Illustrasi Doktrin Tritunggal |
Di Tritunggal Ontologis, Apakah itu? telah dibahas mengapa konsep ajaran Tritunggal merupakan suatu misteri sehingga di luar jangkauan akal manusia untuk mengertinya. Hal ini karena menyangkut hubungan atau relasi antara Bapa, Putra dan Roh Kudus yang bersifat metafisika (mistis) yang memang tidak dicatat di dalam Alkitab. Misalnya, bagaimana ada 3 Pribadi di dalam 1 hakekat Allah tetapi penganut Tritunggal mempercayai kepada Allah yang esa, bukan 3 allah. Meskipun ajaran Tritunggal merupakan sebuah misteri, tetapi para Trinitarian (penganut Tritunggal) mempercayainya berdasarkan iman.
Untuk membuktikan bahwa konsep ajaran Tritunggal tidak diajarkan sejak mulanya, WTBS menulis di buku “Haruskah Anda Percaya kepada Tritunggal” hlm. 6-7 :
Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tiga Serangkai . . . Halnya tidak demikian pada zaman rasul-rasul atau sebelumnya, seperti diperlihatkan dalam P[erjanjian] B[aru] dan tulisan-tulisan Kristen yang awal lainnya.”—Encyclopedia of Religion and Ethics
Dalam kesempatan ini, izinkan saya mengutip tulisan aslinya sehingga kita bisa melihat seluruh bagiannya agar mengerti jelas apa yang sesungguhnya pengarang itu maksud dalam tulisannya.
Buku Encyclopedia of Religion and Ethics, karya James Hastings, Trinity, hlm. 461 memberikan sub-judul “Economic and Essential Trinity” dengan penjelasan sebagai berikut, perhatikan kalimat yang saya beri warna biru merupakan kutipan yang ada di brosur Menara Pengawal sedangkan kalimat yang merah, yang sengaja tidak dikutip oleh Menara Pengawal:
The transition from the Trinity of experience to the Trinity of dogma is describable in other terms as the transition from the economic or dispensational Trinity [Greek] to the essential, immanent ontological Trinity [Greek]. At first the Christian faith was not Trinitarian in the a strictly ontological reference. It was not so in the apostolic and sub-apostolic ages, as reflected in apostolic the NT and other early Christian writings. Nor was it so even in the age of the Christian apologists. And even Tertulian, who founded the nomenclature of the orthodox doctrine, knew as little of an ontological Trinity as did the apologists; his still the economic or relative conception of the Johannine and Pauline theology. ....It should be observed that there is no real cleavage or antithesis between the doctrines of the economic and the essential Trinity, and naturally so. The Triunity represents the effort to think out the Trinity, and so to afford it a reasonable basis.
Sebuah peralihan dari pengalaman Trinitas kepada dogma Trinitas digambarkan dalam istilah lainnya sebagai sebuah transisi dari ekonomis atau dispensasional Trinitas [Yunani] ke esensial, imanen atau ontologis Trinitas [Yunani]. Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tritunggal (Menara Pengawal menterjemahkannya; tiga serangkai) dalam acuan ontologis yang saksama. Halnya tidak demikian pada zaman rasul-rasul dan sub-apostolik, seperti diperlihatkan dalam PB dan tulisan-tulisan Kristen awal. Bahkan juga tidak demikian di zaman apologis Kristen. Dan bahkan Tertulian, yang memberikan istilah-istilah nama doktrin ortodoks, tahu sedikit Tritunggal ontologis seperti para apologis tahu, konsepnya masih ekonomis atau relatif dari teologi Yohanes dan Paulus.... Perlu diamati bahwa tidak ada pemutusan nyata atau pertentangan antara doktrin ekonomis dan esensial Trinitas, dan secara alamiah demikian. Trinitas [atau esensial Trinitas] merupakan upaya untuk memikirkan [ekonomis] Trinitas, dan sehingga mengupayakannya merupakan sebuah dasar yang masuk akal.
Jadi tulisan aslinya tanpa dipotong oleh WTBS tertulis sebagai berikut (saya beri warna merah):
Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tritunggal (Tiga Serangkai, Menara Pengawal menterjemahkannya) dalam acuan ontologis yang saksama.
