Apakah Arti Natal Bagi Saudara? |
“Natal merupakan tradisi kafir yang menyusup ke dalam gereja“ sambil membuka publikasi Menara Pengawal untuk membuktikan berdasarkan encyclopedia ini dan itu. Bahkan Saksi Yehuwa akan menambahkan bahwa Natal merupakan ajang pesta pora, mabuk-mabuk dan lain-lain perbuatan yang menjijikkan di mata Yehuwa.
Ya, saya harus akui bahwa makna Natal yang sesungguhnya mengalami “penyelewengan”, Natal hanya dijadikan sebagai ajang acara pesta tutup tahun, tamasya, reuni keluarga dan sebagainya; sesuai dengan definisi individual masing-masing orang. Saya tidak mengatakan bahwa semua itu salah untuk dilakukan, tetapi jika Natal hanya sekadar ajang acara demikian, maka kita akan kehilangan makna yang sesungguhnya dari Natal. Jadi, apakah makna Natal yang sesungguhnya?
Alkitab dengan sangat jelas mewartakan adanya makna Natal yang bersifat objektif yang semestinya dapat diterima oleh siapapun, termasuk Saksi-Saksi Yehuwa! Apa?? Saksi Yehuwa menerimanya, apakah itu?
Mungkin istilah “Natal“ beserta tradisinya tidaklah diterima oleh Saksi Yehuwa. Namun demikian, kitab Lukas 2:11 mencatat “Hari ini telah lahir bagimu, Juruselamat yaitu Kristus Tuhan di kota Daud”. Ya, benar. Terlepas dari tanggal Natal dan tradisinya yang diperdebatkan dan dipermasalahkan, pastinya setiap Saksi Yehuwa harus mengakui bahwa pada suatu waktu di masa lalu kitab Lukas mencatat bahwa Juruselamat yaitu Kristus Tuhan telah lahir, bukan? Nah, makna kelahiran Yesus Kristus lah yang akan menjadi topik saya kali ini. Mengapa? Karena melalui kelahiran Yesus Kristus di hari tersebut, sesuatu hal yang sangat penting dan mendasar terjadi kepada manusia berdosa, ya pada semua manusia berdosa (Roma 3:23).
Tentunya kita memiliki beberapa pertanyaan sehubungan dengan kelahiran Kristus yang disampaikan oleh malaikat, bukan? Nah, berikut pertanyaan dan jawaban yang biasa diajukan orang kepada saya.
Pertama, untuk apa dan mengapa Kristus Yesus dilahirkan menjadi manusia (Yoh. 1:1)?
Sederhana, kitab Yohanes 3:16 mengatakan:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (LAI)Ya, karena kasih-Nya Allah telah memberikan Anak-Nya yang Tunggal agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. Itulah kabar baik yang sangat penting dan mendasar diberitakan Injil Yohanes.
Pada mulanya, Allah menciptakan dunia dan manusia dengan sempurna. Tetapi ketika Adam dan Hawa tidak taat akan perintah Allah, Allah harus menghukum mereka dan keturunannya yang mewarisi dosa mereka. Roma 3:23 mengatakan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” Seorang hakim yang membebaskan pelanggar hukum bukanlah hakim yang baik. Demikian pula adalah tidak adil kalau Allah mengabaikan dosa. Mati dalam neraka merupakan hukuman yang adil untuk dosa. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23) Perbuatan amal dan baik sekalipun tidak mampu untuk memperbaiki segala dosa yang telah kita lakukan karena “Segala kesalehan kami [manusia] seperti kain kotor” (Yesaya 64:6).
Dosa-dosa saya dan Saudara bukan dalam pemahaman dosa-dosa yang besar seperti membunuh atau menghujat, tapi juga termasuk berbohong, tamak, mencuri dan lain-lain. Bahkan cinta uang atau membenci musuh adalah dosa. Karena dosa setiap orang akan mengalami kematian; terpisah dari Allah untuk selamanya di dalam neraka.
