Pertanyaan Saksi Yehuwa: Keilahian Yesus

Yesus Menyelamatkan
Di bagian Substansi atau Hakekat, & Pribadi Yesus Kristus telah dibahas tentang Pemahaman Substansi dan Hakekat Kristus serta Pribadi Yesus dan Pribadi Bapa. Yesus Kristus adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan (Yoh 1:18, NW). Dengan demikian, Yesus memiliki satu hakekat atau satu kodrat dengan Bapa-Nya, yaitu Allah.

Sekarang di artikel ini, kita akan melihat lebih mendalam lagi fungsi dan peran Kristus yang lebih rendah dari Bapa (subordinasi), apakah maknanya.

Karena masing-masing pribadi tersebut yaitu Bapa dan Kristus memiliki peran dan fungsi yang berbeda maka secara otomatis ada yang disebut sebagai Subordinasi Trinitas yaitu peran yang lebih rendah atau ketundukkan dari antar Pribadi tersebut di dalam Tritunggal. Namun begitu, peran dan fungsi ini sama sekali tidak merubah kondisi natur atau hakekat antar Pribadi tersebut. Misalnya, Yesus berkata bahwa Bapa lebih besar dari-Nya atau Bapa mengutus Anak yang berarti kedudukan Yesus nampaknya lebih rendah dari Bapa. Tetapi apakah pernyataan Yesus tersebut membuktikan bahwa Yesus tidak ber-natur Allah atau sehakekat dengan Bapa-Nya? Secara peran dan fungsi, yang Yesus lakukan memang lebih rendah dari Bapa, tetapi secara natur; Yesus tetaplah ber-natur Allah!

Salah satu butir pengakuan Iman Athanasius adalah “sejajar dengan Bapa dalam Keilahian-Nya, dan lebih rendah daripada Bapa di dalam kemanusiaan-Nya” yang saya dapat illustrasinya sebagai berikut: Misalnya, di dalam sebuah keluarga ada seorang ayah dan anak. Keduanya jelas bernatur esensi manusia. Tentunya di dalam keluarga tersebut sang ayah dan sang anak memiliki peran/fungsi dan otoritas yang berbeda-beda, misalnya peran anak dalam keluarga adalah membantu tugas ibu di dapur dan sekolah sedangkan peran bapak adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Apakah karena sang anak memiliki peran/fungsi dan otoritas yang lebih rendah dan berbeda di dalam keluarga berarti sang anak lebih rendah natur/hakekat kemanusiaannya daripada sang ayah? Tentu tidak, bukan? Sang anak tetap memiliki natur/hakekat manusia sama dengan sang ayah yaitu manusia; hanya posisi peran/fungsi dan otoritasnya sebagai anak lebih rendah dari ayah. Tetapi secara natur esensi tetap sama, yaitu manusia.

Contoh lainnya adalah Injil Luk 2:51 terjemahan NIV yang mencatat bahwa Yesus patuh kepada orang tuanya, “Then he went down to Nazareth with them and was obedient to them”. Apakah berarti Yesus memiliki natur kemanusiaan yang lebih rendah dari orang tuanya karena Yesus patuh kepada mereka (obedient to them)? Tentunya, tidak. Secara fungsi dan peran/posisi sebagai anak, tentunya Yesus memiliki kedudukkan yang lebih rendah dari orang tuanya, tetapi secara natur yaitu manusia, Yesus tidak lebih rendah natur kemanusiaannya dibandingkan dengan orang tuanya, bukan?

Perhatikan komentar teolog Loraine Boetner:
This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Father and the Son, relates not to their essential life within the Godhead, but only to their modes of operation or their division of labour in creation and redemption. This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Faith and the Son, is not in any way inconsistent with true equality

Subordinasi/ketundukan dari Anak kepada Bapa, dan dari Roh kepada Bapa dan Anak, berhubungan bukan dengan kehidupan hakekat mereka dalam diri Allah, tetapi hanya dengan cara beroperasi/bekerja atau pembagian pekerjaan mereka dalam penciptaan dan penebusan. Subordinasi Anak kepada Bapa dan Roh kepada Bapa dan Anak, tidak dengan cara apapun tidak sesuai dengan kesetaraan yang sejati - ‘Studies in Theology’, hlm 119.
Demikian juga Kristus Yesus. Ketika Yesus menjadi manusia atau daging maka peranan Yesus sebagai manusia tentunya menjadi lebih rendah dari Bapa. Tetapi secara natur/hakekat, Yesus tetap memiliki natur/hakekat Allah. Kita tidak boleh memisahkan antara natur dengan peranan dan fungsi pribadi Yesus. Hal ini dijelaskan oleh Tertulian sebagai berikut:
...Thus the connection of the Father in the Son, and of the Son in the Paraclete, produces three coherent Persons, who are yet distinct One from Another. These Three are one  essence, not one PersonThe Ante-Nicene Fathers, vol. 3, pg. 621, Against Praxeus, Chapter 25.