Setelah melihat tulisan itu secara keseluruhan, kita sekarang lebih memahami mengapa Menara Pengawal dengan sengaja memotong kalimat “dalam acuan ontologis yang saksama” untuk menyesatkan pembacanya seolah-olah orang Kristen tidak mempercayai Tritunggal. Padahal, maksud tulisan Encyclopedia itu adalah memang pada mulanya kepercayaan orang-orang Kristen bukanlah kepada pemahaman Allah Tritunggal secara ontologis, tetapi kepada pemahaman kepercayaan Tritunggal yang ekonomis.
Nah, pertanyaannya adalah apakah arti dari kalimat “dalam acuan ontologis yang saksama”, khususnya pengertian kata ‘ontologis’ yang sengaja tidak dikutip Menara Pengawal? Lihat pembahasannya di artikel sebelumnya, yaitu "Tritunggal Ontologis, Apakah Itu?" Dan jika kita cermati lebih lanjut tulisan tersebut mencatat juga istilah “Ekonomis Trinitas” yang merupakan konsep kepercayaan teologi Paulus dan Yohanes dan para orang Kristen awal. Apakah maksud istilah 'Ekonomis Trinitas'? Bagian ini akan membahasnya.
Definisi Ekonomis Trinitas adalah pekerjaan atau karya Allah Tritunggal yang dialami secara langsung dan nyata dan dipercaya oleh para nabi dan para rasul disepanjang perjalanan sejarah penciptaan dan keselamatan yang dinyatakan dalam Pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Untuk sederhananya, Ontologis Trinitas berbicara tentang apakah Allah itu (what God is) sehingga berkenaan dengan hakekat-Nya, sedangkan Ekonomis Trinitas adalah apa yang Allah Tritunggal kerjakan (what God does).
Seperti yang saya telah jelaskan di bagian-bagian sebelumnya yaitu Trinitarian mempercayai kepada Allah yang maha esa. Dan Allah yang maha esa itu memiliki 3 Pribadi, bukan satu: Pribadi Pertama adalah Allah Bapa, Pribadi Kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus), dan Pribadi Ketiga adalah Allah Roh Kudus. Tiga Pribadi bukan berarti tiga allah, dan satu Allah tidak berarti satu Pribadi. Tiga Pribadi itu mempunyai sifat dasar [hakekat] atau esensi (Yun.: Ousia, Inggris: Substance) yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah Allah, Allah Anak adalah Allah, dan Allah Roh Kudus adalah Allah, namun Ketiganya memiliki Satu Ousia yaitu esensi [hakekat] Allah. Maka Ketiga Pribadi itu adalah satu Allah. (Allah Tritunggal, Stephen Tong, hlm. 30).
Nah, masing-masing Pribadi itu memiliki peran yang berbeda di dalam keallahan dan masing-masing Pribadi itu juga memiliki perbedaan peran [meskipun dapat tumpang tindih] dalam hubungannya kepada dunia. Misalnya dalam pemahaman sejarah keselamatan, Allah Bapa mengirim Anak ke dalam dunia (1 Yoh.4:10) untuk menjadi penebus dosa-dosa manusia, sang Anak turun dari surga tidak untuk melakukan kehendak-Nya, melainkan kehendak sang Bapa (Yoh. 6:38). Dan Bapa mengirim Roh Kudus di dalam nama sang Anak (Yoh. 14:25- 26) untuk menyertai dan mengajar umat percaya selama-lamanya menggantikan tugas dari sang Anak. (lihat pula Substansi atau Hakekat, & Pribadi Yesus Kristus untuk memahami lebih jelas) Untuk melihat bagaimana hubungan ke-3 Pribadi itu dalam sebuah ayat dapat kita lihat di 1 Pet. 1:2 yang menulis:
Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu. (TB)
Seperti yang dapat kita lihat bersama di dalam satu ayat itu yang memberi pemahaman yang lebih jelas bagaimana ke-3 Pribadi tersebut memiliki peran yang berbeda dalam pemahaman sejarah keselamatan yaitu Allah Bapa merencanakan orang-orang pilihan, yang dikuduskan oleh Roh Kudus, agar taat kepada Yesus dan menerima percikan darah-Nya agar memperoleh keselamatan yang memang telah direncanakan Bapa.