Dengan perkataan lain, semua manusia yang seharusnya binasa karena dosa (Roma 3:23), beroleh pengampunan dan keselamatan yang pasti dengan percaya kepada Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kelahiran Yesus Kristus merupakan sebuah upaya penyelamatan umat manusia dari dosa-dosanya. Dan sesungguhnya, keselamatan dan hidup kekal tersebut adalah suatu anugerah yang sangat berharga yang tidak mungkin dapat dibeli dengan uang atau dicapai berupa perbuatan baik sekalipun (Efesus 2:8-9). Dan hidup kekal tersebut, juga tidak dapat diberikan oleh agama manapun dan keyakinan apapun, kecuali melalui Yesus Kristus (Yoh. 14:6).
Kedua, mengapa kita membutuhkan Yesus untuk menebus dosa-dosa kita?
Seperti yang saya telah jelaskan di atas, Alkitab mengajarkan bahwa semua manusia berdosa sejak dari lahirnya sehingga tidak mampu melakukan sesuatu yang baik.
Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya. (Kej 8:21b)Bahkan nabi Yesaya pun mengakui bahwa ‘kesalehan’ yang dianggap sebagai perbuatan baik di hadapan Allah hanyalah seperti kain kotor! (Yes. 64:6). Oleh sebab itu, suatu hal yang mustahil bagi manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari hukuman Allah dengan amal perbuatan sebaik dan semulia apapun.
Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat. (Maz 58:4)
Untuk memperjelas point ini saya berikan illustrasi dengan sebuah pertanyaan: Jika kita timbang antara perbuatan baik dan jahatnya seseorang lakukan seumur hidupnya; Perbuatan yang baik atau jahatkah yang lebih banyak dilakukannya? Jika kita mau jujur maka kita akan mengatakan; perbuatan jahatlah lebih banyak dilakukan dibandingkan perbuatan baiknya, bukan?
Nah, oleh sebab kita tidak mampu menyelamatkan diri sendiri dari dosa-dosa kita, maka kita membutuhkan seorang Juruselamat untuk menyelamatkan kita. Ini seperti kita akan dihukum mati oleh seorang hakim dan untungnya ada seseorang yang bersedia mati untuk menggantikan posisi kita itu. Dan orang itu adalah Yesus Kristus.
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor. 5:21)Di dalam ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa Tuhan Yesus telah menggantikan posisi kita [sebagai orang berdosa layak menerima hukuman murka Allah] dengan mati di salib untuk memikul dosa-dosa kita. Sekarang kita bukan saja mendapat pengampunan dosa, malahan memperoleh peluang untuk hidup kekal bersama-Nya. Oleh sebab itu, kita mesti beriman pada Yesus Kristus yang merupakan sarana keselamatan yang disediakan oleh Bapa Surgawi (Yoh. 3:16). Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri; kita memerlukan pengganti untuk mengambil-alih tempat kita.
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (1 Kor. 15:3-4).
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. (2 Pet. 2:24)
Ketiga, Untuk Siapakah Keselamatan Yang Diberikan Oleh Kristus?
Keselamatan adalah kasih karunia Allah bagi siapa saja yang mau menerimanya berdasarkan iman kepada Yesus Kristus, bukan karena hasil usaha seseorang (Efesus 2:8). Dengan demikian keselamatan itu tidaklah diberikan kepada semua dan setiap orang! Tidak! Tuhan Yesus mengatakan kepada siapakah pengorbanan nyawa-Nya diberikan di Yohanes 15:13-14:
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.Ya, Tuhan Yesus memanifestasikan kasih terbesarnya dengan mengorbankan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya. Mengapa hanya untuk sahabat-sahabat-Nya saja? Salah satunya dasar dari keselamatan yang diperoleh orang Kristen adalah “persekutuannya“ dengan Bapa dan Yesus Kristus (1 Yoh. 1:3, 1 Kor. 1:9). Persekutuan di sini berarti layaknya sebuah persahabatan yang intim dan sejati antara pribadi orang percaya dengan Kristus di mana ia dapat berkomunikasi dalam bentuk doa, mempercayai-Nya, mencari-Nya dan lain-lain hubungan intim layaknya sebuah persahabatan sejati.
