Praktek Kasih Saksi Yehuwa, Kepolisian dan Dinas Militer

orang kristen saksi yehuwa terhadap kepolisian dan militer yang tidak mempraktekkan kasih terbesar
Kelompok Manakah yang Memiliki Kasih Terbesar?
SUASANA PERPOLITIKAN INDONESIA kian memanas seiring akan diselenggarakannya Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) pada 15 Feb 2017. Saat saya menulis artikel ini, pihak penegak hukum seperti Kepolisian yang dikomandani Tito Karnavian dan Gatot Nurmantyo, Panglima TNI (Tentara Nasional Indonesia) begitu sibuk mencoba memberi kenyamanan dan keamanan kepada setiap warga negara yang dilanda isu perpecahan dan makar terhadap pemerintahan yang sah. Meskipun kita tidak dalam kondisi perang dengan negara lain,  Panglima TNI dengan begitu tegas mengatakan, “Prajurit saya juga siap berjihad mempertahankan NKRI berdasarkan Pancasila. Bersama masyarakat, kita bersama-sama mempertahankan Pancasila”. 

Bagaimana pemahaman Saksi Yehuwa tentang menjadi seorang serdadu/militer atau polisi?

Organisasi Saksi Yehuwa tidak melarang secara eksplisit dan jelas para anggotanya untuk menjadi anggota kepolisian. Dalam kutipan berikut ini secara implisit mengindikasikan jika anggota polisi tidak membawa senjata maka seorang Saksi Yehuwa boleh menjadi seorang polisi. Berikut kutipannya:


Tanggapan ”Sedarlah!”: Seri kami hanya mengakui beberapa pekerjaan bermanfaat yang dilakukan polisi dalam memelihara ketertiban dan menyediakan pelayanan lain yang diperlukan. Kebanyakan Saksi-Saksi Yehuwa menghindari pekerjaan yang menuntut mereka membawa senjata, karena mereka tidak ingin mendatangkan utang darah dengan menghilangkan kehidupan. (Keluaran 20:13; Matius 26:51, 52) Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa ada banyak orang yang bekerja pada lembaga-lembaga penegak hukum yang tidak wajib membawa senjata jenis apa pun, dan di beberapa negeri kebanyakan polisi tidak membawa pistol. (Sedarlah!, hlm. 30, 22/2/2003)
Bagaimana dengan berdinas menjadi seorang tentara atau militer? Organisasi jelas melarangnya dalam kutipan berikut:

Definisi: Kedudukan orang-orang yang tidak memihak atau memberikan dukungan kepada salah satu dari dua pihak atau lebih yang saling berlawanan. Suatu fakta dalam sejarah kuno dan zaman modern ialah bahwa dalam setiap bangsa dan di bawah segala keadaan orang Kristen sejati berupaya mempertahankan kenetralan penuh dalam konflik di antara golongan-golongan di dunia. Mereka tidak ikut campur dengan apa yang dilakukan orang lain sehubungan dengan ambil bagian dalam upacara patriotik, berdinas dalam angkatan bersenjata, bergabung dengan suatu partai politik, mencalonkan diri untuk suatu jabatan politik, atau memberikan suara dalam pemilihan umum. Namun, mereka sendiri menyembah hanya Yehuwa, Allah dari Alkitab; mereka telah membaktikan kehidupan mereka tanpa syarat kepada-Nya dan memberikan dukungan penuh kepada Kerajaan-Nya. (Bertukar Pikiran, hlm. 189)
Nah, inilah yang membongkar sikap keegoisan dan kemunafikan para Saksi Yehuwa. Ini alur logikanya. Misalnya, meskipun dalam konteks Indonesia saat ini tidak sedang dalam kondisi berperang dengan negara lain, tetapi para anggota TNI jelas-jelas bersedia berjihad untuk kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan demikian juga kepolisian berupaya memberikan keamanan dan kenyamanan kepada seluruh masyarakat. Diantara anggota TNI dan kepolisian tentunya banyak orang Kristen yang bersedia berkorban, mungkin nyawanya sekalipun, untuk tujuan mulia tersebut. Sementara para orang Kristen tersebut berupaya menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI, keamanan serta kenyamanan, sebaliknya para Saksi Yehuwa berpangku-tangan menikmati keutuhan NKRI dan hidup dalam keamanan serta kenyamanan yang diberikan oleh para orang Kristen tersebut.   

Pertanyaannya sekarang adalah golongan manakah yang telah mempraktekkan kasih terbesarnya seperti yang Kristus katakan dalam Yoh. 15:13: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”? Saya percaya para anggota kepolisian dan TNI yang Kristen bahkan yang non Kristen memiliki kasih yang luar biasa karena mereka bersedia memberikan sampai nyawanya bagi orang lain. Dan para Saksi Yehuwa yang mengaku-ngaku Kristen dan memiliki kasih yang hebat hanya berpangku-tangan menikmati pengorbanan orang lain. Sungguh ironis, bukan? Hanya mengaku-ngaku memiliki kasih tetapi tidak bersedia berkorban bagi orang lain. Bandingkan dengan kasih yang dipraktekkan Non-Kristen yang bersedia berkorban dengan kasih Saksi Yehuwa yang hanya mengaku-ngaku tanpa ada bukti nyata. Munafik, bukan?

Bagaimana pendapat Anda tentang artikel Praktek Kasih Saksi Yehuwa, Kepolisian dan Dinas Militer?

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (2 Yohanes 1:7)


1 comment :

  1. Kl polisi tentara tdk dipersenjatai, siapa yg akan hadapi teroris ? kalian mau mati konyol untuk hentikan mereka ?

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.