Api Neraka |
- AWI: “Betapa tidak. Tentunya Enci (keduanya adalah Tionghoa) tidak mempercayai adanya penyiksaan kekal di dalam neraka, bukan?”
- SYY: “Tentunya, tidak. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Bagaimana dengan bapak?”
- AWI: “Saya sangat mempercayainya. Nah, mengapa saya katakan menjadi Saksi Yehuwa sangatlah rugi? Anggaplah bahwa ajaran “api neraka” tidak ada sehingga ajaran yang saya yakini keliru, maka bagi saya tidaklah masalah karena saya toh tidak rugi apa pun juga. Ketika mati, saya tidak mendapatkan hukuman apapun meskipun ternyata keyakinan saya keliru. Saat mati, saya musnah atau lenyap begitu saja. Saya sama sekali tidak merasakan apa pun juga. Rasanya saya siap menghadapinya.
- Sebaliknya, jika ternyata ajaran yang Enci yakini keliru, dan apa yang saya yakini benar yaitu ternyata api neraka itu ada, bukankah berarti Enci akan disiksa di dalam kekekalan? Bukankah berarti menjadi Saksi Yehuwa rugi? Siapkan Enci untuk dihukum di dalam kekekalan? Nah ini adalah kerugian yang pertama.
- Sekarang kerugian kedua. Enci meyakini bahwa ada kesempatan kedua bagi seseorang yang jahat untuk selamat setelah kematiannya, bukan?” [1]
- SSY: “Betul”
- AWI: “Saya meyakini bahwa Allah tidak memberikan kesempatan kedua bagi umat manusia setelah kematiannya. Setelah manusia mati, maka ia akan diadili sesuai dengan perbuatannya. Nah, anggaplah ajaran yang saya yakini salah, ternyata keyakinan Enci yang benar. Maka saya tidak rugi apapun juga karena saya toh akan mendapatkan kesempatan kedua. Saat saya dibangkitkan untuk diberi kesempatan kedua, dan saat itu saya tahu bahwa ajaran Saksi Yehuwa lah yang benar maka bagi saya belumlah terlambat untuk meyakininya agar selamat. Sebaliknya, ternyata jika ajaran Saksi Yehuwa keliru, tidak ada kesempatan kedua buat Enci, bukankah Enci akan dihukum di dalam kekekalan? Jadi bagi saya, ini kerugian yang kedua bagi Saksi Yehuwa.”
- SSY: “Tetapi yang demikian bukanlah ajaran Alkitab. Apa yang diajarkan Alkitab....”
Saksi Yehuwa itu melanjutkan argumentasi-argumentasi sesuai dengan pembahasan saya di bagian Api Neraka: Apakah Bagian dari Keadilan Allah?.
Sekarang waktunya kita membahas satu per satu ajaran Saksi Yehuwa tersebut. Apakah ajaran Menara Pengawal itu sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab? Karena pembahasannya agak panjang, maka saya akan bagi menjadi beberapa bagian.