...Jadi hubungan Bapa di dalam Anak, dan Anak di dalam Parakletos, menghasilkan tiga Pribadi yang jelas, yang juga berbeda Satu dari lain. Ketiga ini adalah satu esensi, bukan satu Pribadi”.
Tulisan Tertulian di atas menggunakan istilah essence  yang dapat kita mengerti sebagai natur/hakekat/kodrat.

Di bagian ini Tertulian menggunakan istilah “substance” yang dapat diterjemahkan hakekat/natur untuk menggambarkan Yesus ber-natur Allah tetapi Yesus dibuat kedua di dalam posisi, tidak dalam natur:
We have already asserted that God made the world, and all which it contains, by His Word, and Reason, and Power….We have been taught that He proceeds forth from God, and in that procession He is generated; so that He is the Son of God, and is called God from unity of substance with God.  For God, too, is a Spirit.  Even when the ray is shot from the sun, it is still part of the parent mass; the sun will still be in the ray, because it is a ray of the sun-there is no division of substance, but merely an extension.  Thus Christ is Spirit of Spirit, and God of God, as light of light is kindled.  The material matrix remains entire and unimpaired, though you derive from it any number of shoots possessed of its qualities; so, too, that which has come forth out of God is at once God and the Son of God, and the two are one.  In this way also, as He is Spirit of Spirit and God of God, He is made a second in manner of existence - in position, not in nature; and He did not withdraw from the original source, but went forth.  This ray of God, then, as it was always foretold in ancient times, descending into a certain virgin, and made flesh in her womb, is in His birth God and man united.  — The Ante-Nicene Fathers, vol. 3, pg. 34, Apology, Chapter 21
Jika kita telah memahami konsep dari Subordinasi Trinitas di atas, kini waktunya kita membahas ayat-ayat yang diajukan oleh Menara Pengawal yang menolak keilahian Yesus karena Yesus tunduk kepada Bapa.

Misalnya publikasi Menara Pengawal “Apa Yang Dipercayai Saksi-Saksi Yehuwa?, hlm. 2-3” mencatat:
Tetapi, karena Yesus mengatakan bahwa ia ”Anak Allah” dan bahwa ’Bapa mengutus Aku’, Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa Allah lebih besar daripada Yesus. (Yohanes 10:36; 6:57) Yesus sendiri mengakui, ”Bapa lebih besar dari pada Aku.” (Yohanes 14:28; 8:28) Jadi kami tidak percaya bahwa Yesus sama dengan Bapa, seperti dikatakan doktrin Trinitas. Sebaliknya, kami percaya bahwa ia diciptakan oleh Allah dan bahwa ia tunduk kepada Dia.—Kolose 1:15; 1 Korintus 11:3.
Perhatikan argumentasi Menara Pengawal tersebut, pertama yaitu Yesus mengatakan bahwa ia adalah ”Anak Allah” dan bahwa ’Bapa mengutus Aku’, maka Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa Allah lebih besar daripada Yesus dengan demikian Yesus bukanlah Allah karena dicipta.

Kedua, Yesus sendiri mengakui, ”Bapa lebih besar dari pada Aku.” Dengan demikian kesimpulan Menara Pengawal adalah Yesus bukanlah Allah.

Ketiga, pernyataan Menara Pengawal “Jadi kami tidak percaya bahwa Yesus sama dengan Bapa, seperti dikatakan doktrin Trinitas” sungguh sebuah pernyataan yang keliru dan menyesatkan pembacanya karena seolah-olah doktrin Trinitas meyakini pribadi Yesus sama dengan pribadi Bapa. Faktanya, tidaklah demikian. Klik Menara Pengawal Mengajar Saksi Yehuwa Dengan Keliru untuk detailnya.

Bagaimana kita menjawab argumentasi Menara Pengawal tersebut?

Pribadi Yesus Sebagai Yang Diutus

Ketika Bapa mengutus Yesus ke dunia, apakah berarti Yesus tidak memiliki satu hakekat dengan Bapa? Saya sebagai Trinitarian meyakini bahwa Pribadi Yesus tidak dapat dipisahkan dengan hakekat-Nya seperti yang Menara Pengawal argumentasikan yaitu karena Pribadi Yesus sebagai yang diutus maka hakekat-Nya tidaklah satu dengan Bapa. Misalnya,  saya memiliki anak yang bernama Jonathan; tentunya Jonathan memiliki pribadi sekaligus berhakekat manusia. Sebagai pribadi seorang anak, tentunya memiliki posisi, peran maupun wewenang yang lebih rendah dan berbeda dari saya sebagai ayahnya. Tetapi jika bicara secara hakekat, maka hakekat Jonathan sama dengan saya, yaitu manusia.

