah seorang anggota keluarganya?

      Saya minta tolong Bpk Awi jawab pertanyaan-pertanyaan ini dg sejujurnya menggunakan hati nurani.

      Demikian tanggapan saya. Terima kasih dan sampai ‘bertemu’ lagi.

      -- s e l e s a i --

      Delete
    9. Dear Sdr Maxi-Sam

      You said

      Jika memang saya telah “memahami secara keliru pemahaman murtad versi Katolik”, . . .tolong berikan pencerahan kpd saya . . . apa sih pemahaman yg benar versi Katolik sehingga Pak Awi bisa dg yakin mengatakan “sangat berbeda” dg versi SSY?


      My reply

      Baca kesaksian saya di atas tentang mantan RM yg meninggal dunia yg dihadiri Romo dan teman-2 RK-nya.

      Apakah bisa penatua dan teman-2 Saksinya hadir dan memberikan kesaksian ttg pribadi almarhum seperti dlm cerita saya? Jika tidak, maka jelas memang beda antara SSY dng RK.

      You said

      Apkh sbg mantan Katolik, almarhum dikenal sbg seorang yg membaktikan sebagian besar sumber daya yg ia miliki utk menyerang ajaran maupun otoritas Katolik yg pernah ia anut dan percayai dulu? Jika memang demikian sikapnya, apkh yg di lakukan oleh “teman-teman Katoliknya” dan Romo tsb sesuai dg pandangan dan sikap resmi Katolik? Mohon Bpk Awi jawab dg sejujurnya ya.


      My reply

      Tentu tidak menyerang tetapi tentunya saat seseorang meninggalkan iman RK-nya maka ia tentunya tidak setuju dng otoritas Katolik. Kalo setuju, buat apa meninggalkannya, bukan?

      Saya bukanlah seorang RK sehingga tidak tahu sikap resmi RK. Yg penting hal ini terjadi dan saya menyaksikannya bhw mana Romo & teman-2 RK nya berkunjung meskipun ia murtad.

      Anda menyinggung ajaran resmi pemakaman Katolik thd yg murtad tetapi ingat bahwa hal ini tidak dapat disamakan dng SSY krn apa yg Anda kutip tersebut tidak menjelaskan pelarangan bagi Romo dan orang RK utk menghadiri pemakaman mantan RK

      Sebaliknya, yg saya bahas adalah mantan SSY yg murtad maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir . . . Jangan berharap penatua akan menyampaikan sebuah khotbah penghiburan atau teman-temannya sesama Saksi berkunjung, bernyanyi . . . .”

      You said

      Ada seorang mantan SY yg setelah dipecat . . . namun tidak juga pergi beribadah ke salah satu denominasi Kristen lainnya ataupun dg berbagai cara menyerang/mendiskreditkan SSY. Pd waktu ia meninggal, . . . keluarga jasmaninya meminta ke jemaat SY utk di adakan acara khotbah pemakaman oleh SY karena menurutnya almarhum sendiri yg memang meminta itu sebelum ia meninggal. Apkh permintaannya yg di sampaikan melalui seorang keluarga jasmaninya itu ditolak oleh penatua jemaat SY? Sama sekali tidak.


      My reply

      Perhatikan kalimat bold yg saya buat di cerita Anda. Apakah ceritanya sama dng apa yg saya ceritakan ttg mantan RK (ingat saya sebut "pendeta" artinya ia jadi Protestan)?

      Apakah kondisi cerita Anda saya bahas di thread ini?

      Apakah jika si Murtad SSY (misalnya menjadi Protestan) penatua & teman-2 SSY akan berkunjung ke pemakamannya dan memberikan hal-2 positif seperti yg saya uraikan di atas?

      Jika jawabannya “tidak” maka jelas beberapa pernyataan yg menjadi pertimbangan yg Anda ajukan berdasarkan MP bhs Inggris tidaklah sah krn kasusnya beda

      You said

      . . . saya tanya lagi pertanyaan yg sdh saya tanyakan tp belum atau tidak di jawab oleh Bpk Awi : “ karena Bpk Awi mengatakan apa yg Bpk sajikan adalah “fakta”, bolehkah saya minta tolong Bpk Awi sebutkan contohnya siapa, kapan dan dimana “fakta“ tsb terjadi?”


      My reply

      Ini faktanya yg saya tulis:

      Bagaimana jika si Murtad tersebut meninggal dunia? Maka ia tidak akan beroleh penghormatan terakhir atau pelayanan pemakanan oleh Saksi Yehuwa bagi yang meninggal. Jangan berharap penatua akan menyampaikan sebuah khotbah penghiburan atau teman-temannya sesama Saksi berkunjung, bernyanyi atau memberikan kesan-kesan kenangan selama mereka berinteraksi dengannya di pemakamannya.

      Tentunya kondisi si murtad bukanlah seperti yg Anda jabarkan yaitu yg murtad ingin bertobat dan ingin kembali ya. Ini bukan dalam bahasan saya.

      Nah, apakah Anda setuju dng pernyataan saya tersebut? Jika Anda tidak setuju maka apa yg saya tulis tidak berdasarkan fakta. Tp jika setuju memang demikian faktanya, bukan?