Neraka Hanyalah Sebuah Kuburan Umum
Saksi Yehuwa menolak pemahaman 'neraka sebagai tempat penyiksaan dengan api' karena diajarkan oleh Menara Pengawal bahwa bahasa asli yang digunakan adalah Sye’ohl bahasa Ibrani dan padanannya hai′des bahasa Yunani adalah suatu kuburan umum, bukanlah suatu tempat penyiksaan. Perhatikan kutipan berikut ini:
Neraka Hanyalah Sebuah Kuburan Umum
Saksi Yehuwa menolak pemahaman 'neraka sebagai tempat penyiksaan dengan api' karena diajarkan oleh Menara Pengawal bahwa bahasa asli yang digunakan adalah Sye’ohl bahasa Ibrani dan padanannya hai′des bahasa Yunani adalah suatu kuburan umum, bukanlah suatu tempat penyiksaan. Perhatikan kutipan berikut ini:
Definisi: Kata “neraka” terdapat dalam banyak terjemahan Alkitab. Dalam ayat-ayat yang sama, terjemahan-terjemahan lain menyebutkan ”kubur”, ”dunia orang mati”, dan sebagainya. Alkitab-Alkitab lain hanya mentransliterasi kata-kata bahasa asli yang kadang-kadang diterjemahkan ”neraka”; yaitu, mereka menyatakannya dengan huruf-huruf abjad kita tetapi tetap tidak menerjemahkan kata-kata itu. Apa kata-kata itu? Sye’ohl′ dalam bahasa Ibrani dan kata yang sama dalam bahasa Yunani, hai′des, yang memaksudkan, bukan suatu kuburan pribadi, tetapi kuburan umum umat manusia yang mati; juga kata Yunani, ge′en‧na, yang digunakan sebagai lambang kebinasaan kekal. Tetapi, dalam Susunan Kristen maupun dalam banyak agama non-Kristen diajarkan bahwa neraka adalah suatu tempat yang dihuni oleh hantu-hantu dan tempat orang-orang fasik dihukum (dan ada yang percaya bahwa mereka dihukum dengan siksaan) setelah mati. (Bertukar Pikiran, 235)
Bagaimana pendapat saya? Pemahaman yang demikian adalah benar! Namun begitu, pemahaman kata 'sye’ohl dan hai′des yang demikian hanyalah 1 bagian dari arti 'sye’ohl dan hai′des dari beberapa arti lainnya. Organisasi Saksi Yehuwa hanya menguraikan arti yang cocok dengan doktrinnya. Pemahaman lainnya tidak diungkapkan. Menara Pengawal telah menggunakan 'selective writting' yaitu menulis secara selektif bagian-bagian tertentu saja untuk menyesatkan pembacanya. Ini merupakan teknik propaganda informasi yang menyesatkan.
Kamus bahasa (leksikon) yaitu Thayer’s Greek-English Lexicon of the New Testament menguraikan istilah hai′des (Strong's no. G86) selain makna kuburan umum sebagai berikut:
"....dunia orang mati,"... "itu menandakan...daerah yang mengerikan, gelap...dan tempat yang menyedihkan...bumi yang sangat dalam...suatu tempat umum dari roh yang tak bertubuh..."
"....the realm of the dead,”... “it denotes...the infernal regions, a dark...and dismal place... in the very depths of the earth...the common receptacle of disembodied spirits....”
Nah, kata hai′des secara lengkap di kamus tidak hanya digunakan untuk kuburan umum, tetapi juga dapat berarti dunia orang mati, suatu tempat umum dari orang yang tak bertubuh dan lain-lain seperti di atas.
Sementara itu, kata Yunani ge′en‧na biasanya digunakan untuk hal-hal yang menyangkut 'api yang kekal'. Berkenaan dengan kata ini, Vine’s Complete Expository of Old and New Testament Words (Strong's no. 1067) menyatakan:
Lagi pula, jika neraka hanya 'sebuah kuburan umum' tempat orang mati dan tidak ada hukuman sehingga tidaklah perlu ditakutkan, mengapa Tuhan Yesus mengatakan agar kita 'takut' kepada Dia yang dapat melempar atau membinasakan jiwa dan tubuh di dalam Gehena? Tentunya tempat gehena ini merupakan tempat yang begitu mengerikan sehingga kita patut takut kepada Dia yang dapat memasukkan kita ke dalamnya, bukan? Sebaliknya, jika neraka hanyalah kuburan biasa dan tidak ada penghukuman — seperti di simulasi diskusi saya di atas — kita tidak perlu takut, bukan? Perhatikan perkataan Tuhan Yesus berikut ini:
Sementara itu, kata Yunani ge′en‧na biasanya digunakan untuk hal-hal yang menyangkut 'api yang kekal'. Berkenaan dengan kata ini, Vine’s Complete Expository of Old and New Testament Words (Strong's no. 1067) menyatakan:
“Geenna represents the Hebrew Ge-Hinnom (the valley of Tophet) and a corresponding Aramaic word....To the passage in Matt. 18, and in Mark 9:43-47, is parallel; here to the word ‘hell’ are applied the extended descriptions ‘the unquenchable fire’ and ‘where their worm dieth not and the fire is not quenched.’“Demikian juga Thayer’s Greek-English Lexicon of the New Testament menyatakan hal yang sama:
Geenna mewakili kata Ibrani Ge-Hinom (lembah Tophet) dan kata bahasa Aram yang sesuai .... Untuk bagian dalam Mat. 18, dan Markus 9:43-47, sejajar; di sini untuk kata 'neraka' diterapkan deskripsi yang diperluas 'api yang tak terpadamkan' dan 'di mana cacing tidak mati dan api tidak akan padam'
"Gehenna, nama sebuah lembah di S. dan E. ... Yerusalem yang disebut dari tangisan anak-anak kecil yang dilemparkan ke dalam pelukan api Molokh .... Orang-orang Yahudi begitu membenci tempat itu sesudah pengorbanan yang mengerikan telah dihapuskan oleh raja Yosia .... bahwa mereka dilemparkan ke dalamnya tidak hanya segala macam sampah, tetapi bahkan mayat hewan dan penjahat yang telah dieksekusi tetapi belum dikubur. Dan karena pembakaran selalu diperlukan untuk mengkonsumsi mayat, bahwa udara mungkin tidak menjadi terkontaminasi oleh pembusukan, maka terjadilah bahwa tempat itu disebut gehenna tou puros [gehenna api ].... dan kemudian nama ini ditransfer ke tempat di Hades di mana orang fasik setelah mati akan menderita hukuman. "Jadi jelas, sekarang bahwa organisasi Saksi Yehuwa telah memberikan pemahaman yang menyesatkan kepada pembacanya seolah-olah kata 'hai′des ataupun Sye’ohl' hanyalah memiliki makna 'sebuah kuburan umum', padahal berdasarkan kamus, artinya lebih dari 'sebuah kuburan umum'. Demikian juga kata 'gehenna', memiliki makna 'api yang tidak terpadamkan' di mana orang fasik setelah mati akan menderita hukuman.
“Gehenna, the name of a valley on the S. and E. of Jerusalem...which was so called from the cries of the little children who were thrown into the fiery arms of Moloch....The Jews so abhorred the place after these horrible sacrifices had been abolished by king Josiah....that they cast into it not only all manner of refuse, but even the dead bodies of animals and of unburied criminals who had been executed. And since fires were always needed to consume the dead bodies, that the air might not become tainted by the putrefaction, it came to pass that the place was called gehenna tou puros [gehenna of fire]....and then this name was transferred to that place in Hades where the wicked after death will suffer punishment.”
Lagi pula, jika neraka hanya 'sebuah kuburan umum' tempat orang mati dan tidak ada hukuman sehingga tidaklah perlu ditakutkan, mengapa Tuhan Yesus mengatakan agar kita 'takut' kepada Dia yang dapat melempar atau membinasakan jiwa dan tubuh di dalam Gehena? Tentunya tempat gehena ini merupakan tempat yang begitu mengerikan sehingga kita patut takut kepada Dia yang dapat memasukkan kita ke dalamnya, bukan? Sebaliknya, jika neraka hanyalah kuburan biasa dan tidak ada penghukuman — seperti di simulasi diskusi saya di atas — kita tidak perlu takut, bukan? Perhatikan perkataan Tuhan Yesus berikut ini:
Dan jangan menjadi takut kepada mereka yang membunuh tubuh tetapi tidak dapat membunuh jiwa; tetapi sebaliknya takutlah kepada dia yang dapat membinasakan baik jiwa maupun tubuh dalam Gehena (Mat. 10:28, NW)
Tetapi aku akan menunjukkan kepada kamu siapa yang perlu ditakuti: Takutilah dia yang setelah membunuh, memiliki wewenang untuk melemparkan ke dalam Gehena. Ya, aku memberi tahu kamu, takutilah Pribadi ini (Luk. 12:5, NW)
Neraka Hanya Sebuah Kiasan
Untuk menyakinkan adanya 'api neraka sebuah tempat penyiksaan', saya menunjukkan Luk. 16:19-31 sebuah perikop tentang Lazarus dan orang kaya yang menjelaskan betapa benar adanya siksaan neraka. Tetapi, penatua dari Saksi Yehuwa meminta saya membaca pasal 16 ayat 1 yaitu perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur. Menurut beliau perikop pasal 16 secara keseluruhan merupakan perumpamaan, jadi hanyalah sebuah hiasan atau simbol. Hal ini selaras dengan arti dari 'hai′des ataupun Sye’ohl' hanyalah memiliki makna 'sebuah kuburan umum'.