Misalnya saya adalah seorang direktur utama menyuruh Jonathan yang saya angkat menjadi manager ke Jepang untuk mendirikan sebuah perusahaan. Tentunya peran seorang manager dengan direktur berbeda. Di Jepang, Jonathan berkata kepada karyawan-karyawan di sana, “Aku diutus oleh bapak untuk melakukan kehendaknya yaitu mendirikan perusahaan di sini”.

Nah, ketika Jonathan mengatakan bahwa dia diutus oleh saya untuk melakukan kehendak saya, apakah hakekat Jonathan berbeda dengan saya, yaitu manusia? Apakah hakekat anak saya itu lebih rendah dari saya? Tentu tidak, bukan? Memang secara posisi yaitu manager, posisi Jonathan lebih rendah dari saya, tetapi secara natur; tetap sama dengan saya sebagai bapaknya.

Demikian juga dengan hubungan Yesus Kristus dan Bapa-Nya. Ketika Yesus mengatakan bahwa Bapa mengutus-Nya untuk melakukan kehendak sang Bapa; tidak memaksudkan bahwa Yesus tidak satu hakekat dengan Bapa, hanya posisi sang Anak memang berbeda dengan sang Bapa.

Bapa Lebih Besar Dari Yesus

Demikian juga Yoh. 14:28 yang menyatakan bahwa Bapa lebih besar dari Yesus untuk membuktikan bahwa Yesus tidak berhakekat Allah:
Kamu telah mendengar bahwa aku mengatakan kepadamu: Aku akan pergi dan aku akan datang kembali kepadamu. Jika kamu mengasihi aku, kamu akan bersukacita bahwa aku akan pergi kepada Bapak, karena Bapak lebih besar daripada aku. (NW)
Nah, apakah pernyataan Kristus itu membuktikan bahwa Yesus tidak sehakekat dengan Bapa-Nya yaitu Allah? Tidak. Illustrasinya adalah ketika Jonathan, anak saya mengatakan kepada karyawan di Jepang  bahwa, “Aku akan kembali ke Indonesia untuk sementara waktu dan aku akan kembali lagi ke sini segera. Bapak-ku yang tinggal di Indonesia lebih besar dari aku”. Apakah berarti hakekat Jonathan tidak sama dengan saya, yaitu manusia? Tidak, bukan?

Yesus Tidak Tahu ‘Hari Itu’

Menara Pengawal juga sering berargumentasi akan pernyataan Yesus yang mengatakan ‘hari itu’ hanya diketahui oleh Bapa, dengan demikian Yesus bukanlah Allah, tidak sehakekat dengan Bapa. Berikut kutipannya:
KETIKA Yesus memberikan nubuatnya mengenai akhir sistem ini, ia berkata: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Markus 13:32) Jika Yesus adalah Anak yang setara, bagian dari Keilahian, ia pasti mengetahui apa yang diketahui sang Bapa. Namun Yesus tidak tahu, karena ia tidak setara dengan Allah. (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, hlm. 19)
Bagaimana menjawab hal ini? Misalnya saya sebagai bapak memberitahu kepada Jonathan bahwa saya akan berkunjung ke Jepang untuk melihat seberapa baik kemajuan usaha yang diserahkan kepada Jonathan untuk dikelolanya. Tetapi saya tidak memberitahu kapan waktu pastinya saya ke Jepang. Lalu Jonathan ditanya oleh karyawan di sana, “Kapankah bapakmu akan kemari?”. Kemudian Jonathan menjawab, “Masalah waktu itu, saya tidak tahu. Bahkan tidak ada seorang pun yang tahu, hanya bapak yang tahu.”

Nah, apakah pernyataan Jonathan tersebut membuktikan bahwa Jonathan bukanlah manusia? Tentunya, tidak. Hanya masalah kewenangan saja. Merupakan kewenangan Bapa untuk menentukan ‘hari itu’ dan kewenangan Bapa tentunya tidak mempengaruhi keilahian Kristus.

Artikel ini mengakhiri judul artikel "Berdiskusi Keilahian dan Pribadi Yesus dengan Saksi Yehuwa"



Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah jalan-jalan kematian(Amsal 16:25, NW)

No comments :

Post a Comment

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.