Saya bisa gambarkan hubungan “persekutuan“ Allah dengan ahli-ahli Taurat dan Farisi yang mempelajari kitab suci untuk memperoleh keselamatan, tetapi tidak mendapatkannya. Mengapa? Mereka tidak memiliki hubungan pribadi yang intim dengan Allah yang sejati. Yesaya 29:23 mengatakan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan“. Hubungan demikian yang digambarkan Yesaya jelas bukanlah hubungan yang intim, bukan? Dan ini ditegur oleh Kristus sendiri:
Kamu mempelajari Kitab Suci. Kamu menyangka bahwa Kitab Suci memberikan hidup yang kekal kepada kamu. Kitab Suci itu pun memberi kesaksian mengenai Aku! Tetapi kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk menerima hidup. (Yoh. 5:39-40)Ya, benar untuk memperoleh hidup itu, setiap orang harus datang kepada Kristus secara pribadi! Artinya kita harus memiliki “persekutuan“ dengan diri-Nya. Bukan mempelajari-Nya secara kognitif saja. Saudara boleh hafal begitu banyak ayat-ayat Alkitab dan mengetahui banyak tentang Yesus, tetapi hal ini tidak ada artinya sama sekali tanpa persekutuan yang intim antara Saudara dengan Kristus seperti layaknya sahabat sejati. Mempelajari tentang Yesus tidak akan membawa Anda kepada keselamatan kekal.
Mungkin Saudara berkata, “Oh, saya mempercayai Yesus Kristus adalah Anak Allah dan Juruselamat. Saya juga percaya sarana keselamatan hanya disediakan melalui Kristus saja“. Saya katakan kepada Saudara keyakinan demikian adalah baik. Namun demikian, yang paling utama adalah apakah Saudara memiliki hubungan pribadi yang intim dengan Yesus Kristus layaknya seorang sahabat di mana Saudara dapat mencurahkan isi hati, keluh kesah dan mempercayai Kristus dengan segenap hati dan hal-hal lainnya dalam doa-doa yang ditujukan kepada-Nya? Apakah Saudara berkomunikasi secara intim dengan Yesus layaknya kepada seorang sahabat sejati? Dan apakah Saudara adalah sahabat Kristus?
Jika Saudara pembaca blog ini telah mengetahui banyak tentang Kristus Yesus dalam Kitab Suci, tetapi tidak memiliki hubungan pribadi yang intim dengan-Nya. Maka di dalam rangka mengingat kelahiran Yesus Kristus 2.000 tahun yang lalu, saya mengajak Saudara untuk memikirkannya dengan hati terbuka dan berpikiran jernih pertanyaan berikut ini: Apakah Saudara sudah menjadi sahabat Kristus? Apakah Saudara sudah benar-benar memiliki persekutuan yang intim dengan Yesus? Apakah Saudara sudah datang secara pribadi seperti yang Yesus katakan yaitu tidak hanya sekedar mempelajari Alkitab untuk mengetahui tentang-Nya tetapi datang kepada-Nya untuk beroleh hidup kekal (Yoh. 5:39-40)?
Jika Saudara belum memiliki persekutuan pribadi dengan Kristus yang intim, saya mengundang Saudara untuk berdoa (hanya contoh sebuah doa) secara pribadi di bawah ini untuk menjadi sahabat Kristus yang sejati sehingga Saudara dapat memperoleh hidup kekal itu secara pasti.
-
Bapa Surgawi.