Bagaimana pendapat saya? Misalnya, saya berkata bahwa 'ia adalah jantung hati saya'. Apakah pemahaman jantung di sini adalah hiasan atau benar-benar organ tubuh saya? Tentunya, tidak ada seorang pun yang berpikir bahwa arti jantung di kalimat itu adalah organ tubuh saya. Tetapi bagaimana jika saya katakan 'dokter itu sedang membedah jantung saya'. Apakah pemahaman arti kata jantung di dalam kalimat itu? Apakah suatu hiasan atau benar-benar organ tubuh saya? Tentunya, orang akan mengatakan organ tubuh saya.
Demikian juga dengan perkataan Yesus. Pertama, seperti yang telah saya jelaskan di atas, kita tidak dapat mengartikannya sebagai sebuah hiasan karena arti lain dari hai′des ataupun Sye’ohl' adalah bukan sekedar kuburan, tetapi juga itu menandakan...daerah yang mengerikan, gelap...dan tempat yang menyedihkan...bumi yang sangat dalam...suatu tempat umum dari roh yang tak bertubuh.
Kedua, kita harus mengamati konteks bahasa situasi yang gunakan Yesus sungguh-sungguh keras yang menandakan bahwa benar ada tempat seperti itu. Perhatikan perkataan Yesus yang tidak hanya berbicara tentang neraka (gehenna) saja, tetapi ada konteks kalimat yang mengikutinya yaitu 'ke dalam api yang tak terpadamkan
Kedua, kita harus mengamati konteks bahasa situasi yang gunakan Yesus sungguh-sungguh keras yang menandakan bahwa benar ada tempat seperti itu. Perhatikan perkataan Yesus yang tidak hanya berbicara tentang neraka (gehenna) saja, tetapi ada konteks kalimat yang mengikutinya yaitu 'ke dalam api yang tak terpadamkan
43Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka (gehenna), ke dalam api yang tak terpadamkan.... 47Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka (gehenna), 48di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. 49Karena setiap orang akan digarami dengan api. (Mark. 9:43, 47-49, TB)
Jika maksud Tuhan Yesus neraka atau gehenna itu hanyalah tempat pembakaran mayat biasa, mengapa api pembakaran itu tidak padam? Jika pembakaran dilakukan dengan api biasa, maka tentunya akan padam, bukan? Maka masuk akal jika kita pahami seluruh konteks bahasa dari maksud Tuhan Yesus gehenna di sini bukanlah sekedar tempat pembuangan mayat saja, melainkan adanya siksaan kekal yang dilambangkan dengan api yang tak terpadamkan.
Ketiga, meskipun Tuhan Yesus banyak menggunakan perumpamaan di dalam pengajaran-Nya, tetapi Ia menggunakan illustrasi perumpamaan sedemikian rupa yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang nyata sehingga mudah dimengerti para pendengarnya. Khususnya Luk. 16:19-31, perumpamaan tersebut haruslah nyata karena Yesus menggunakan nama Lazarus seseorang yang memiliki hubungan dengan-Nya, tidak hanya sekedar sebuah simbol. Jika memang hanyalah sebuah simbol maka Yesus tidak menggunakan nama Lazarus.
Tidak Ada Kesadaran Setelah Kematian
Ajaran Menara Pengawal tentang roh manusia yang musnah, lenyap atau berkematian setelah ia meninggal sehingga manusia tidak ada kesadaran juga merupakan ajaran yang menyesatkan. Di halaman terpisah saya akan bahas dengan detail bagaimana ajaran tersebut tidaklah alkitabiah.
Perhatikan Yudas 7 (NW) sebagai berikut:
Demikian pula Sodom dan Gomora dan kota-kota di sekelilingnya, setelah dengan cara yang sama seperti mereka yang disebut terdahulu melakukan percabulan secara berlebihan dan mengejar daging untuk digunakan berlawanan dengan kebiasaan yang alami, menjalani hukuman pengadilan berupa api abadi, dan dengan demikian mereka ditaruh di hadapan kita sebagai contoh peringatan.
Perhatikan kalimat menjalani hukuman pengadilan berupa api abadi yang jelas menolak ajaran Saksi Yehuwa bahwa di dalam kematian tidak ada kesadaran. Bagaimana roh manusia bisa menjalani hukuman di dalam api abadi jika roh manusia tidak memiliki kesadaran? Hanya jika roh manusia memiliki kesadaran maka roh manusia itu dapat menjalaninya, bukan?
Demikian pula Mat. 22:13 (NW) berikut ini yang menolak ajaran tidak ada kesadaran setelah kematian karena bagaimana orang yang disiksa dapat menangis dan mengertakkan giginya jika tidak ada kesadaran? Bukankah karena adanya kesadaran maka ia dapat menangis dan mengertakkan giginya?
Lalu raja mengatakan kepada hamba-hambanya, ’Ikatlah tangan dan kakinya dan campakkan dia ke dalam kegelapan di luar. Di sanalah kelak ia menangis dan mengertakkan gigi.’Bagaimana pendapat saudara?
Bagaimana dengan argumentasi Saksi Yehuwa bahwa Allah yang pengasih memasukkan manusia ke dalam neraka, ajaran tentang neraka tidak masuk akal dan lain-lain argumentasi? Silahkan klik Allah Mencipta Neraka Untuk Menyiksa Manusia untuk bahasannya.
Artikel terkait:
1. Allah Mencipta Neraka Untuk Menyiksa Manusia?
2. Api Neraka-Apakah Bagian Dari Keadilan Allah
3. Ajaran Saksi Yehuwa: Bidat Atau Sejati?
Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah jalan-jalan kematian (Amsal 16:25, NW)
[1] Ajaran Saksi Yehuwa sungguh aneh yaitu saat manusia mati, maka ia telah membayar dosa-dosanya sendiri. Saksi Yehuwa mentafsirkan Roma 6:23: 'Sebab upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian' (NW). Oleh sebab itu, ia tidak dihukum karena dosa-dosanya telah terhapus saat mati. Lalu, setelah armagedon, ia akan mendapatkan kesempatan kedua untuk menjalani hidup ini. Jika ia taat maka ia akan hidup kekal selama-lamanya. Sebaliknya, jika ia tidak taat maka ia akan dimusnahkan kembali sebagai hukumannya.
Halo selamat siang Bpk Awi. Senang kita bisa ketemu lagi siang ini. Terus terang sbgmn yg sdh saya jelaskan di bagian2 lain dr komentar saya, bahwa saya akan membuktikan kpd Bpk Awi pernyataan2 saya, baik soal "banyak mengutip diluar konteks" maupun tanggapan saya soal AJARAN (apakah apa yg saya percayai sbg seorang SY berdasarkan Alkitab adalah sesat menurut Bpk Awi atau sebaliknya apa yg Bpk Awi percayai adalah SALAH), termasuk soal artikel ini. Tapi terus terang itu akan memakan cukup banyak halaman krn akn cukup panjang, padahal kalau sy melakukannya di kotak ini ("Poskan Komentar") berarti akn terpoton-potong krn hanya bisa memuat sekitar 4.000-an karakter sekali kirim. Buat saya pribadi, hal itu sangat tidak nyaman. Apkh Bpk bisa TOLONG bantu saya, kira2 bgm cara yg paling bagus spy tdk terpotong-potong? Semoga ada jalan keluar yg bagus. Terima kasih sebelumnya. Sampai ketemu lagi.
ReplyDeleteDear Bp Maxi,
ReplyDeleteSenang sy membaca respons dr Bp di atas. Tentunya pembaca kristiani blog ingin skali melihat pembuktian yg Bpk janjikan itu.
Sy sngat bersyukur krn dr nada bicara Bpk, ternyata sudah cooling down.
Sy rasa, sebagai orang-orang yg mengklaim Kristen, seharusnya mengedepankan akal sehat dr pd emosi apalagi otot, bukan? Jk apa yg sy tulis memang diluar konteks dan tidak benar. Ya tolong buktikan, tidak perlu mengancam apalagi menanyakan alamat kantor atau rumah seperti yg ditanyakan oleh Bp Suria via email. Ini aneh, mau apa, ya?
Sy saja membaca brosur "Haruskah Anda Percaya Tritunggal?" tidak protes, melainkan membuat blog ini untuk menjelaskan perihal yg sebenarnya.
Sy mengerti kendala Bp dalam usaha membuktikan kebenaran yg Bpk yakini benar. Bagaimana jk Bpk membuat blog sendiri? Dr sana Bpk bisa membuktikan bahwa sy keliru. Dan sy akan buat link di artikel sy akan tanggapan Bpk itu shg pembaca mendapatkan keterangan yg berimbang & obyektif.
Manfaat membuat blog banyak loh. Banyak SSY membuat blog. Hitung-hitung Bpk melakukan dinas; melalui dunia maya.
Membuat blog tidak sulit dan gratis pula. Sy banyak dituntun di http://artikelkomputerku.blogspot.com/. 2-3 hari Bpk pelajari, dijamin bisa buat hal2 yg sederhana untuk mengekspresikan buah pikiran Bpk.
Ingat Pa, pd akhirnya, pembaca blog ini (atau pun blog yg akan Bp buat) yg menilai siapa yg obyektif dan berimbang. Bukan sy ataupun Bpk yg sedang berpolemik dgn saya. Jangan emosian, santai saja. Lakukan yg terbaik, siapa tahu sy bertobat pa, betul gak?
Salam kasih Kristus Yesus
Saya tertarik dgn artikel Neraka di sini. Sdr.Awi, saya ingin bertanya beberapa hal sehubungan dgn doktrin Neraka yang tidak hanya dipercayai oleh agama Kristen tetapi juga oleh agama Islam dan bahkan oleh agama-agama Non-Samawi (Ardhy) lainnya. Pertanyaan saya sbb:
ReplyDelete1. Bagaimana bentuk tempat siksaan neraka yg mengerikan dan sadis itu menurut pemahaman dogma Kristiani? ada banyak artikel di internet yg menjelaskan neraka dari berbagai versi agama, malahan Agama asli orang India disebutkan bahwa agama ini memiliki versi neraka paling banyak, sampai 8 juta lebih jenisnya. Ada versi agama yg menggambarkan orang disiksa dgn dikuliti tubuhnya, kemudian diseterika, disayat-sayat, lalu dibakar hidup-hidup selama-lamanya. Jika benar demikian, Betapa mengerikan dan sadisnya Tuhan menyiksa seorang pedosa selama-lamanya tanpa diberikan kesempatan bertobat kembali. Kontradiktrif dengan sikap Yesus terhadap penjahat / pedosa yang disalib disebelahnya.
2. Konsep neraka seperti apa yang diimani oleh anda? siksaan jenis apa yang akan dirasakan oleh manusia-manusia yg akan masuk dalam tempat penyiksaan itu? Kalau kita googling di inet ada banyak sekali versi neraka berdasarkan agama2 di dunia ini, salahsatunya : beda-dunia.blogspot.com/2013/03/gambaran-siksa-neraka-menurut-berbagai-agama.html nah, menurut pemahaman anda yg mana yg benar?