Berikut beberapa ayat yang menyatakan perbedaan peran ke-3 Pribadi Allah Tritunggal di dalam sejarah keselamatan seperti yang dimengerti oleh para nabi dan rasul:
- Alkitab menyatakan bahwa Allah Bapa mengirim sang Anak (Yesus Kristus) ke dalam dunia untuk mengerjakan karya keselamatan, tidak sebaliknya; yaitu sang Anak mengirim Bapa. (Yoh. 5:37; 8:18).
- Sang Anak inkarnasi ke dalam dunia untuk melakukan kehendak Allah Bapa, bukan melakukan kehendak-Nya. (Yoh. 6:38)
- Siapakah yang melakukan 'karya keselamatan'? Tuhan Yesus mengerjakan karya keselamatan dengan inkarnasinya sebagai manusia. Yesus yang tidak mengenal dosa, menjadi berdosa bagi umat tebusannya agar kita menjadi adil-benar di hadapan Allah Bapa. (2 Kor. 5:21, 1 Pet. 2:24) Sebaliknya, Allah Bapa maupun Roh Kudus tidak mengerjakan karya keselamatan seperti yang dilakukan Tuhan Yesus.
- Allah Bapa memberikan Yesus Kristus agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Sebaliknya, sang Anak tidak memberi Allah Bapa maupun Roh Kudus.
- Yesus adalah 'satu-satunya Anak yang dilahirkan' (the only begotten son) (Yoh. 1:18). Sedangkan Bapa dan Roh Kudus tidak disebut demikian di dalam Alkitab.
- Alkitab menyatakan bahwa Bapa dan Anak mengirimkan Roh Kudus untuk menyertai orang-orang yang percaya. (Yoh. 14:26; 15:26) Sebaliknya, Alkitab tidak menyatakan bahwa Roh Kudus mengirim Bapa maupun Anak.
- Roh Kudus memberikan 'karunia-karunia' (1 Kor. 12:8-11) dan 'buah-buah' roh (Gal. 5:22-23) kepada orang percaya. Tetapi Alkitab tidak menyatakan bahwa Bapa dan Yesus memberikan hal-hal tersebut.
Nah, hal-hal yang di atas adalah hal-hal yang dipahami oleh para nabi dan rasul dalam menulis tulisan-tulisan kudus. Bahkan para Bapa Rasuli dan Apologis memahami tulisan-tulisan kudus demikian. Oleh karena ada suatu perbedaan tugas dan peran di dalam Allah Tritunggal, maka ada suatu Relasi Subordinasi Tritunggal. Apakah itu?
Relasi Subordinasi Trinitas
Keyakinan para rasul dan bahkan Bapa Gereja Pra-Nicea terhadap Yesus Kristus bersifat relasi subordinasi Trinitas (biasanya disingkat pendek subordinasi saja), bukan subordinasi Arianisme (tentunya, subordinasi Arianisme berkembang kemudian, bukan?) Apakah artinya? Subordinasi Trinitas adalah ajaran Alkitab yang menyatakan bahwa secara posisi Pribadi Yesus dan Roh Kudus memiliki kedudukan (ketundukan, subordinasi) yang lebih rendah dari Bapa, tetapi ini tidaklah berarti Pribadi Anak dan Roh Kudus lebih rendah secara natur atau substansi/hakekat. Sebaliknya, Trinitarian meyakini bahwa 3 Pribadi ilahi tersebut memiliki natur/hakekat yang sama yaitu Allah; sama kekal, sama kuasa dan lain-lain kualitas attribute ilahi yang dimiliki Allah.
Sebaliknya, Subordinasi Arianisme menyatakan bahwa ketundukan Yesus kepada Allah Bapa berarti Yesus bukanlah Allah, tidak sehakekat dengan Bapa.