Saya boleh bersyukur atas kasih setia-Mu, Bapa, yang begitu besar yang telah mengirimkan Anak-Mu yang Tunggal, Yesus Kristus, sehingga melalui-Nya saya beroleh kesempatan untuk mendapatkan pengampunan atas seluruh dosa-dosa saya. Ya, Tuhan Yesus ampunilah dosa-dosa saya.
Ya, Tuhan Yesus saya membuka hati saya untuk menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat saya pribadi hari ini. Saya percaya Engkau adalah Allah, telah mati di salib untuk menebus dosa-dosa saya, bangkit secara tubuh pada hari ketiga dan naik ke surga; duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Saya juga mengundang Roh Kudus untuk hadir dalam hidup saya sehingga saya boleh lahir baru.
Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Penebus, saya berdoa.
Amin
Jika Saudara sudah mengucapkan doa itu, maka Saudara sudah memiliki awal hubungan pribadi yang baik dengan Kristus Yesus.
Saya sungguh berharap agar renungan akan Makna Hadiah kelahiran Dan Persahabatan Yesus Kristus ini dapat menjadi berkat bagi semua orang. Hendaklah kita sungguh-sungguh memperingatinya dengan sikap hati dan pengertian yang benar akan makna arti dari kelahiran Kristus yang sejati.
Saya mengucapkan SELAMAT HARI NATAL 2013 kepada pembaca blog ini, semoga kasih setia Kristus yang sejati boleh dilahirkan kembali di dalam hati kita dan selalu baru setiap hari; dari sekarang sampai selama-lamnya. AMIN
Artikel Terkait:
1. Menjadi Sahabat Kristus Menurut Saksi Yehuwa
2. Berdamai Dan Mengatasi Dosa Masa Lalu, Bagaimana?
3. Natal Dan Saksi Yehuwa
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (Lukas 2:10-11)
Selamat Hari Natal juga untuk Pa AWI, semoga berkat Natal ini bisa dirasakan juga oleh segenap pembaca Blog Pa AWI ini.
ReplyDeleteSalam Kasih YESUS KRISTUS, YEHUWA kita.
Yth Pak AWI,
ReplyDeleteNATAL itu bukan Hari yang harus dirayakan. Yesus Kristus tidak lahir tanggal 25 Desember, silahkan baca Artikel Dr. Eddy Kristiyanto di Kompas Minggu, 19 Desember 2004 mengenai "Sol Invictus" (SCAN DOC)
Salam,
Admin http://jawabansy.blogspot.com/
Dear Jawabansy,
DeleteMengenai peringatan natal harus diperingati atau tidak silahkan klik Natal Dan Saksi Yehuwa utk jawabannya.
Salam kasih Tuhan Yesus
http://www.youtube.com/watch?v=t08r4aMuOUE
ReplyDeletehttp://www.youtube.com/watch?v=oZAL80TMLaE
http://www.youtube.com/watch?v=_tXIRcvG_v0
http://www.youtube.com/watch?v=ZweUa0n9LYg
Kelahiran Yesus memang penting, tetapi lebih penting lagi kematian Yesus dan kebangkitan Yesus.
DeleteSebab Alkitab menekankan bahwa proses penebusan hanya berlaku jika Yesus mati dan kemudian dibangkitkan utk menyerahkan nilai korban kematiannya sbg tebusan.
(1 Kor. 15:3-4). "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan nubuat2 Kitab Suci.
Coba pikirkan masak2 bagaimana jadinya jika Yesus setelah lahir kemudian beranjak dewasa, tetapi dia tidak mau berkorban utk mati? apa jadinya makna kelahiran Yesus? tak ada artinya samasekali !
Hari kelahiran Yesus memang penting, TETAPI YESUS TIDAK LAHIR TGL.25 DESEMBER. Mengapa agama Kristen tidak mau jujur akan fakta historis tersebut, bahwa Tgl.25 Desember adalah hari kelahiran dewa saturnalia Romawi kuno? yang dilebur ke dalam kekristenan?.