3. Dalam konsep neraka, seorang pedosa harus merasakan siksaan dlm tubuhnya, nah ini rada aneh, bukankah tubuh manusia setelah mati akan lenyap bersama tanah dan arwahnya / rohnya yang akan melayang "terbang" ke neraka? nah, bagaimana konsep bible bhw tubuh manusia pedosa itu yg akan merasakan siksaan api kekal di neraka sedangkan yg ke sana adalah arwahnya? atau mungkin arwahnya akan merasakan siksaan seperti ketika dia memiliki tubuh jasmani?
4. Berapa lama seorang pedosa itu akan disiksa? kita semua tahu umur manusia rata-rata 70 - 80 tahun hidup di bumi ini, katakanlah misalnya seseorang melakukan dosa dari sejak lahirnya hingga dia berumur 70 tahun lalu mati, katakanlah orang itu selalu berbuat jahat setiap hari selama 70 tahun hidupnya (meskipun jarang sekali orang macam itu, biasanya orang melakukan dosa secara sporadis), nah, apakah orang itu akan dihukum abadi dengan siksaan kekal, selama-lamanya tanpa batas disiksa terus menerus, dibakar terus menerus? bukankah yang adil adalah orang itu disiksa selama 70 tahun saja, selama seumur hidupnya di bumi? dalam UU hukum Pidana hukuman paling adil bagi org macam itu adalah dihukum mati atau dipenjara seumur hidup, apakah menurut pemahaman anda berdasarkan Bible sebenarnya hakim atau jaksa atau polisi di dunia ini pun seharusnya menyiksa para penjahat di penjara selama dia hidup? agar sesuai dengan konsep keadilan Kristiani berdasarkan konsep pemikiran Neraka?
5. Yang saya pernah ketahui dari SSY, mereka mengutip banyak contoh dari Alkitab bahwa Tuhan itu punya sifat penyabar, pemaaf dan berbelaskasihan terhadap manusia ciptaannya, termasuk thd para pedosa, bukan berarti dia tidak menghukum, tetapi hukuman yg paling tinggi terhadap pedosa adalah hukuman mati dan bukan siksaan (contoh: Air Bah, pembinasaan Sodom Gomorah, dll). Bukankah konsep siksaan abadi bertentangan dgn sifat Tuhan tsb? lagipula manusia tidak minta diciptakan di dunia ini, manusia ada di dunia ini adalah krn Tuhan ingin menciptakan manusia dan karena kasih karunia dia, maka jika manusia melakukan dosa, ya fairnya adalah lenyapkan saja kembali manusia itu karena toh manusia tidak minta ke Tuhan agar exist dan tercipta. Bagaimana menurut sdr.Awi?
Cheers,
VAIO
Dear Pembaca blog,
DeleteSilahkan klik Allah Mencipta Neraka Untuk Menyiksa Manusia? untuk jawabannya
Perlu digarisbawahi kalimat sdr vaio: lagi pula manusia tidak minta untuk diciptakan. Ini kalimat durhaka. Yesus tidak mengajarkan orang supaya durhaka.
DeleteSdr vaio sungguh aneh terobsesi dg neraka yg sudah jelas terdeskripsi ada nyala api abadi, gelap gulita, ada suara kertakan gigi, ada suara ratapan tangis. Matahari dan bulan nantinya tidak diperlukan lagi maka itu artinya tidak ada batas jam, hari, bulan, tahun, artinya abadi. Ini bukan menambah2i , tapi guru palsu anda yg mengurang2i neraka agar banyak korban yg bisa diseret menemani. Pelajari kembali prinsip cahaya dalam ruang akan memantul jika mengenai permukaan benda. Di neraka ada api sebagai sumber cahaya, namun sayangnya permukaan sbg media pemantul tidak ada shg sungguh benar akan gelap gulita yg terlihat hanya api dan bayangan hitam. Kalau tidak percaya kamar tidur anda dicat dulu dengan warna hitam dove, semua lobang angin dan kaca jendela ditutup triplek warna hitam, lantai dan plafon jangan lupa dicat hitam, terus anda bawa lilin yg banyak, masuk dah kedalam kamar tsb, ketemu spt yg diajar guru palsumu? Dibodohi cukup sekali saja, jangan keterusan.
Salam
AS
Bayangkanlah sebuah botol yg dilempar ke planet matahari. Botol itu tidak punya otak dan syaraf sensorik untuk merasakan panas. Namun kita berpandangan botol itu telah menyatu dengan panas. Benar2 panas dan tidak dapat disangkal dg penjelasan apapun. Jiwa/roh pun jika dikurung dalam nyala api akan kepanasan dan menderita, sengsara, merana, nestapa. Tidak bisa musnah, hanya kering, gosong, dan legam.
DeleteMenderita karena tidak dapat meloloskan diri, tidak ada harapan naik banding, peninjauan kembali, remisi, dispensasi, dll, ditinggal, diabaikan, direlakan, disingkirkan, kehausan. Semuanya menghasilkan siksaan tanpa perlu repot2 mengotori tangan untuk menyiksa.
Mudah2an para saksi sadar.
Salam
AS
Untuk bahan perenungan, saya kutip referensi tulisan yg cukup menarik tentang Agnostic & Atheist.
ReplyDeletehttp://sosbud.kompasiana.com/2012/06/24/atheis-setelah-mati-dan-agama-yang-paling-benar-466741.html
VAIO
Nabi Yesaya mengajarkan adanya neraka. Rasul Yohanes dlm kitab wahyu sudah melihat surga & neraka.
ReplyDeleteGuru palsu, tamatlah riwayatmu. Dua orang saksi sdh cukup untuk melumat ajaran terkutuk kuburan umum.
Salam
AS
Perumpamaan Orang kaya dan Lazarus yang miskin Luk 16:19-31merujuk siksaan neraka. Ayat 24.....aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
ReplyDeleteSekaligus menganulir doktrin ssy ttg ujung akhir hidup manusia yg musnah, dalam keadaan tidur di kuburan umum, data2 genetiknya dicopy percis dan diberi tubuh yg baru saat dibangkitkan.
Ayat22 orang miskin itu dibawa malaikat2 ( jadi tidak musnah dan tidak tidur). Ayat 23 orang kaya itu.......ia menderita sengsara di alam maut.....( jelas tidak musnah dan tidak tidur ).
Doktrin guru palsu itu fiktif, penuh tipu muslihat, sangat menguntungkan orang2 yg cara hidupnya ugal2an, tidak menguntungkan orang yg hidup dg saleh ( krn tidak dapat upah / upahnya sama dg orang yg jahat ).
Salam
AS
Pengetahuan alam mengatakan batu tidak mungkin terbakar, tapi meteor bisa terbakar hingga volumenya menyusut dan tidak ada yg memantik api nya.
ReplyDeleteFisika mengatakan api/pembakaran butuh oksigen, tapi dalam perut bumi yg miskin oksigen api menyala terus menerus.
Contoh pertama api dapat diciptakan dari panas gesekan, Allah bahkan bisa membakar samudra, sebab manusia saja sudah bisa mengelas besi di dalam laut. Lantas mengapa harus tidak percaya ada api neraka, hanya karena membaca majalah?
Contoh kedua mengatakan energi bersifat kekal. Lantas kenapa harus membatas-batasi periode siksaan api neraka, hanya karena kasak-kusuk guru palsu?
Salam
AS
Ah.. Artikel Bung Awi ini sangat menarik. Kapan2 kalau saya sudah menjadi misionaris/street evangelist, saya akan berusaha untuk membuat artikel bung Awi ini menjadi sebuah buku. Shalom Alaichem
ReplyDelete