Subordinasi Trinitas dapat kita lihat dari pernyataan Yesus sendiri di beberapa ayat Alkitab, misalnya:
- Di Yohanes 8:42 Yesus menyatakan bahwa Ia datang bukan atas kehendak-Nya sendiri tetapi Bapa lah yang mengutus-Nya. Dengan demikian, Pribadi yang mengutus (Bapa) secara logika lebih besar dari Pribadi yang diutus (Yesus Kristus)
- Di Yohanes 14:28 Yesus mengatakan bahwa Bapa lebih besar daripada-Nya.
- Di Yohanes 14:16 Yesus menyatakan bahwa Bapa akan mengirim Roh Kudus.
Penjelasan Subordinasi Trinitas dikatakan oleh seorang teolog Loraine Boetner di dalam bukunya Trinity sebagai berikut:
Subordinasi/ketundukan dari Anak kepada Bapa, dan dari Roh kepada Bapa dan Anak, berhubungan bukan dengan kehidupan hakiki mereka dalam diri keallahan, tetapi hanya dengan cara beroperasi/bekerja atau pembagian pekerjaan mereka dalam penciptaan dan penebusan. Subordinasi Anak kepada Bapa, dan Roh kepada Bapa dan Anak, tidaklah berarti tidak konsisten dengan kesetaraan yang sejati.This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Father and the Son, relates not to their essential life within the Godhead, but only to their modes of operation or their division of labour in creation and redemption. This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Father and the Son, is not in any way inconsistent with true equality.
Apakah maksudnya? Subordinasi Anak kepada Bapa dan Roh Kudus kepada Bapa dan Anak tidak mempengaruhi hakekat 3 Pribadi itu dalam keallahan, tetapi hanyalah sebuah cara pembagian kerja dalam penciptaan dan penebusan.
Loraine lebih lanjut memberikan anologi hubungan relasi yang terjadi antara suami dan istri di dalam sebuah keluarga. Sebagai seorang suami, tentunya memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan posisi istri di dalam sebuah rumah tangga. Alkitab jelas mengatakan bahwa istri haruslah tunduk kepada suami (Efesus 5:22). Tetapi ketundukkan/subordinasi sang istri kepada suami tidaklah berarti bahwa hakikat/natur istri sebagai manusia lebih rendah dari hakekat suaminya, bukan? Jelas, sang istri maupun sang suami memiliki hakekat yang sama yaitu hakekat manusia. (Untuk memahami tentang hakekat silahkan klik link di atas Substansi atau Hakekat & Pribadi Yesus Kristus.
Nah, illustrasi inilah yang dimaksud sebagai relasi subordinasi Trinitas. Ketika Yesus mengatakan bahwa 'Bapa lebih besar dari pada-Ku', tidaklah berarti secara natur atau hakekat Yesus sebagai Allah lebih rendah dari Bapa. Tidak. Hanya secara posisi di dalam hubungannya dengan Bapa, kedudukan Yesus lebih rendah dari Bapa. Berbicara secara natur/hakekat, hakekat Yesus sama dengan Allah Bapa, yaitu Allah.
Hubungan yang demikian ini paling jelas dan baik dijelaskan oleh Tertullian, salah seorang Bapa Gereja di dalam bukunya mengatakan bahwa Anak Allah disebut Allah karena kesatuan hakekatnya dengan Allah Bapa dan dibuat kedua dalam posisi, tidak dalam natur/hakekat:
Kami telah diajarkan bahwa Ia keluar dari Allah dan dalam proses tersebut Ia diturunkan; sehingga Ia adalah Anak Allah dan disebut Allah karena kesatuan essensi/hakekat dengan Allah...sehingga, juga, yang keluar dari Allah adalah Allah dan Anak Allah, dan keduanya adalah satu. Dengan cara ini juga, Ia adalah Roh dari Roh dan Allah dari Allah. Ia dibuat kedua dari etika keberadaan — dalam posisi, tidak dalam natur (substansi/hakekat, penulis) dan menjadi daging di rahimnya, dalam kelahiranNya Allah dan manusia tergabung.