      Jadi menurut saya sangat lucu ketika Anda minta siapa, kapan dll krn yg kita diskusikan adalah ajaran SSY. Bukan pribadi dll

      (bersambung)

      Delete
    10. You said

      saya juga berbicara berdasarkan fakta, baik berupa kutipan artikel lengkap yg memang ada maupun pengalaman yg juga pernah terjadi! . . . apa yg Bpk Awi sampaikan adalah “setengah kebenaran” dg tujuan utk mendiskreditkan MP/SSY. Padahal Bpk pernah mengatakan “SANGAT INGIN memberikan informasi yang AKURAT dan BERIMBANG ttng SSY”!


      My reply

      Apanya yg “setengah kebenaran”?

      Lihat bahasan diatas dan judulnya. Tolong jawab pertanyaan saya berdasarkan kajian thread ini yg intinya:

      Apakah penatua dan teman-2 SSY akan berkunjung ke pemakaman yg murtad?

      Saya tidak membicarakan kondisi-2 yg Anda buat, misalnya SSY ingin kembali dll. Bahasan saya jelas murtad total; tidak ada keinginan kembali jadi SSY dll

      Saat akan membahas thread ini, saya sdh tanya kpd SSY dan saya tanyakan pertanyaan tsb. Jd saya rasa sudah berimbang.

      You said

      Sehubungan dg kutipanya Bpk Awi dibandingkan dg . . . yg saya sajikan, saya sdh buktikan betapa mencolok dan sangat ‘kasar’ caranya Bpk Awi ‘membuang’ dari paragraph, satu kalimat berupa pertanyaan yg justru sangat penting/vital yaitu : “ARE THERE . . .” dan kemudian menggantinya dg cara mengambil satu kalimat dari paragraph yg BERBEDA yaitu “A CHRSTIAN CONGREGATION . . . ”kemudian ‘dicangkokan’ sehingga menghasilkan satu paragraph yg ‘baru’ yg sangat mendukung tuduhannya Bpk Awi.

      Saya tanyakan lagi pertanyaan saya waktu itu : “dalam hal kutip-mengutip tulisan orang lain, jujurkah atau etiskah cara spt itu?”


      My reply

      Saya minta maaf atas kesalahan pengutipan tsb. Terima kasih atas koreksinya.

      Thread ini akan diperbaiki.

      Sumber saya di situs: http://jehovah.net.au/disfellowship.html

      Saya lihat lagi situs tsb dan hanya membuat tanda kotak bukan titik-titik shg saat di copy paste menjadi langsung tersambung.

      Meskipun ada kesalahan kutipan, saya percaya tidak mengubah maknanya dan sesuai dng bahasan saya.

      Sekali lagi, jk Anda menjawab pertanyaan saya di atas dng kata “tidak bersedia hadir” maka memang apa yg saya tulis sesuai konteks. Jika Anda jawab “Ya bersedia” baru tdk sesuai.

      You said

      kalaupun Bpk Awi . . .menganggap situasi . . . dlm artikel ini sbg sebuah ‘kebenaran’, menurut saya, pada kenyataannya ini adalah SKENARIO IMAJINASI yang . . . MUSTAHIL. Mengapa? Krn sbgmn yg Bpk Awi sendiri sebutkan “SSY yg murtad membawa dendam kesumat..”


      My reply:

      Bisa disebutkan dlm thread ini saya kaji ttg SSY yg murtad membawa dendam kesumat? Anda jangan mereka-reka yg tidak dibahas krn setiap bahasan thread berbeda.

      You said

      Apkh masuk akal utk membayangkan mantan SY yg murtad tsb akan mau jika sewaktu ia meninggal nanti, justru SSY yg akan menyampaikan khotbah penghiburan pd acara pemakamannya? . . . Apkh masuk akal utk membayangkan bahwa keluarganya akan datang ke para penatua SY dan meminta mrk utk menyampaikan khotbah penghiburan pada acara pemakaman salah seorang anggota keluarganya?


      My reply

      Anda membatasi pd menyampaikan khotbah penghiburan pd acara pemakaman padahal penjabaran saya lebih banyak.

      Jika Anda pikir lucu berkhotbah, saya permudah deh.

      Bgm jika Anda sebagai penatua: bersediakah hadir saat pemakaman yg murtad total (tidak ingin kembali dll), tidak perlu khotbah deh kalo Anda keberatan dan menilainya lucu; cukup bernyanyi bersama dng yg berduka, menyampaikan kesan-kesan saat masih jd SSY dll seperti yg saya sampaikan?

      Bersediakah Anda?

      Memang Anda tidak satu iman tetapi setidaknya 1 dalam kemanusian!

      Masa sudah jadi mayat pun masih dijauhi. Apa kata dunia? Intoleran dan radikal, bukan?

      Oh ya sebelum saya mengakhirinya.

      Tolong ya buat tanggapan bahasan yg singkat & tidak bertele-tele.

      Untuk tanggapan Anda di seluruh blog ini cukup 2 hlm saja seperti yg saya buat ini krn kalo terlalu panjang; gak dibaca. Contohnya keluhan Anda ttg pencakokan kutipan di atas awalnya tidak saya baca krn memang panjang komen-nya.

      Jika lebih dr 2 hlm, gak dibaca dan saya anggap Anda sedang menyampah dan patut ada di tempat sampah.

      Salam kasih Tuhan Yesus

      Delete
  7. Dikasi upacara pemakaman kultus kagak ngefek juga.kalee.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  8. Selamat malam tuan maxi

    Lapor, belum ada orang katolik yg pas pilkada pilih calon muslim, jenazahnya ditolak di misa kan oleh pastor.

    Salam
    AS

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.