We have been taught that He proceeds forth from God, and in that procession He is generated; so that He is the Son of God, and is called God from unity of substance with God... so, too, that which has come forth out of God is at once God and the Son of God, and the two are one. In this way also, as He is Spirit of Spirit and God of God, He is made a second in manner of existence—in position, not in nature….and made flesh in her womb, is in His birth God and man united —The Ante-Nicene Fathers, vol. 3, hlm. 34-35
Nah, keyakinan asli Tertullian ini telah dimanipulasi oleh Menara Pengawal sedemikian rupa, seolah-olah pemahaman Tertullian akan subordinasi Yesus kepada Bapa berarti Yesus tidaklah sehakekat dengan Bapa-Nya alias Yesus bukanlah Allah di dalam brosur 'Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal', hlm. 7 sebagai berikut:
Tertullian, yang meninggal kira-kira tahun 230 M., mengajarkan keunggulan Allah. Ia berkata, ”Sang Bapa berbeda dari Anak (yang lain), karena Ia lebih besar; sebagaimana yang memperanakkan berbeda dari yang diperanakkan, ia yang mengutus berbeda dari dia yang diutus.”
Ya benar, Tertullian memang mengajarkan keunggulan Allah, Sang Bapa berbeda dengan sang Anak, yang memperanakkan berbeda dari yang diperanakkan dan yang diutus (Yesus) berbeda dari Dia (Bapa) yang mengutus. Namun demikian, yang tidak disampaikan oleh Menara Pengawal bahwa sesungguhnya, Tertullian tidak pernah menganggap bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan. Tertullian meyakini bahwa Yesus memiliki satu natur/hakekat dengan sang Bapa yaitu sama-sama satu hakekat, yaitu hakekat Allah. Pertanyaannya adalah jujurkah Menara Pengawal mempresentasikan keyakinan dari Bapa-Bapa Gereja Purba? Mengapa sebuah organisasi yang mengklaim sebagai 'satu-satunya saluran komunikasi Allah di bumi' telah melakukan suatu hal yang begitu nista dan tidak terpuji? Menara Pengawal memanipulasi keyakinan Tertullian di dalam brosurnya 'Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?' yang dibuat secara khusus untuk mendiskreditkan doktrin Tritunggal. Tetapi di dalam publikasi lainnya yaitu majalah Menara Pengawal, menulis sebagai berikut:
Tertulian memandang sang Putra sebagai bawahan sang Bapak. Akan tetapi, dalam upayanya untuk menentang modalisme, ia ”melampaui perkara-perkara yang tertulis”. (1 Korintus 4:6) Seraya Tertulian dengan keliru berupaya membuktikan keilahian Yesus melalui teori lain, ia mengarang rumusan ”satu zat dalam tiga pribadi”. Dengan konsep ini, ia berupaya menunjukkan bahwa Allah, Putra-Nya, dan roh kudus adalah tiga pribadi yang berbeda yang ada dalam satu zat ilahi. Dengan demikian, Tertulian menjadi orang pertama yang menerapkan bentuk kata Latin ”tritunggal” bagi Bapak, Putra, dan roh kudus. (15/5/2002, hlm. 31)
Ya, sekarang kita tahu dusta Menara Pengawal di brosur 'Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?' tentang iman Tertullian karena di majalah Menara Pengawal tersebut secara tidak sengaja Menara Pengawal mengakui keyakinan iman Tertullian (meskipun dipandang keliru) yaitu 'ia mengarang rumusan ”satu zat dalam tiga pribadi”. Dengan konsep ini, ia berupaya menunjukkan bahwa Allah, Putra-Nya, dan roh kudus adalah tiga pribadi yang berbeda yang ada dalam satu zat ilahi. Dengan demikian, Tertulian menjadi orang pertama yang menerapkan bentuk kata Latin ”tritunggal” bagi Bapak, Putra, dan roh kudus' yang merupakan rumusan singkat doktrin Tritunggal. Jadi jelas, Tertullian adalah penganut Tritunggal!
Tentunya pertanyaan besar kita sekarang adalah "bagaimana kita dapat melihat hakekat Yesus Kristus sama dengan hakekat Allah Bapa seperti yang dipahami oleh Trinitarian?"
Saya akan bahas di dalam artikel berikutnya yaitu Keilahian Yesus Setara Allah Bapa: Maha Tahu
Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah jalan-jalan kematian (Amsal 16:25, NW)
No comments :
Post a Comment
Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.
Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.
Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU